The Thorn Inside My Heart

Black Rose

 

“Lay-ah ehm... ini untukmu”Ujar Minseok sembari menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat pada Lay yang kini menatapnya bingung

“Apa ini?”tanya Lay penasaran sembari mengambil amplop dari tangan minseok

 

Lay membuka amplop berwarna coklat itu dan seketika terperangah ketika melihat isi di dalam amplop tersebut  yang ternyata adalah sejumlah uang sebanyak 3juta won.

 

“apa maksudnya ini?”Tanya Lay semakin bingung

“ehm... itu bukan hanya uangku, ada uang baekhyun dan chanyeol juga di sana, a..aku tak tahu apakah ini bisa membantu atau tidak tapi....aku tak ingin melihatmu semakin terlihat lelah”Jawab minseok sembari meraih tangan Lay dan menggenggamnya erat.

“minseok-ah...”

Seketika Lay merengkuh tubuh Minseok dan memeluk sahabatnya itu dengan erat, sebelum akhirnya terisak di pundak minseok.

“Gomawo...gomawo Minseok-ah, aku berjanji akan membalas kebaikanmu dan juga teman-teman”Ujar Lay dengan terisak

“yah... kita ini teman, dan teman akan selalu ada saat kau membutuhkan”Ucap Minseok sembari mengelus lembut punggung Lay.

“Sebaiknya kita segera ke ruang ganti, pelajaran selanjutnya adalah P.E”Ujar Minseok ketika Lay melepaskan pelukannya.

“ehm... minseok-ah, apa kau melihat Junmyeon hari ini?”Tanya Lay yang kini menoleh ke arah meja Junmyeon dan mendapati meja itu kosong.

“Junmyeon-sshi?, kau tidak tahu? Dia selalu meninggalkan kelas saat pelajaran P.E”Jawab Minseok sembari mempersiapkan pakaian olahraganya.

 

Sekali lagi, Lay memandang meja Junmyeon yang kosong dan membayangkan sosok Junmyeon yang tersenyum padanya.

“bersabarlah menungguku Suho”gumam Lay yang kini tersenyum pada bayangan Junmyeon yang ia ciptakan sendiri.

 

 

 

 

#

 

 

 

“Apa kau sudah meminum obatmu pagi ini?”Tanya Luhan pada Junmyeon yang kini duduk di hadapannya

“ehm”Jawab Junmyeon sekedarnya

 

Mereka tengah berada di ruang kantor Luhan ketika percakapan itu dimulai, dan seperti biasa Luhan tengah memperhatikan tabel pemeriksaan berkala milik Junmyeon dengan serius, sementara Junmyeon lebih banyak terdiam dan memandang kosong pada sosok dokter muda itu.

 

 “Aku dengar kau berhenti menjadi Hostes di Rose Club, apa itu benar?”Tanya Luhan yang kini berhenti memeriksa laporan kesehatan Junmyeon dan memilih untuk memandang Junmyeon yang seperti basa, selalu nampak tenang

 

“ehm..”Jawab Junmyeon sekali lagi

“sayang sekali... padahal hari ini aku ingin berkencan denganmu”Gurau Luhan sembari menyandarkan dagunya pada kedua tangannya di meja dan memandang Junmyeon dengan senyumnya yang manis.

 

Dan benar saja, gurauan Luhan berhasil menciptakan senyuman tipis di wajah pucat Junmyeon, dan Luhan-pun tertawa kecil melihat dirinya yang berhasil membuat Junmyeon tersenyum.

Senyum indah yang entah sejak kapan begitu sulit bagi Luhan untuk melihatnya, senyuman yang dulu dengan begitu mudah terbentuk di wajah Junmyeon dan selalu berhasil membuat Luhan dan Lay bertengkar untuk mendapatkan senyuman manis dari seorang Junmyeon yang dulu begitu polos dan hangat.

 

“kurasa kali ini aku harus berterimakasih pada Oh Sehun, hanya dia yang bisa menghentikan mahluk keras kepala sepertimu, dan ingat... kau harus benar-benar berhenti meminum minuman beralkohol junmyeon-ah”Ujar Luhan

“apa lay menceritakannya padamu?”Tanya Junmyeon penasaran

“Lay?, tidak, lagipula aku lebih banyak tahu tentangmu ketimbang Lay”Jawab Luhan yang kini menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.

