With Love Jajangmyeon

With Love Jajangmyeon

 

 

Joora POV

Sudah kira-kira satu jam aku duduk di sebuah kursi yang terletak di tengah-tengah taman rumah sakit, merapatkan mantel coklatku untuk melindungi tubuhku dari udara dingin musim gugur. Angin musim gugur menerpa wajahku sesekali, aku mengamati beberapa pasien yang sedang bersama suster atau keluarganya menikmati keindahan taman ini, menghilangkan kepenatan karena seharian berada di ruangan rumah sakit. Taman ini sangat indah dan sejuk, jelas taman ini sengaja dibuat untuk menghilangkan kepenatan orang-orang  yang seharian berada di dalam rumah sakit. Aku mengalihkan pandangan ke arah kolam air mancur di tengah-tengah taman, memperhatikan dua anak kecil duduk di pinggir kolam sambil memainkan airnya.

RRRRRT.. RRRRTTT..

Aku merasakan ponselku yang berada di saku mantelku bergetar . Aku melihat nama ‘YEOBO’ di layar ponselku.

PIP!

Aku menekan tombol ‘jawab’.

“Yoboseyo?” Jawabku.

“Kau dimana?” Tanya seorang namja.

“Kau sudah selesai? Aku di taman.”

“Baiklah, tetap disana. Aku akan segera kesana.” Dia mematikan teleponnya.

Aku memasukkan ponsel ke dalam saku mantelku dan kembali mengamati orang-orang yang berada di taman ini sambil menikmati keindahan yang ditawarkan taman yang indah dan sejuk ini. Angin musim gugur kembali berhembus menerpa wajahku lembut dan menerbangkan dedaunan kering yang membuat suasana taman ini jadi bertambah indah. Aku merapatkan mantel coklatku dan melihat ke sekelilingku mencari sosok namja yang sedang aku tunggu.

Beberapa menit kemudian, seorang namja bertubuh tinggi, berambut kuning kecoklatan dan menggunakan mantel hitam panjang tampak berjalan menghampiriku. Angin menerpa lembut rambut lurusnya yang berwarna kuning kecoklatan, mengibaskan lembut helaian-helaian rambutnya. Beberapa suster dan pasien yang dilewatinya tampak menyapa dan memberi salam padanya, ia hanya tersenyum kecil.

Aku melambaikan tanganku padanya.

“Aku disini!” Aku tersenyum riang dan memanggilnya dengan suara agak keras.

Ia menyadarinya dan mempercepat langkahnya menuju kearahku. Aku tersenyum padanya.

“Bagaimana operasinya, dokter? Lancar?” Tanyaku.

“Ne, semuanya lancar. Maaf membuatmu lama menunggu.” Katanya.

“Arasso. Tidak perlu meminta maaf.” Kataku sambil tersenyum memandangnya dan merangkul lengannya yang kuat.

Kris hanya tersenyum kecil kepadaku. Sifat Kris yang pendiam dan tertutup berbanding terbalik dengan sikapku yang ceria dan suka sekali bicara. Pernikahan kami hampir berumur empat bulan dan aku belum sama sekali mengandung. Kris masih ingin menikmati masa-masa indah kami berdua, jadi kami masih menunda untuk memiliki anak. Tapi begitulah Kris, sifatnya yang pendiam itu membuatnya terlihat dingin dan kaku, tapi aku sudah terbiasa dengan sifatnya. Terkadang, aku merasa hanya aku sendiri yang ada di dalam hubungan kami, aku lebih banyak bicara, tapi itu bukan masalah besar bagiku, memang seperti itulah sifat dasar suamiku.

“Kau lapar? Kita belum makan siang.” Tanya Kris. Dia memang tidak banyak basa-basi.

Sebenarnya sebelum ke rumah sakit tadi, kami ingin makan siang berdua. Tapi tiba-tiba Dokter Nam mendadak menelepon Kris untuk membatunya menjalani operasi. Kami menunda makan siang kami dan pergi ke rumah sakit.

“Ne! Ayo kita beli jajangmyeon saja, yeobo.” Kataku.

“Baiklah, Kajja.” Kata Kris lalu menggandengku menuju mobil.

