With Love Jajangmyeon

With Love Jajangmyeon

 

Normal POV

Joora melambaikan tangannya kearah mobil Kris yang berlalu meninggalkan rumah mereka. Hari ini Kris ada operasi dan praktek hingga malam hari. Situasi seperti ini sangat mendukung untuk mempersiapkan kejutan untuk Kris. Joora tersenyum riang penuh masuk ke dalam rumah dan memakai celemek dapurnya yang berwarna soft pink dan mengambil buku resep cupcakenya yang berada di bawah tumpukan pakaiannya. Ia membaca salah satu resep cupcake yang ada di dalam buku tersebut, matanya menelaah setiap tulisan yang ada di dalam resep tersebut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menutup buku resep tersebut.

Joora kembali turun dari lantai dua menuju dapur sambil membawa buku resep, ia mengambil bahan-bahan kue yang ia simpan di dalam sebuah lemari kayu kecil. Yeoja itu terlihat sibuk berlalu lalang di dapur, mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alat yang akan digunakan untuk membuat cupcake.

Semua bahan dan alat sudah siap, Joora mulai mengolah setiap bahan yang tersedia dengan panduan dari resep yang tersedia. Ia menghidupkan mixer lalu mencapur bahan-bahan kue dan mengaduknya hingga menjadi sebuah adonan. Kemudian ia menuangkan adonan tersebut ke dalam loyang yang sudah berisikan kertas cupcake dengan warna-warna pastel. Adonan-adonan itu kemudian dipanggang dalam oven. Joora memandang layar ponselnya, lalu tersenyum.

“Yaa~~ paboya. Aku mencintaimu.” Kata Joora sambil memandangi foto Kris yang menjadi wallpaper ponselnya. Kemudian ia meletakkan kembali ponselnya sambil menyiapkan bahan-bahan untuk menghias cupcake towernya.

 

*

 

Kris POV

Aku duduk di kursi di ruang praktekku sambil memandangi sebuah kalung di dalam kotak kecil, bersinar dan berkilauan. Tunggu sampai Joora mendapatkan kalung ini, dia pasti senang. Kulihat jam tanganku yang jarum jamnya menunjukkan pukul dua siang.

“Haah.. tunggu sampai aku pulang.” Kataku sambil memandangi kalung yang sedang kupegang, lalu memasukkannya kembali ke dalam kotaknya dan memasukkannya ke dalam saku celana.

Aku mengambil ponsel dan menelepon Joora.

“Yoboseyo?” Jawabnya dari seberang. Terdengar suara bising yang lalu tiba-tiba menghilang.

“Kau sedang apa?”

“Ah-ah. Aku sedang membersihkan rumah.”

“Sedang menggunakan vakum cleaner rupanya.”

“Hu um.. Kenapa meneleponku? Kau merindukanku yaa?” Goda Joora.

“Ahh, aku hanya memastikan kau baik-baik saja di rumah.” Aku mengelak.

“Aisshh.. sudahlah jangan banyak alasan. Aku tahu kau merindukanku.” Kata Joora lagi sambil tertawa.

Seorang suster tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil menggerakkan mulutnya tanpa suara mengisyaratkan sudah ada pasien yang datang. Aku mengangguk sambil mengatakan ‘tunggu sebentar lagi’ tanpa suara juga, kemudian suster itu mengangguk dan keluar sambil menutup pintu.

“Sudah dulu, aku sudah ada pasien.” Kataku lagi di telepon.

“Yaaa~ kau tidak mau mengaku dan pergi begitu saja.”

“Aniaa.. aku sedang ada pasien sekarang.” Aku mengelak, terdengar suara tawa Joora.

“Aku hanya bercanda. Baiklah, selamat bekerja. Aku menunggumu di rumah.”

“Ne, sampai jumpa.” Aku mematikan telepon.

 

*

 

Joora POV

Kuletakkan ponselku kembali di atas meja. Fiuuh.. untung saja Kris percaya aku sedang membersihkan rumah. Aku menggigit bibir sambil memandangi lagi layar ponselku.

“Kris, kau hampir mengacaukan supriseku.” Ucapku sambil tersenyum.

“Kau selalu seperti ini, bersikap seperti biasa saja bahkan di saat umur pernikahan kita berusia empat bulan.” Gumamku lagi sambil menghela nafas panjang.

TING!

Suara dentingan oven menyadarkanku, rupanya cupcake-cupcake itu sudah matang. Aku memakai sarung tangan anti panas dan membuka oven, asap mengepul dari dalam oven yang terbuka bersamaan dengan aroma kue yang manis dan gurih menggoda hidungku. Kukeluarkan cupcake-cupcake yang sudah matang itu dari dalam oven, asapnya menerpa wajahku. Kemudian kuletakkan di atas meja, aku tersenyum puas melihat cupcake-cupcake itu matang dengan sempurna. Kris, kau akan semakin jatuh cinta padaku.