“gomawo... Luhan hyung, terimakasih karena mengijinkanu untuk melihatnya sekali lagi”Ujar Junmyeon yang kini terlihat lebih muram dari sebelumnya

 

Luhan menghela nafas yang cukup panjang ketika Junmyeon mengatakan itu, meski sesungguhnya ia iba pada pemuda dihadapannya ini, namun ia sendiri masih menyangsikan keputusannya ketika ia membawa sepupunya –Lay- untuk ikut bersamanya. Apakah ini yang terbaik?, karena ia sekarang mulai takut jika pada akhirnya Lay sendiri lah yang akan terluka.

 

“Entahlah Junmyeon-ah, aku tak tahu apakah aku telah melakukan sesuatu yang benar, aku tak mau kau terus menderita seperti ini, namun aku...aku juga tak ingin melihat Lay terluka.”Jawab Luhan

Junmyeon tertunduk dalam ketika mendengar perkataan Luhan, ia tahu keinginannya untuk dapat melihat Lay kembali setelah sekian lama mungkin terlalu besar baginya, mengingat ia yang sekarang bukanlah lagi dirinya yang dikenal Lay dulu. Junmyeon yang sekarang tak akan mungkin memiliki Lay meskipun keduanya tahu mereka saling mencintai, namun dengan keadaan dirinya yang sekarang, keputusan apapun yang ia ambil, pada akhirnya hanya akan menyakiti Lay.

“Hyung... berapa lama lagi aku dapat bertahan?”Tanya Junmyeon semakin terdengar lemah

“aku bukan tuhan Junmyeon, aku tak bisa tahu kapan kematianmu datang, semua ini tergantung pada keinginanmu untuk bertahan”Ujar Luhan yang kini mengembalikan posisi duduknya dan menatap serius pada Junmyeon yang kini tersenyum getir.

“Aku tak sabar menantinya hyung... hari dimana aku dapat berhenti menyakiti orang-orang yang kucintai. Aku... yang kuinginkan hanya kebahagiaan kecil di hari-hari ku yang makin sempit, namun itupun terasa sulit untuk kudapatkan”Ujar Junmyeon dengan senyum yang dipaksakan.

“Junmyeon-ah..”

“Aku... aku akan lebih berusaha untuk membuat Lay berhenti Hyung... karena akupun tak ingin melihatnya semakin terluka karena ke-egoisanku”

 

Junmyeon beranjak dari tempatnya duduk, ia berjalan lemah menuju pintu keluar sementara Luhan mengikutinya dari belakang takut-takut jika Junmyeon terjatuh karena ia terlihat gemetar ketika melangkah.

 

“aku akan mengantarmu pulang”Tawar Luhan yang mulai khawatir, namun dijawab dengan gelengan kepala oleh Junmyeon dan Luhan pun hanya bisa memandang punggung Junmyeon yang berjalan melewati lorong Rumah sakit sebelum akhirnya menghilang di balik belokan.

 

 

 

“maafkan aku Junmyeon-ah”Gumam Luhan sedih

 

#

 

 

Junmyeon tengah mengaduk teh hangat untuknya di dapur malam itu, namun kegiatannya terhenti ketika sebuah pesan muncul di layar handphonenya.

Sebuah pesan dari Kai yang sepertinya begitu penting, hingga membuat Junmyeon bergegas meninggalkan dapur untuk naik ke lantai dua dan mengambil jaketnya, kemudian ia pun segera menuruni tangga dan berlari keluar rumahnya untuk menemui Kai yang memarkirkan mobil Sehun di jalan.

 

“Hanya kau yang bisa menghentikannya, aku benar-benar sudah kehabisan akal untuk membuatnya berhenti”Ujar Kai yang nampak kbingungan

“dimana dia sekarang?”Tanya Junmyeon yang bergegas masuk ke dalam mobil Sehun dan menempatkan dirinya di samping Kai yang duduk dibelakang kemudi

“Dia ada di Rose Club dan membuat keonaran di sana”Ujar Kai sebelum akhirnya menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya dengan kencang.

 

Tanpa Junmyeon ketahui, Lay juga berada di sana ketika ia masuk ke dalam mobil Sehun, dan tanpa Junmyeon tahu.... wajah Lay yang nampak muram dan kecewa ketika ia melihat wajah Junmyeon yang terlihat khawatir mengetahui Sehun dalam masalah.

 

#

 

“Kalian semua..... aku akan membunuh kalian semua!!”

Terdengar seseorang yang berteriak dari dalam Club ketika Junmyeon dan Kai sampai di ambang pintu tempat dulu Junmyeon bekerja sebagai hostes dan menjajakan jasa sebagai kekasih sesaat yang siap menemani siapapun yang memberinya uang untuk mendapatkan kebahagiaan dari tiap senyum yang diberikan para hostes tanpa tahu apa penderitaan yang tersembunyi dari senyuman mereka.