 

*

 

Kami berhenti di salah satu pojangmacha yang menjual jajangmyeon yang merupakan langganan kami berdua sejak pacaran, juga tempat aku dan Kris pertama kali bertemu. Aku jadi ingat kejadian pertama kali aku dan Kris bertemu..

-FLASHBACK-

“Kim ahjussi! Satu porsi jajangmyeon.” Seruku pada ahjussi penjual jajangmyeon.

Kim ahjussi itu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Sambil menunggu pesananku datang, aku memilih duduk di kursi taman di sebelah kios itu. Seorang namja duduk di kursi itu juga, dia terlihat sedang serius mengamati layar ponselnya. Aku duduk di sebelah namja itu, saking seriusnya dia tidak sadar ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Badannya tinggi dan terlihat kuat, rambutnya berwarna kuning kecoklatan, ada beberapa tindikan di telinganya, hidungnya mancung, alisnya tebal, dan dia tampan. Rasa ingin tahuku besar sekali, aku melirik layar ponsel yang dari tadi di pandangnya terus-menerus tanpa berkedip. Rupanya itu foto seorang yeoja, rambutnya berwarna kuning kecoklatan sama dengan warna rambut namja di sebelahku ini, hidungnya mancung, bibirnya tersenyum dan berwarna pink, benar-benar cantik. Aku menatap namja itu, dia sama sekali tidak bergeming, terus menatap foto yeoja cantik itu.

“Ini jajangmyeon-mu nona manis.” Kim ahjussi memberikanku sepiring jajangmyeon dengan aroma yang semakin membuatku berselera makan.

“Kamsahamnida, ahjussi.” Kataku sambil tersenyum dan meraih sepiring jajangmyeon yang diberikan Kim ahjussi. Ahjussi itu membalas senyumku.

Aku menyumpit jajangmyeon-ku dan membuka mulut memasukkannya ke dalam mulut, namun tiba-tiba namja tampan di sebelahku ini berteriak..

“ARRGGHHH!” ia berteriak, mengacak-acak rambutnya lalu tiba-tiba berdiri.

PRAANNGG!!!

Piringku jatuh, jajangmyeon-ku tumpah dan berantakan, mengotori wajah dan pakaianku. Aku hanya terdiam, aku shock. Semua orang menoleh ke arahku termasuk namja itu. Matanya membulat melihat seorang yeoja berlumuran saus jajangmyeon.

“A-a-ah choasumnida.” Katanya panik. Dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya, berlutut di hadapanku lalu membersihkan area di sekitar mulutku yang kotor. Aku hanya menatapnya datar. Aku masih shock. Ia hendak membersihkan noda di bajuku, menyadari itu aku segera berdiri.

“Aku bisa sendiri.” Jawabku sambil tersenyum dan mengambil sapu tangan yang dipegangnya.

Aku membersihkan pakaianku yang kotor menggunakan sapu tangan namja itu, namun nihil, noda itu terlalu banyak dan hanya bisa hilang jika dicuci. Namja itu mengumpulkan sumpit dan piringku yang jatuh berserakan dan mengembalikannya pada ahjussi penjual jajangmyeon.  Kemudian namja itu menghampiriku lagi namun kali ini bersama Kim ahjussi.

“Ahhhhh... Kau berantakan sekali Joora-ah!” Kata Kim ahjussi sambil menggelengkan kepalanya.

“Choasumnida, aku sudah menumpahkan makananmu bahkan sampai mengotori bajumu.” Katanya degan wajah datar.

“Ah.. Kwenchanayo. Lagi pula kau tidak sengaja kan?” Kataku ramah.

Kris hanya membalas dengan senyuman tipis.

“Yaa! Kris! Jangan diam saja, antarkan Joora pulang.” Sambil memukul lengan Kris.

“Aa-ah aniya, aniya. Kwencanayo, aku bisa pulang sendiri.” Kataku sambil menggelengkan kepalaku dengan canggung.

“Joora-ah, dengarkan kata ahjussi. Bagaima kau bisa pulang dengan keadaan berantakan seperti ini?” Tambah Kim ahjussi lagi.

“Baiklah, kuantar kau pulang.” Kata Kris secara tiba-tiba.

“A-a-ah..” Kataku terbata sambil terpaku menatapk Kris.

“Ayolah, Joora. Kris sudah bersedia mengantarmu pulang. Kajja! Kajja!” Kata Kim ahjussi.