Aku menunggu cupcake-cupcake itu dingin sambil kembali melanjutkan pekerjaanku yang tertunda karena telepon dari Kris, kuhidupkan mixer dan mengocok krim setengah jadi yang ada di dalam mangkuk.

NGIIIIIIING~~

Suara mixer terdengar memenuhi seluruh penjuru rumah minimalisku. Beberapa coklat chips, strawberry dan topping-topping lain sudah kusiapkan dan juga rangka untuk menyusun cupcake tower. Aku melihat krim yang semakin lama semakin mengembang ringan, aku mematikan mixer dan membagi krim tersebut menjadi beberapa bagian lalu memberikan warna berbeda pada setiap krim yang sudah dipisahkan.

Tampaknya, cupcake-cupcake polos itu sudah dingin. Waktunya untuk menghias! Aku paling suka bagian ini. Aku mengambil salah satu cupcake, menghiasnya dengan krim dan beberapa topping yang sudah kusiapkan. Aku menghias cupcake itu dengan perasaan yang sangat bahagia, penuh cinta dan berharap Kris juga merasakan perasaan yang sama. Ahh.. Aku tidak sabar memberikan suprise ini untuk Kris.

 

*

 

Kini semua cupcake sudah tersusun rapi pada rangka cupcake tower, benar-benar indah. Warna-warni cupcake itu membuat tower di hadapanku ini terlihat manis. Aku memperhatikan detailnya, menyempurnakan setiap kekurangannya. Setelah benar-benar selesai, aku mudur kebelakang, menghelas nafas panjang dan memandang cupcake tower hasil jerih payahku. Aku tersenyum puas sambil mengepalkan kedua tanganku di dada.

“Ahh.. Kris, tunggu sampai kau melihatnya.” Kataku sambil tetap memandang cupcake tower itu.

Kemudian aku mengambil ponsel dan mengcapture hasil karyaku hari ini, benar-benar memuaskan. Bagaimana tidak, aku membuatnya dengan sungguh-sungguh dan penuh kasih sayang, aku seperti melupakan semua masalahku. Kulihat jam dinding, jarum jamnya menunjukkan pukul setengah enam sore, masih empat jam lagi Kris tiba di rumah. Sebaiknya, cupcake tower ini kusimpan di dalam kulkas hingga Kris datang nanti.

Aku membuka kulkas dan memasukkan cupcake tower itu dengan hati-hati, tidak ingin sedikit cacat terjadi pada hasil karyaku. Perabotan-perabotan kotor sudah menunggu untuk dibersihkan, aku menghela nafas kembali.

“Oh Joora, kerja kerasmu hari ini belum berakhir.” Ucapku sambil membawa semua perabotan kotor ke westafel.

Kubersihkan satu persatu semua perabotan itu tanpa terkecuali. Setelah semua perabotan bersih, aku merapikan dapurku yang berantakan. Titik-titik keringat membasahi dahi dan leherku, aku mengusapnya sembarang dengan punggung tanganku, kemudian kembali mengelap meja yang penuh noda krim dan coklat.

Kini dapurku sudah kembali rapi seperti semula, aku melepas dan menggulung celemek dapur yang kupakai dari tadi. Ku buka pintu kulkas untuk mengecek kembali cupcake tower yang tersimpan rapi di dalam kulkas, masih seperti semula, sempurna! Kemudian ku tutup kembali pintu kulkas.

Aku merasakan pegal di bahu dan punggungku, kulihat kembali jam dinding sambil memijit-mijit pelan bahuku. Sudah pukul setengah tujuh. Suara gemuruh terdengar dari dalam perutku, kurasakan lapar mulai menyerang. Ash! Oh Joora, kau belum makan dari pagi. Mungkin sebaiknya aku mandi dulu sebelum membeli makanan, lalu aku bergegas naik ke lantai atas untuk mandi.

 

*

 

Normal POV

Joora duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut bergelombang coklatnya, membiarkannya terurai. Suara gemuruh perutnya kembali terdengar, ia memegang perutnya yang lapar.

“Sebaiknya ku telepon Kris, untuk memastikan dia sudah makan atau belum.” Gumamnya sambil mencari kontak Kris di ponselnya.

Joora menekan tombol panggil dan mendekatkan ponsel ke telinganya.

“Yoboseyo?” Jawab Kris dari seberang.

“Yeobo, kau sudah makan?” Tanya Joora.

“Belum, mungkin sebentar lagi. Aku akan makan di kantin rumah sakit saja.”

“Uhm, baiklah. Aku tidak memasak hari ini, karena ku pikir kau akan pulang malam.”