“Sehun-ah”

Junmyeon terperangah begitu mendapati sosok Sehun yang naik ke salah satu meja bar dan mengacungkan botol yang pecah ke arah para pengunjung Club.

“Suho-ah... apa kau mengenal pemuda itu?”Tanya seorang wanita yang dikenal Junmyeon sebagai pemilik Club.

“ya..”

“Suruh dia berhenti membuat onar, dia menakuti semua pengunjung di sini”imbuh wanita itu yang terlihat was-was menatap Sehun yang masih mengacungkan botol birnya.

“dia mabuk keras, dia menghabiskan 30 gelas lebih hari ini, aku tak tahu apa yang terjadi padanya tapi kurasa hanya kau yang bisa menenangkannya”Ujar Kai dari belakang punggungnya.

Junmyeon berjalan pelan mendekat ke arah dimana Sehun kini berdiri, dan ketika Sehun menemukan dirinya diantara orang-orang yang terlihat ketakutan, Junmyeon bisa melihat sebuah senyuman konyol terpampang di wajah Sehun yang terlihat mabuk berat.

“Junmyeon hyung... kau datang rupanya”Ujar Sehun sembari tersenyum pada Junmyeon

“Katakan padaku hyung.. siapa saja.. siapa saja dari mereka yang telah menyentuhmu, katakan padaku Hyung.. biarkan aku membunuh mereka semua yang berani menyentuhmu”Ujar Sehun yang kembali mengacungkan Botol bir yang pecah pada semua pengunjung Club yang terlihat ketakutan.

“Sehun-ah... hentikan, kumohon turunlah, pulanglah bersamaku”Ujar Junmyeon lembut sembari menjulurkan kedua tangannya pada Sehun

“katakan pada mereka hyung... katakan pada mereka untuk berhenti menyakitimu hyung.... katakan pada mereka hyung... katakan aku tak pernah menyakitimu.... katakan pada mereka yang salah paham padaku hyung... katakan... kumohon”Ujar Sehun yang kini berurai air mata dan terisak

Tangan sehun yang sedari tadi mengacungkan botol bir pecah itupun akhirnya turun dan dengan tertunduk ia membiarkan air matanya mengalir membasahi pipinya hingga jatuh dan menetes di meja bar.

Junmyeon perlahan semakin mendekat pada sosok yang terisak itu, dengan hati-hati ia menyingkirkan botol bir di tangan Sehun dan meletakkan botol itu di meja bar. Kedua tangan Junmyeon merengkuh jemari sehun hingga akhirnya berhasi membuat pemuda yang masih tertunduk itu turun.

Terlihat semua pengunjung yang mulai dapat bernafas lega ketika Junmyeon membawa Sehun turun, dan dengan lembut Junmyeon menghapuskan air mata di wajah Sehun dengan jemarinya.

“mengapa kau selalu bertingkah bodoh seperti ini huh?” Tanya Junmyeon lembut sembari menatap sendu pada Sehun yang kini telah berhenti menangis

“kau milikku hyung” Ujar Sehun sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya di pelukan Junmyeon

Junmyeon hanya bisa tertawa kecil ketika Sehun tiba-tiba muntah di dalam pelukannya hingga membuat bajunya kotor dan bau, begitu juga baju yang dikenakan Sehun.

"tentu saja... 30 gelas bukanlah jumlahnya sedikit"Gumam Junmyeon sembari berusaha untuk menegakkan tubuhnya yang dibebani tubuh Sehun yang jelas lebih besar darinya

Semua orang memandang keduanya Jijik ketika keduanya keluar dari Club, namun Junmyeon tak peduli karena baginya yang terpenting Sehun tak menyakiti siapapun malam ini, selain dirinya sendiri yang sesungguhnya tersakiti oleh perasaanya sendiri terhadap Junmyeon

 

“Aaarrrgghh sial, sekarang mobil ini begitu bau!, salahkan Sehun dan tingkah bodohnya hari ini”gerutu Kai yang bersiap memutar tuas kunci mobil

“kita ke rumahku saja Kai, Sehun bisa dalam masalah besar jika ayahnya tahu ia mabuk seperti ini”Ujar Junmyeon yang kini menempatkan dirinya di kursi belakang bersama Sehun yang terlelap di pangkuannya.