Aku masih terpaku menatap ahjussi yang terus memaksaku untuk pulang bersama Kris. Tak kusangka Kris menarik tanganku secara tiba-tiba. Aku melihat kearah Kim ahjussi, ia hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Kami berjalan beriringan menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Kami masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat kejadian perkara antara aku dan namja tampan yang baru saja terjadi.

 

*

 

“Stop! Sampai disini saja. Rumahku masih harus berbelok masuk ke dalam gang kecil yang hanya bisa dilewati sepeda.” Kataku.

“Baiklah. Sekali lagi maafkan aku.” Katanya sambil menatapku.

“Aishh. Jangan berlebihan. Kamsahamnida, kau sudah bertanggung jawab dan mengantarkan aku pulang.” Aku tertawa dan menyenggol lengannya.

Namja itu hanya tersenyum tipis.

“Siapa namamu? Kita belum berkenalan.” Tanyaku.

“Namaku Kris. Wu Yi Fan” Dengan tatapan datarnya.

Aku membelalakkan mataku.

“Mwo? Kau bukan orang Korea?” Aku masih melotot. Dia menatapku dan menggeleng.

“Lalu? Kau ke Korea untuk apa?” tanyaku lagi.

“Aku ke Korea untuk kuliah.”

Aku mengangguk-anggukkan kepala sambil membulatkan mulutku. Kris hanya tersenyum tipis.

 “Baiklah Kris-ssi. Senang bertemu denganmu. Oya, Namaku Joora. Kamsahamnida.” Aku membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Kris. Sebelum Kris pergi, aku merunduk supaya Kris dapat melihat wajahku dari jendela mobilnya.

“Akan kukembalikan setelah aku cuci.” Kataku sambil tersenyum dan menunjukkan sapu tangan Kris.

Setelah hari itu, aku selalu membawa sapu tangan Kris. Berharap bisa bertemu lagi dengannya dan mengembalikan sapu tangan miliknya. Ternyata benar, dua hari lagi aku bertemu Kris di tempat Kim ahjussi dan di kursi yang sama juga.

Setelah hari itu, kami berdua menjadi lebih sering bertemu, hubungan kami menjadi semakin dekat hingga akhirnya kami berpacaran dan menikah.

-FLASHBACK END-

 

“Ahjussi, seperti biasa.” Kata Kris kepada Kim ahjussi. Kim ahjussi mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum.

Setelah memesan makanan, aku dan Kris seperti biasa duduk di kursi favorit kami, kursi yang mempertemukan kami.                 Sambil menunggu makanan datang, aku mengajaknya foto berdua.

“Yeobo, ayo kita selca.” Kataku sambil mengeluarkan ponsel.

“Ani, kau saja sendirian.” Jawabnya malas.

“Yaaa.. Ayolah. Kita sudah lama tidak selca bersama.” Rayuku sambil merangkul lengannya.

“Asshhh.. Baiklah, baiklah.” Katanya terpaksa. Begitulah Kris, agak susah mengatasi namja satu ini.

Kris mendekatkan wajahnya kearahku hingga pipi kami saling menempel. Aku mengatur kamera ponselku menjadi kamera depan, aku tersenyum lebar dan memasang wajah cute, sedangkan Kris hanya memasang wajah datar saja seperti biasa, kemudian aku menekan tombol capture.

CKREKK!

Aku melihat hasil selca-ku bersama Kris dan tertawa geli.

“Ya! Apa yang kau tertawakan?” tanyanya ketus sambil melihat kearah layar ponselku yang sedang kupegang.

“Obso, aku hanya bahagia. Melihat wajahmu datar seperti ini.” Aku masih terus terkekeh.

“Yaa~ Katakan saja kau terpesona karena ketampananku kan?” Kris menatap tajam mataku.

Aku memukul pelan lengannya yang kuat dan mencubit pipinya hingga wajahnya meringis.

“Yaa! Lepaskaaan! Apoyaa!!” Jerit Kris. Aku tertawa puas dan melepaskan cubitanku.

“Apa yang kau tertawakan? Kau bahagia melihat suamimu kesakitan?” Tambahnya lagi sambil mengelus-elus pipinya yang kucubit tadi.

“Kau menggemaskan, yeobo! Mianhaeyoo~” Kataku sambil melakukan aegyo. Dia hanya memandangku dengan tatapan kesal, aku menjulurkan lidahku sedikit padanya.