“Lalu kau makan apa?” Nada suara Kris terdengar meninggi.

“Ya, ya. Aku bisa makan di luar, di kedai Kim ahjussi mungkin.”

“Oke, berhati-hatilah.” Kata kris kembali dengan nada datar.

“Hu um. Saranghae..” Kata Joora lembut.

“Nado saranghae.” Jawab Kris. Kemudian Joora mematikan telepon.

Ia memakai mantel coklat panjangnya dan melingkarkan syal di lehernya, kemudian menyambar tas kecilnya yang berisikan dompet, ponsel dan benda-benda lainnya.

 

*

 

“Kim ahjussi, satu porsi jajangmyeon!” Seru Joora pada Kim ahjussi. Kim ahjussi mengacungkan jempolnya.

Seperti biasa, Joora duduk di bangku tempatnya duduk bersama Kris. Seorang yeoja kecil dan ibunya sedang duduk disana juga. Yeoja kecil itu terlihat sedang lahap memakan jajangmyeon dengan mulut yang belepotan saus jajangmyeon, lucu sekali. Ibunya sesekali mengelap mulut yeoja kecil itu.

“Ahh.. aku jadi ingin punya anak.” Batin Joora.

Joora duduk di samping yeoja kecil itu, ibu dan yeoja kecil itu tersenyum ramah kepada Joora kemudian melanjutkan makan kembali.

Tak lama kemudian, Kim ahjussi datang membawa sepiring jajangmyeon. Udara malam musim gugur tak mampu mengalahkan kepulan asap hangat jajangmyeon yang diberikan Kim ahjussi pada Joora.

“Kau sendirian?” tanya Kim ahjussi sambil menyodorkan sepiring jajangmyeon pada Joora.

“Ne, Kris sedang bekerja. Kamsahamnida ahjussi.” Jawab Joora sambil meraih sepering jajangmyeon itu.

“Ne, cheonma. Makanlah dengan lahap.” Kim ahjussi tersenyum kemudian meninggalkan Joora.

Joora melahap jajangmyeon yang ada di piringnya dengan lahap sekali, rasa lapar di perutnya sudah tingkat akut. Ia hendak memasukkan makanannya lagi, namun matanya terhenti dan memandang ke arah seberang jalan. Seorang yeoja dan namja terlihat sedang bertengkar di pinggir jalan, mereka berteriak-teriak. Yeoja itu terlihat menarik lengan namja yang berusaha melepaskan diri dari yeoja itu. Yeoja itu terus menarik-narik lengan namja itu sambil menangis dan berteriak-teriak. Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang, termasuk Joora.

“Sudah, habiskan saja makananmu. Jangan lihat mereka, tidak baik.” Kata ibu yang duduk disebelah Joora kepada yeoja kecilnya yang memperhatikan pertengkaran di seberang jalan itu.

“Ne, umma.” Yeoja kecil itu kembali melahap makanannya.

Joora menatap yeoja kecil itu dan ibunya, lalu menatap lagi ke arah yeoja di seberang  jalan yang kini di tinggalkan sendiri oleh namja yang bertengkar dengannya tadi. Betapa mengerikannya jika ada di posisi yeoja itu.

“Semoga itu tidak pernah terjadi padaku dan Kris” batin Joora lalu kembali melahap makanannya.

 

*

 

Joora melemparkan tas kecilnya ke sofa dan melepaskan mantelnya. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia mendesah pelan.

“Kenapa lama sekali, masih dua jam lagi Kris pulang.” Gumam Joora

Ia kemudian mengecek lagi cupcake towernya yang tersimpan di dalam kulkas, masih terlihat indah dan sempurna seperti sebelumnya. Kemudian Joora duduk bersandar di sofa dan menghidupkan televisi, ia mencoba mengisi waktu luangnya agar tidak bosan menunggu Kris pulang. Kebetulan hari ini artis favoritnya tampil. Joora menikmati acara televisi itu sambil menunggu Kris pulang.

 

*

Kris POV

Seorang pasien baru saja keluar dari ruangan praktekku, bersamaan dengan masuknya seorang suster ke dalam ruanganku membawa sebuah buku besar yang berisikan daftar nama pasien hari ini.

“Berapa pasien lagi suster?” Tanyaku pada suster itu.

“Sekitar lima orang lagi, dok.” Jawab suster itu sambil membolak-balik halaman buku yang dipegangnya.

Aku melihat jam dinding, pukul sembilan malam. Sebentar lagi pekerjaanku beres dan pulang ke rumah. Aku tidak sabar memberikan kalung ini kepada Joora.

“Dok, saya permisi dulu. Pasien selanjutnya sebentar lagi masuk.” Kata suster itu lagi.

“Baiklah, terima kasih suster.” Kemudian suster itu keluar dan seorang pasien masuk ke dalam ruanganku.