“terserah kau saja, tapi.... hyung.. terimakasih karena menjaganya, aku tak tahu akan seperti apa jika kau tak ada”Ujar Kai sembari melirik wajah Junmyeon dari kaca di atas kepalanya

Junmyeon hanya tersenyum mendengar perkataan Kai dan kembali, ketika Kai menginjak pedal gas untuk membelah jalanan malam kota Seoul, Junmyeon terus memandangi wajah Sehun yang terlelap di atas pangkuannya sembari mengelus lembut rambut Sehun yang hari ini berwarna blonde.

 

Usai mengantarkan Junmyeon dan membantu Junmyeon membawa Sehun hingga di kamarnya di lantai atas, maka Kai pun berpamitan pada Junmyeon yang kemudian mengantarnya kembali hingga di depan pintu rumahnya.

 

Junmyeon kembali ke kamarnya untuk melihat Sehun yang kini terlelap di tempat tidurnya. Usai beganti baju, maka Junmyeon pun berjalan mendekat ke arah pemuda yang kini tergolek lemah di atas ranjangnya.

Dengan hati hati, Junmyeon membuka kancing kemeja Sehun untuk mendapati hawa hangat yang terkuar dari tubuh pemuda yang ternyata kini mengalami demam.

“kau demam rupanya”Ujar Junmyeon sembari segera beranjak untuk mengambil obat dan kompres

Namun belum sempat Junmyeon melangkah lebh jauh, tangan Sehun menahannya untuk tetap di tempatnya.

“Sehun-ah... kau demam, aku akan segera kembali setelah menyiapkan kompres untukmu”Ujar Junmyeon sembari memandang Sehun yang masih tetap mengenggam tangannya sembari menggeleng pelan

“tetaplah di sini hyung....aku lebih membutuhkan mu daripada obat”Ujar Sehun lemah

Junmyeon menuruti perintah Sehun dan menempatkan dirinya di samping Sehun sembari mengelus lembut dahi Sehun yang kini mengeluarkan keringat dingin.

“Apa kau sudah merasa bahagia kemarin?”Tanya Sehun lemah

“Sehun-ah...”

“Aku tak akan membunuhnya Hyung... aku tak akan membunuhnya asalkan kau bersamaku, kau tahu.... aku pikir aku akan baik-baik saja saat mengijinkanmu bersamanya, namun ternyata meski hanya semalam... aku kembali menginginkanmu” Ujar Sehun dengan nafas yang terengah

 

Junmyeon bisa merasakan tangan hangat Sehun yang mengenggam jemarinya erat seolah tak ingin kehilangan dirinya. Sebulir air matapun mengalir dari sudut mata Junmyeon ketika dengan perlahan Sehun membawa tangannya dan meletakkannya di atas dada Sehun hingga menyentuh kulitnya dan bisa dirasakan Junmyeon jantung Sehun yang berdebar kencang.

“Aku berjanji akan mebuatmu bahagia hyung... mungkin tak lebih dari yang ia lakukan, namun..... aku berjanji akan memberimu semuanya, semua.... yang aku miliki, kau boleh meminta apapun dariku asal jangan lagi meminta ijin dariku untuk bersamanya, aku akan berikan apapun asalkan.... bukan bersamanya.”

 

Tangis Junmyeon semakin deras begitu mendengar perkataan Sehun, ia tak mengerti mengapa pemuda dihadapannya yang biasanya terlihat begitu menakutkan dan selalu membuatnya kesakitan kini terlihat begitu lemah dan penuh dengan ketulusan padanya.

 

“Aku... bukankah aku hanya boneka untukmu?, bukankah aku tak berharga bagimu? Sehun-ah... kenapa kau.. kenapa kau membuat dirimu seperti ini hanya untuk orang sepertiku?”Ujar Junmyeon dengan terisak

“Hyung...jadilah milikku, tetaplah disampingku sampai akhir, atau jika tidak... aku akan benar-benar membunuhnya Hyung... kau mengerti?”

Junmyeon mengangguk cepat, tangisnya masih tak juga berhenti, karena meski yang dikatakan Sehun terdengar seperti memaksa namun Junmyeon tahu Sehun tulus mencintainya, dan meski ia tahu ia tak pernah bisa membalas perasaan dari pemuda yang kini kembali terlelap itu, Junmyeon tahu ini adalah yang terbaik.

Junmyeon melepaskan genggaman tangan Sehun dengan perlahan berharap tak membangunkan pemuda itu sebelum akhirnya menutup seluruh tubuh Sehun dengan selimut dan ia pun berjalan ke arah jendelanya yang terbuka untuk menemukan kamar Lay yang terlihat gelap.