Tiba-tiba wajahnya yang tampan itu perlahan semakin dekat, mendekat dan..

CUP!

Kris mendaratkan sebuat ciuman lembut sesaat di bibirku. Aku menatapnya kemudian melihat kesekitarku dan menjitak pelan kepalanya.

“Apa yang kau lakukan?! Ini di tempat umum!” Kataku sambil membulatkan mataku dan menatapnya lekat-lekat.

“Itu hukuman untukmu karena berani menertawakanku.” Kata Kris sambil meringis dan mengusap-usap kepalanya yang masih sakit akibat jitakanku.

“Ya, ya~ Kalian berdua masih seperti anak-anak saja.” Kata Kim ahjussi sambil membawakan pesanan kami.

Kami berdua langsung mengarahkan padangan pada Kim ahjussi yang datang membawa dua piring jajangmyeon. Aku hanya tertawa dan meraih dua porsi jajangmyeon yang dibawa Kim ahjussi.

“Selamat menikmati.” Kata Kim ahjussi sambil tersenyum.

“Kamsahamnida, ahjussi.” Jawabku sambil tersenyum dan memberikan sepiring jajangmyeon kepada Kris.

“Kamsahamnida, ahjussi.” Kata Kris pada Kim ahjussi. Lalu Kim ahjussi meninggalkan kami berdua.

Kami makan dengan lahap tanpa suara, sibuk dengan makanan kami masing-masing. Seorang waitress membawakan kami dua gelas air putih.

“Kamsahamnida.” Kataku dengan mulut yang penuh dengan jajangmyeon. Waitress itu tersenyum lalu meninggalkan kami. Kris menoleh kearahku.

“Uuwaaaee? Kataku dengan mulut masih penuh.

“Telan dulu makananmu, baru bicara.” Kata Kris.

“Aku malu makan denganmu.” Kata Kris.

“Yasudah, lain kali jangan makan denganku.” Jawabku tak peduli. Kris kembali melanjutkan makan.

Aku menyumpit helaian-helaian jajangmyeon terakhir di piring dan memasukkannya ke dalam mulut. Mulutku penuh dengan jajangmyeon, aku menguyahnya perlahan, rasanya nikmat sekali. Kris meneguk segelas air putih dan meletakkan kembali gelas kosongnya di meja lalu menatapku, piringnya sudah bersih. Aku menatapnya balik dengan mulutku yang masih penuh.

“Mwo?” Kataku. Mataku membulat dan mulutku berhenti mengunyah sejenak.

Kris mengusap-usap rambutku hingga membuat rambutku sedikit berantakan.

“Kau benar-benar seperti anak kecil.” Kris mengambil tisu dan membersihkan saus di sudut bibirku. Aku menatapnya dan langsung menelan makanan yang memenuhi mulutku. Namja yang tampak dingin ini tak sedingin kelihatannya. Aku mengambil tisu yang dipegang Kris dan mengelap mulutku yang kotor akibat saus jajangmyeon.

“Gomawo, yeobo.” Kataku sambil tersenyum dan membenarkan rambut. Kris hanya tersenyum kecil.

“Sudah selesai?” Tanyanya.

Aku meneguk segelas air sambil menganggukkan sedikit kepalaku, memberikan isyarat kepada Kris bahwa aku sudah selesai. Ia bangkit dari kursi dan membayar makanan, aku meletakkan kembali gelas kosong dan menyusul Kris yang sedang menuju mobil.

Aku berbalik badan dan melambaikan tanganku kearah Kim ahjussi.

“Kamsahamnida, ahjussi!” Seruku setengah berteriak. Kim ahjussi tertawa dan mengacungkan jempolnya.

Aku dan Kris masuk ke dalam mobil dan melaju menyusuri jalan raya menuju rumah kami.

 

*

 

Normal POV

Joora menyusuri setiap rak-rak buku yang berisikan buku-buku masakan. Matanya meneliti setiap judul buku masakan yang berjejer rapi.

“Aha! Ini dia.” Joora mengambil sebuah buku dari rak tersebut. Sampulnya berisikan gambar-gambar cupcakes, rupanya yeoja manis berambut coklat gelombang ini ingin membuat cupcakes.