 

*

 

Waktu terus berjalan hingga akhirnya pasien terakhir masuk ke ruanganku. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tiba-tiba suster yang tadi kembali masuk ke ruanganku, masih tetap membawa buku daftar pasien.

“Maaf mengganggu, dok. Ada satu pasien lagi yang ingin periksa. Apa tidak apa-apa? Jam praktekmu hampir berakhir.” Kata suster itu. Aku terdiam, berfikir sejenak.

“Baiklah, hanya satu orang saja kan? Suruh menunggu sebentar.”

“Baik, dok.” Jawab suster itu lagi. Kemudian ia tersenyum dan keluar dari ruanganku.

Aku mengalihkan pandanganku kembali kearah pasien yang ada di hadapanku, dan mendengarkan keluhannya.

 

*

 

Normal POV

Seorang yeoja berwajah sembab terlihat sedang duduk di kursi tunggu dekat ruangan praktek Kris. Matanya menatap kosong ke arah lantai di bawahnya, rupanya ini pasien terakhir Kris. Seorang pasien keluar dari ruangan Kris, suster akhirnya memanggil yeoja berwajah sembab itu untuk masuk ke ruangan Kris. Yeoja itu kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan memasuki ruangan praktek yang di tunjukkan oleh suster itu.

“Selamat malam, dok.” Ucap yeoja itu sambil memandang Kris yang sedang menuliskan keluhan pasien sebelumnya dalam bukunya.

“Selamat ma-“ Kris mengangkat wajahnya memandang yeoja di dahapannya itu, namun kalimatnya terhenti.

Yeoja itu tersenyum dan menatap Kris. Kris berbalik menatap dingin yeoja di hadapannya itu kemudian berdeham.

“Apa keluhanmu?” Tanya Kris dengan nada dan wajah datar.

“Bagaimana kabarmu?” Tanya yeoja itu tanpa memperdulikan pertanyaan Kris.

“Baik, jadi apamu yang sakit?” Tanya Kris lagi.

“Kau tidak merindukanku, eh?” Tanya yeoja itu lagi sambil duduk berhadapan dengan Kris.

“Jam praktekku sudah habis,jika tidak ada keluhan sebaiknya kau pulang.” Kata Kris lagi dengan nada dingin.

“Ya~~ oppa, jangan seperti itu.” Kata yeoja itu lagi dengan nada manja.

“Kim Ah Min, Kau membuang waktuku.” Kris bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu.

DEG!

Kris terdiam dengan tangan kanan yang sedang memegang kenop pintu seperti bersiap membukanya. Tubuhnya terasa kaku merasakan pelukan tiba-tiba dari Ah Min. Ah Min menangis sambil memeluk Kris.

“Biarkan aku memelukmu, oppa.” Kata Ah Min lirih. Kris hanya terdiam dan membuang muka.

“Aku baru saja dicampakkan kekasihku, ia meninggalkanku demi wanita lain.” Ah Min terus terisak.

Kris merasa kasihan melihat Ah Min yang menangis dalam pelukannya. Sebenarnya Kris merasa malas jika terlibat dalam suasana seperti ini, apalagi bersama masa lalunya. Ah Min terus menangis dan mengeratkan pelukannya, membuat Kris semakin merasa tidak nyaman. Kris masih tetap bungkam, yang terdengar hanyalah isakan Ah Min.

“Oppa.. Kembalilah padaku.” Kata Ah Min sambil melepaskan pelukannya. Kris menatap Ah Min dengan tatapan datar.

“Mengertilah, Ah Min. Aku sudah menikah.” Jawab Kris dingin.

“Aniaa! Aniiaa! Kembalilah padaku.” Ah Min berteriak sambil menarik-narik lengan Kris. Terlihat sekali raut kekesalan di wajah Kris, ia menghelas nafas.

“Jangan bicara hal bodoh, Ah Min.” Kata Kris datar.

“Aku masih mencintaimu, oppa!” Ah Min berteriak histeris. Ah Min tiba-tiba pingsan. Perlahan tubuhnya terhuyung kebelakang, Kris dengan sigap menangkap tubuh Ah Min yang lemas.

Kris menggendong tubuh Ah Min dan membaringkannya di sebuah ranjang rumah sakit yang terdapat di dalam ruang prakteknya. Mata Ah Min masih tertutup rapat, Kris mengambil peralatan dokternya dan memberikan pertolongan kepada Ah Min.

Tiba-tiba Ah Min merangkulkan tangannya di leher Kris dan menarik wajah Kris hingga wajah mereka sangat dekat. Kris terkejut, namun berusaha tetap tenang.

“Ah Min, apa yang kau lakukan?” Kata Kris datar.

“Tetaplah seperti ini, oppa.” Ah Min tersenyum puas.