“maafkan aku”Gumam Junmyeon sebelum menutup jendelanya

Ia pun berjalan ke arah ranjangnya dan menempatkan dirinya untuk tidur di samping Sehun, dan bisa dilihatnya sosok sehun yang terlelap dengan tenang terlihat begitu damai dan penuh kepolosan, berbeda dengan dirinya ketika kedua matanya terbuka, penuh dengan emosi dan kebrutalan yang Junmyeon tahu itu hanya sebuah kedok bagi Sehun yang sesungguhnya kesepian.

Dan jika Junmyeon melihat lebih dalam pada diri Sehun maka ia akan mendapati kesepian, ketakutan, dan rasa bersalah yang begitu besar sebesar yang ia miliki saat ini.  Apa salahnya jika dua orang yang sama-sama menderita itu bersama dan menciptakan kebahagian palsu untuk diri mereka sendiri.

Bukankah manusia hidup untuk bahagia, dan kebahagiaan yang dimiliki Junmyeon adalah melihat orang di sekitarnya bahagia, meski itupun sulit untuk ia peroleh.

Karena ia tak bisa untuk berhenti menyakiti orang-orang di sekitarnya, apapun yang ia lakukan, keputusan apapun yang ia ambil, pada akhirnya akan menyakiti orang-orang yang ia cintai.

Karena mawar yang indah selalu memiliki duri tajam yang dapat menyakiti siapapun yang berusaha memetiknya.

Junmyeon adalah mawar bagi Sehun dan Lay, entah siapapun yang mendaapatkannya, keduanya akan tetap terluka.

 

 

 

 

 

 

oke... ini mulai gak jelas, aku dengerin lagu selene 6.23 selama nulis ini dan terus-terusan nangis saat denger suara mereka yang menemani aku nulis story ini T.T, endingnya wajahku jadi belepotan ma air mata saking malesnya ambil tissue /Oke lupakan itu.

huaaa gimana? mulai freak? aku tahu...... XD

huaaa makasih semuanya yang udah subscribe dan buat mereka yang udah komen juga ataupun yang sekedar baca abis itu berlalu begitu aja T.T

makasih semuanya... selanjutnya bakal jadi chapter terakhir dari FF ini, meskipun aku tahu mulai banyak yang udah bingung and ngilang ninggalin nih story tetep bakal aku posting kuq..ehm.. besok (??)

ya..ya..ya cukup ba-bi-bu nya hehe maaf sebelumnya kalau banyak typo

anyeong ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lyra89 #1
Chapter 4: Oh my godness ini menyentuh banget T A T Mana saya bacanya sambil dngerin lagu Rose pula.
Keep fighting thor!
Yukiegalaxies
#2
sedih bangattttttttttttttt TT___________TT tapi yang pentingnya happy ending loh.... hiks hiks ....maunya sehun sama suhoooooooooooooooo ;(((
krishokids #3
Chapter 5: huwee T-T
mamah T-T
akoh terhura mamah T-T
kamvretto T-T akoh nangis mamah T-T
aaaaa akoh Mewek Terbahak bahak pelis T-T
hiks T-T
author Daebak hiks ToT (¬▂¬)
lay9095 #4
Chapter 5: gue nangis bombai kayak istri ditinggal mati suaminye...T.T
myeon88 #5
Chapter 5: aku kasian dengan Sehun. Dia itu cinta banget yaa sma Suho T^T nice ff thor ><
myeon88 #6
woah ... LayHo. SeHo... apapun itu yg Suhonya uke aku suka >///< Suho itu mungil lebi cck jd Uke XD. aaaah~~~ ini seru. perebutan Suho. coba ada Kriseu, pasti lbi seru XD
xounicorn #7
Chapter 5: LayHo!!!
aku sampe bikin akun di aff gara-gara pengen baca fict ini ><
daebak thor :)
kirain Lay yg bakal ngorbanin diri
ah tapi yg penting happy ending dan joonmyun tetep sama Lay hihi
keep writting ya authornim ^^
suho0210
#8
Chapter 5: Nooooooooooo.....it's already finish :<
Anyways nice story you write.hope you will write more about Suho's stories....haha :')
chickinae #9
Chapter 5: eung.. fyi, akhirnya baca cast LayHo yang bagus!

alur ceritanya unpredictable author-ssi, aku suka bgt hehe

keep writting~
JiaHannie #10
Chapter 5: Sedih kenapa harus ada death chara tapi gak apa ini tetep bagus