Setelah menemukan buku yang diincarnya, Joora menuju kasir untuk membayar buku tersebut.

“23 won.” Kata petugas kasir sambil menyerahkan buku yang sudah dibungkus tas plastik.

Ia menyerahkan uang pada petugas kasir dan mengambil buku yang diberikan oleh petugas kasir. Joora tersenyum pada petugas kasir itu lalu keluar dari toko buku tersebut.

Joora berjalan sendirian di trotoar sambil membawa tas plastik belanjaannya, ia bersenandung kecil.

RRRRTT.. RRRTTT..

Joora mengambil ponsel yang bergetar di saku mantelnya dan melihat nama ‘YEOBO’ di layar ponselnya.

PIP!

“Yoboseyo?” Katanya.

“Kau dimana?” Tanya Kris dari seberang telepon.

“Aku sedang berjalan-jalan. Kenapa?”

“Ash! Kau ini, kenapa kunci rumah kau bawa? Aku tidak bisa masuk.”

“Mwo? Kau sudah pulang? Cepat sekali.”

“Jangan banyak tanya, cepat pulang. Aku menunggu di depan rumah.”

TUT.. TUT.. TUT..

Kris menutup teleponnya secara tiba-tiba. Joora mendesah pelan sambil tersenyum kecil lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku mantel. Ia mempercepat langkahnya menuju rumah, untung saja jarak toko buku tempatnya berbelanja hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya.

 

*

 

Kris yang sedang duduk bersadar di depan pintu rumah segera bangkit karena melihat sosok seorang yeoja yang sedang berlari kecil kearahnya. Rambut gelombang warna coklat milik yeoja itu berkibas ringan karena berlari kecil.

“Paboya!” Kris menjitak kepala Joora.

“Ya! Apa yang kau lakukan?” Joora mengusap-usap kepalanya yang sakit akibat dijitak Kris.

“Kau membuatku menunggu di luar rumah seperti gelandangan selama 10 menit.” Kris mengomel.

“Siapa suruh kau tidak menelepon terlebih dahulu, aku kan tidak tahu kalau kau pulang cepat hari ini.” Jawab Joora sambil membuka pintu rumahnya.

Joora masuk ke dalam rumah dan Kris mengikutinya.

“Apa yang kau beli?” Kris menunjuk kantong plastik yang dipegang Joora dari tadi.

“Ah, ani. Hanya novel saja.” Joora mengganti sepatu boots coklatnya dengan sandal rumah dan buru-buru naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan buku resep cupcakes itu di dalam lemari, di bawah tumpukan-tumpukan bajunya.

Joora membuka mantel coklat dan meggantungkannya di balik pintu kamarnya. Ia turun kembali ke lantai bawah sambil mengikat rambut gelombangnya. Kris terlihat sedang duduk di sofa dan menonton televisi sambil memakan beberapa camilan. Joora duduk di sebelah Kris.

“Kau tidak lapar, yeobo?” Tanya Joora.

“Aku sudah makan tadi.” Kris menjawab namun matanya masih tertuju pada layar televisi. Joora mengangguk-angguk kecil.

“2 hari lagi pernikahan kita berumur empat bulan.” Joora merangkul lengan Kris.

“Lalu?” Jawab Kris, matanya masih tetap tertuju pada televisi.

“Ania.” Jawab Joora singkat sambil melepas rangkulannya. Joora meninggalkan Kris. Kini mata Kris sudah tidak tertuju pada layar televisi lagi, melainkan pada istrinya yang bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur.

Hari semakin gelap, dan udara jadi semakin dingin. Jadi Joora memutuskan untuk  membuat coklat hangat.

“Kau mau coklat hangat?” Kata Joora sambil membuka lemari tempat penyimpanan cangkir.

“Mmm.. Boleh saja.” Kata Kris. Pandangan Kris kembali diarahkannya ke televisi.

“Baiklah, tunggu sebentar.” Balas Joora.

Joora mengambil dua buah cangkir dengan bentuk dan ukuran yang sama namun berbeda warna, yang satu berwarna biru muda dan yang satunya lagi berwarna merah muda. Itu cangkir couple milik mereka yang dibeli Joora sebagai hadiah tiga bulan pernikahan mereka. Sejak menikah, Kris belum pernah memberikan hadiah, Joora memaklumi sifat suaminya itu dan tidak pernah mempermasalahkannya, baginya yang terpenting adalah Kris masih tetap mencintainya.