 

*

 

Joora POV

“Ahh.. Jam berapa ini, kenapa Kris belum pulang?” Joora melihat jam dinding yang menunjukkan hampir pukul sebelas malam.

“Sebaiknya ku telepon saja.” Gumamku sambil mencari nomor Kris lalu mendekatkan ponsel ke telingaku.

TUUUT.. TUUUUT.. TUUUT..

Kris tidak mengangkat teleponku, kemana dia? Aku mencobanya sekali lagi, tidak diangkat juga. Sebaiknya ku telepon ke rumah sakit saja.

“Yoboseyo?” Jawab seorang suster dari seberang.

“Yoboseyo. Suster, aku istri Dokter Kris.”

“Ne, ada yang bisa kubantu?”

“Dokter Kris masih disana?”

“Tunggu sebentar, ne.” Ucapnya sambil menjauhkan telepon.

Terdengar suara suster itu sedang berbincang kepada temannya.

“Yoboseyo?” Katanya lagi.

“Ne? Bagaimana, Dokter Kris masih disana?”

“Masih, sepertinya masih ada pasien.”

“Ne, kamsahamnida. Bias ku susul saja kesana.” Ucapku kemudian menutup teleponnya.

Aku mengeluarkan tower cupcake dari kulkas dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak. Aku mengambil memakai mantel dan menggendong tas selempang kecilku, kemudian membawa cupcake tower yang sudah terbungkus rapi itu bersamaku.

 

*

 

Aku tiba di depan rumah sakit tempat Kris praktek, melangkahkan kakiku masuk ke dalam gedung rumah sakit bersama cupcake tower yang masih tetap aman di tanganku. Beberapa suster menyapaku dan aku membalasnya dengan senyuman paling tulus yang ku miliki. Aku berhenti di meja administrasi, beberapa suster yang sedang berjaga tersenyum dan menyapaku ramah.

“Apa yang kau bawa? Pasti untuk Dokter Kris.” Kata seorang suster sambil tersenyum.

“Ahh, hanya sedikit hadiah untuknya.” Aku menjawab dengan malu-malu.

“Beruntung sekali dokter Kris memiliki istri sepertimu.” Kata suster itu menggodaku.

“Ah, tidak juga. Dimana Dokter Kris?” Tanyaku.

“Dia masih di ruangannya.” Jawab suster itu.

“Baiklah, aku langsung saja kesana.”

“Ne, sepertinya dia sudah tidak ada pasien.”

“Ne, kamsahamnida.” Kataku, kemudian berjalan meninggalkan meja administrasi menuju ruangan Kris.

Aku mengehela nafasku sebelum masuk ke ruangan Kris. Sebuah pintu di depanku rasanya sudah memaksaku untuk membukanya dan bertemu dengan Kris. Jantungku berdegup lebih kencang, aku memandang sebuah kotak berisikan cupcake tower yang ku pegang. Aku mengehela nafas panjang.

“Semoga ini berhasil.” Gumamku lalu membuka pintu yang ada di hadapanku.

 

*

 

Normal POV

“Oppa! Ayolaaah.” Suara seorang yeoja terdengar seperti menggoda seseorang.

“Kau gila! Lepaskan!” Terdengar lagi suara namja, itu suara Kris!

Joora mengalihkan pandangannya kearah dua orang yang terlihat seperti sedang bermesraan di atas ranjang rumah sakit. Matanya membelalak, tubuhnya kaku.

BRAKK!

Cupcake tower yang dipegang Joora jatuh berantakan. Kris dan Ah Min menoleh ke arah asal suara yang mengagetkannya. Tangan Ah Min masih tetap merangkul leher Kris. Kris memandang Joora yang berdiri kaku menyaksikan dirinya bersama yeoja lain. Air mata membasahi pipi Joora, bibirnya tetap terkatup kaku. Kemudian Joora berlari keluar meninggalkan ruangan Kris sambil menangis.

“Jooraaaa!!” Teriak Kris.

“Oppa.. biarkan saja.” Kata Ah Min sambil terus menggoda Kris.

“Kau gila! Lepaskan aku!” Kata Kris sambil melepas kasar rangkulan Ah Min.

“Oppa!!! Kajimaaa!” Jerit Ah Min

Kris tidak memperdulikan Ah Min, ia kemudian berlari mengejar Joora. Namun, Joora sudah menghilang. Kris cepat-cepat menuju mobilnya dan mencari istrinya. Ia melajukan mobilnya keluar dari areal rumah sakit dan padangannya tetap mencari-cari di setiap penjuru jalan yang dilewatinya.

“Joora.. kau dimana?” Lirih Kris. Raut kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya. Berkali-kali ia berusaha menghubungi Joora namun nihil, ponsel Joora tidak aktif. Kris terlihat kacau, ia terus mecari-cari sosok Joora.

 

*

 

Joora duduk di sebuah kursi tempatnya pertama kali bertemu dengan Kris. Kedai Kim ahjussi sudah tutup, hanya dia sendiri duduk disana. Ia menundukkan kepalanya sambil terus menangis, ia merasakan sesak di dadanya. Udara malam musim gugur seakan menambah kepedihan yang ia rasakan.

“Paboya! Apa yang kau lakukan Kris! Tega sekali! Bahkan di hari jadi kita!” Kata Joora sambil terus menangis. Ia tak sanggup menahan kesakitan yang mendera hatinya, suami tercintanya berselingkuh dengan yeoja lain.

Langkah kaki seseorang terdengar mendekati Joora yang sedang menangis tertunduk. Orang itu kemudian duduk di samping Joora. Joora mengalihkan pandangannya pada seseorang yang duduk di sampingnya. Matanya terbelalak melihat ternyata orang itu adalah yeoja yang bersama suaminya tadi, ya itu Kim Ah Min mantan kekasih Kris.

“Kris adalah milikku.” Kata Ah Min tak bersalah.

Joora merasa geram dengan perkataan Ah Min yang didengarnya barusan. Ia kemudian bangkit lalu menatap Ah Min penuh amarah.

“Mwo? Dia suamiku! Beraninya kau!” Pekik Joora. Setetes air mata kembali mengalir membasahi pipinya. Wajahnya memerah dan terlihat kacau. Kemudian Ah Min ikut bangkit dari kursinya.

“Suamimu? Seharusnya dia tidak menjadi suamimu. Aku yang bertemu dengannya lebih dulu. Aku yang mencintainya lebih dulu, dan dia mencintaiku lebih dulu. Bukan kau!” Ah Min memaki Joora tepat di depan wajahnya.

“Kau sudah merebutnya dariku dan sekarang pergilah! Kembalikan dia padaku!” Tambah Ah Min lagi dengan kasar.

PLAAAKK!!

Sebuah tamparan medarat di pipi kiri Ah Min. Joora merasa geram mendengar kata-kata yang diucapkan yeoja di depannya. Air mata terus membasahi pipinya, mata dan wajahnya memerah. Sakit itu semakin menyerang hatinya. Ah Min memegang pipinya yang sakit dan memerah akibat ditampar Joora, ia memandang Joora geram.

“Ash!! Beraninya kau! Dasar tidak tahu malu!” Pekik Ah Min lagi.

PLAAAKK!!

Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi kanan Ah Min.

“Kau yang seharusnya malu!! Kris sudah menikah denganku! Dia adalah suamiku! Kau yang seharusnya pergi!” Joora berteriak histeris, air matanya terus mengalir.

Ah Min semakin geram dan melayangkan tangannya hendak menampar Joora. Joora refleks menutup matanya.

“Kau!!” Pekik Ah Min. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghentikan tamparannya yang hampir mengenai Joora. Ah Min melihat kearah seseorang yang menahan tangannya.

“Jauhkan tanganmu darinya, dia istriku.” Kata seorang namja dengan suara beratnya. Joora membuka matanya dan melihat sosok suaminya sedang menahan tangan Ah Min.

“Oppa! Aku yang seharusnya menjadi istrimu, bukan dia.” Teriak Ah Min. Kris melepaskan tangan Ah Min.

“Yaaaa!” Pekik Joora.

“Ah Min-ah. Sebaiknya kau pergi, jangan ganggu kami lagi.” Kata Kris dingin.

“Tapi, oppa. Aku masih mencintaimu..” Ah Min merengek.

“Aku mencintai istriku lebih dari apapun, jadi carilah orang yang lebih pantas untukmu, Ah Min.” Kata Kris lagi. Joora tertegun memandang wajah Kris, ia tak percaya dengan apa yang diucapkan Kris barusan.

“Tapi oppa..” Air mata membasahi pipi Ah Min.

“Pergilah.” Ucap Kris datar.

Ah Min kemudian berlari meninggalkan Joora dan Kris sambil menangis.

Joora berbalik hendak meninggalkan Kris, namun tiba-tiba tangan Kris menahannya pergi tanpa menoleh ke arahnya.

“Yeobo, kajima..” Ucap Kris pelan.

“Aku ingin sendiri.” Jawab Joora.

Kemudian Kris membalikkan badannya dan memeluk Joora dari belakang, ia mendekap Joora dan berbisik di telinga Joora.

“Maafkan aku.” Bisik Kris. Joora meronta dan mencoba melepaskan pelukan Kris.

“Lepaskan! Aku ingin sendiri!” Jerit Joora sambil terus berusaha melepaskan pelukan Kris. Kris mendekap Joora semakin erat. Yang Kris rasakan hanyalah ia tak ingin kehilangan istri tercintanya, malaikat dalam hidupnya.

“Kris! Lepaskan aku! Aku ingin sendiri!” Air mata terus membasahi pipi Joora, yeoja itu terus meronta dan menjerit. Hatinya seperti disayat ribuan kali, perih.. perih sekali. Kris merenggangkan pelukannya.

Dengan langkah gontai, Joora berusaha meraih kursi taman yang ada di dekatnya, kursi tempatnya bertemu Kris pertama kali. Mata Kris terus tertuju pada istrinya yang jatuh terduduk di kursi taman itu. Joora menundukkan wajahnya, bahunya bergetar dan terdengar isakan yang membuat Kris ikut merasakan perih yang dirasakan Joora.

“Disini.. Disini pertama kali aku bertemu dengan seorang namja..” Joora mengangkat wajah. Sebuah senyuman pahit tersungging di bibirnya. Ia menatap jauh ke depan, seperti menerawang sesuatu.

“Namja itu mengagetkanku, membuat makananku tumpah dan mengotori bajuku. Setelah itu, kursi dan tempat ini menjadi saksi perjalanan cintaku dengannya, tempat yang begitu indah karena aku selalu bersamanya..” setetes air mata kembali membasahi pipinya, bibirnya bergetar namun tetap mempertahankan senyuman pahitnya. Kris menatap lekat-lekat istrinya, matanya berkaca-kaca dan bibirnya terkatup rapat. Kemudian Kris mendekati Joora dan berlutut di hadapan yeoja yang dicintainya itu, Joora mengalihkan pandangannya pada Kris.

“Manis sekali bukan?” Ucap Joora dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Ia menatap Kris lekat-lekat.

“Joora..” Ucap Kris lirih.

“Kenapa kau lakukan itu? Kau tega menghianatiku.” Joora membuang muka.

“Itu tidak seperti yang kau bayangkan, Ah Min menjebakku.” Jelas Kris.

“Sekarang aku tahu, kenapa malam itu kau pulang malam. Kau bertemu dengannya? Kau berkencan dengannya kan?” Nada suara Joora meninggi. Air matanya mengalir semakin deras.

“Tid..”

“Malam itu kau berbisik di telepon, itu Ah Min kan?!” Pekik Joora memotong kalimat Kris. Matanya menatap suaminya lekat-lekat penuh amarah.

“Semuanya sia-sia! Aku bahkan membuatkanmu cupcake tower untuk hari ini, tepat empat bulan hari pernikahan kita! Tapi apa yang kau lakukan?! Kau tega menghianatiku! Kau tega berselingkuh di belakangku! Aku tidak pernah menuntut apa-apa darimu, aku hanya ingin kau mencintaiku! Kau ada disisiku! Bukan seperti ini! Kita bertemu di tempat ini pertama kali, haruskah semuanya berakhir disini juga?!! ” Joora menjerit histeris, kedua tangannya terkepal kuat. Ia menundukkan kepalanya lagi, butir-butir air mata terlihat menetes.

Kris mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan corak silver dan meraih tangan Joora yang terkepal. Kris membuka kepalan tangan itu perlahan lalu meletakkan kotak kecil itu di atas telapak tangan istrinya. Joora dengan cepat mengangkat wajahnya menatap Kris. Air matanya sudah berhenti namun pipinya masih tetap basah.

“Apa ini?” Tanya Joora, matanya menatap dalam suaminya itu. Raut kebingungan terlihat Jelas di wajahnya.

“Bukalah. Kuharap itu bisa menjelaskan semuanya.” Ucap Kris datar sambil tersenyum tipis.

Joora membuka kotak itu perlahan, sebuah kalung berwarna putih keperakan dan berkilau, bandulnya berbentuk hati dengan sayap kecil di sisi kiri kanannya. Joora menutup mulutnya sambil memandang kalung yang ada di hadapannya. Air matanya kembali mengalir, namun kali ini berbeda.

“Maafkan aku, aku hanya bisa memberikan ini untukmu. Malam itu aku menelepon Luhan hyung, aku berbisik agar tidak terdengar olehmu. Aku meminta bantuannya untuk menemaniku membelikan hadiah ini untukmu.” Ucap Kris sambil memandang wajah istrinya yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Yeobo..” Ucap Joora pelan, suaranya bergetar.

“Soal aku pulang terlambat, awalnya aku pergi bersama Luhan hyung hanya untuk membeli kalung ini, namun kami merasa harus menghabiskan waktu lebih lama karena sudah lama tidak bertemu. Dan soal Ah Min, aku bahkan tidak tahu dia akan datang. Aku sudah berusaha pergi namun dia menjebakku dengan berpura-pura pingsan. Maafkan aku sudah membuatmu terluka.” Tambah Kris lagi.

Joora semakin tidak percaya, untuk pertama kalinya ia mendengar kalimat sepanjang itu keluar dari mulut Kris. Dan kalung ini, ternyata Kris begitu mencintainya.

“Jangan menangis lagi.” Kris menghapus air mata Joora dengan ibu jarinya.

“Ma-maafkan aku.. aku sudah..” Joora menghambur ke pelukan suaminya itu. Ia menangis dengan kencang. Tangis itu adalah tangis bahagia. Ia tidak menyangka, Kris berusaha melakukan yang terbaik untuknya.

“Jangan pergi.” Ucap Kris lirih sambil membelai lembut rambut istrinya itu. Setetes air mata mengalir di pipi namja itu, namun cepat-cepat dihapusnya.

“Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu!” Ucap Joora sambil terus terisak di pelukan Kris.

“Nado saranghae..” Jawab Kris sambil tersenyum. Mereka berpelukan erat, sangat erat. Tak ingin apapun memisahkan mereka, bahkan udara dingin musim gugur sekalipun.

Kris melihat jarum jam yang menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Ia melonggarkan pelukannya dan meraih tangan Joora. Ia mengambil kalung yang ada dalam genggaman Joora lalu memakaikan kalung itu di leher istrinya. Joora menyentuh bandul berbentuk hati dengan sayap kecil yang kini menggantung di lehernya sambil menyiratkan sebuah senyuman bahagia.

“Ini belum terlambat kan untuk mengucapkannya padamu?” Ucap Kris. Joora mengangguk pelan, bibirnya tak dapat menahan senyuman bahagia.

“Selamat hari empat bulan pernikahan, yeobo.” Kris mendekatkan wajahnya ke wajah Joora.

“Selamat hari empat bulan pernikahan juga, yeobo.” Ucap Joora lalu menutup matanya.

Wajah Kris perlahan bergerak mendekati wajah Joora mempertipis jarak diantara mereka, jantung mereka berdegup lebih cepat. Bibir Kris bergerak perlahan menyentuh bibir Joora, hangat dan lembut. Mereka hanyut dalam ciuman panjang yang menghangatkan, tak peduli apa yang terjadi sebelumnya, tak peduli seberapa berat sakit yang dirasakan, dan tak peduli dengan ribuan tetes air mata yang jatuh, mereka ingin tetap seperti ini hingga maut memisahkan.

END

 

Epilog

“Maaf Dokter Kris.” Panggil sorang suster saat aku berjalan menuju ruangan praktekku.

“Ne? Ada apa?”

Suster itu berjalan mendekatiku sambil membawa sebuah kotak.

“ Hanya ini yang tersisa, aku sudah berusaha mengumpulkannya.” Ucap suster itu sambil menyerahkan sebuah kotak yang dibawanya.

Aku menerima kotak itu dan membukanya. Mataku terbelalak melihat isi dari kotak itu, rupanya cupcake yang dibawa Joora kemarin. Bentuknya sudah tidak utuh, tapi kelihatannya masih bisa dimakan.

“Bukannya sudah jatuh berserakan?” Tanyaku pada suster itu.

“Ne, tapi beberapa masih bisa diselamatkan walaupun bentuknya sudah tidak seindah sebelumnya.” Kata suster itu.

“Ah, ne. Kamsahamnida.” Ucapku, suster itu kemudian tersenyum dan meninggalkanku.

Aku membawa cupcake-cupcake itu ke dalam ruangan praktek, mengambil salah satu cupcake lalu mencicipinya.

WAW!

Rasanya benar-benar enak, sayang sekali bentuknya sudah tidak beraturan dan bahkan beberapa buah sudah hancur karena kejadian kemarin, tapi tak apalah, selama masih bisa dimakan. Aku melahap cupcake itu sampai habis. Rasanya sangat enak, Joora memang pandai. Akan kuberitahu Joora nanti saat aku pulang, dia pasti bahagia.

END

 

Ahhhhh! Akhirnya selesai jugaaa! Gimana? Author blushing2 gitu pas bagian akhir-akhirnya. Thankyou yang udah ngikutin Ffku dari part 1 sampe part 3 ini. Penuh perjuangan banget nih bikinnya, melawan tugas-tugas kuliah dan melawan sakit. Hehehe! ^^ (malah curhat) Maaf yah kalo masih ada typo dan ada yang kurang greget, author masih belajar nih. Mohon kritik dan sarannya yaa~~ Annyeong ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sejinn
#1
Ga ada squelnya kah????
loveyeollie #2
Semuanyaaaaaa~~~ part kedua menyusul sekitar 2-3 hari lagi yaaaa! Tugas kuliah menumpuk nihhh. Jongmal Mianhaeyoooo