Joora mengambil toples kaca berisikan serbuk coklat, lalu menuangkan bubuk coklat tersebut kedalam cangkir dan menambahkan air hangat. Aroma coklat mulai tercium saat air hangat yang ditambahkan Joora ke dalam cangkir mulai melarutkan bubuk coklat dan berubah menjadi cairan coklat kental, ia mengaduk rata cairan coklat kental di dalam cangkir itu. Asap mengepul dari kedua cangkir.

Joora membawa kedua cangkir yang berisikan cairan coklat hangat itu ke ruang keluarga dan memberikan cangkir berwarna biru muda yang dipegangnya kepada Kris. Kris meraih cangkir yang diberikan Joora.

“Kamsahamnida.” Kata Kris sambil menatap wajah Joora dan tersenyum tipis.

“Ne, cheonma.” Jawab Joora sambil tersenyum tulus.

Joora kembali duduk di sebelah Kris dan meneguk coklat hangatnya. Kris juga meneguk coklat hangatnya.

“Bagaimana?” Tanya Joora.

“Ya, lumayan untuk menghangatkan badan.” Kata Kris yang pandangannya tertuju pada layar televisi.

Joora mendengus dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Kris melihat istrinya yang menunjukkan ekspresi kesal.

“Yaa~ Rasanya enak.” Kata Kris sambil mengusap lembut pucuk kepala yeojanya itu.

Joora hanya tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahu Kris yang sedang bersandar di sofa. Mereka menikmati acara televisi bersama sambil menikmati coklat hangat, dan tanpa tersadar Joora merasakan kelopak matanya terasa semakin berat karena kenyamanan yang ia rasakan. Matanya mulai menutup perlahan hingga akhirnya ia tertidur di bahu namja tampannya itu.

 

*

 

Kris POV

Tubuh Joora terasa semakin berat ketika bersandar di bahuku, aku mendengar dengkuran kecilnya yang membuatnya terlihat manis saat tertidur. Aku meletakkan cangkir yang kupenggang di atas meja dan kuletakkan juga cangkir yang masih dipegang oleh Joora yang tertidur pulas di bahuku. Perlahan aku merebahkan kepala Joora ke pangkuanku dan menaikkan kedua kakinya ke atas sofa. Aku membelai lembut rambut Joora sambil memperhatikan wajah Joora yang terlihat sangat polos saat tidur. Bibirku tersenyum saat kudengar dengkuran-dengkuran kecilnya, aku membungkukkan tubuhku dan mencium dahi yeoja manis yang kini tidur di pangkuanku.

“Jongmal saranghaeyo.” Bisikku pelan di telinganya.

Kemudian aku teringat dengan perkataan Joora tadi, ‘2 hari lagi pernikahan kita berumur empat bulan’. “Benar juga, sebentar lagi pernikahan kami berumur empat bulan. Dan sejak menikah, aku belum pernah memberikannya hadiah.” Batinku.

Aku mengambil bantal sofa untuk mengganjal kepala Joora yang masih tetap tertidur, kemudian sedikit demi sedikit aku bergeser menjauhi kepala Joora yang sudah kusangga dengan bantal lalu aku bangkit dari sofa.

Aku mengambil ponselku dan mencari kontak Luhan hyung.

PIP!

Aku menekan tombol ‘panggil’ kemudian menempelkan ponsel ke telingaku.

TUUUT.. TUUUT.. CLECK!

“Yoboseyo?” Jawab seseorang dari seberang. Itu suara Luhan.

“Yoboseyo. Hyung?” Jawab Kris.

“Ne, ne? Ada apa? Sudah lama sekali kau tidak meleponku. Bagaimana kabarmu dan Joora?” Tanya Luhan dengan semangat.

“Kami sehat-sehat saja, hyung. Bagaimana denganmu sendiri?” Kata Kris dengan suara khasnya yang berat.

“Tentu saja aku sehat. Ada apa, Kris?” Tanya Luhan lagi.

“Mmm.. Sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu.” Nada suara Kris terdengar pelan.

“Mwo? Katakan saja.”

Kris terdiam sejenak lalu berdeham..

~TBC~

 

Yaaa! Chingudeul~~~~ *buingbuing* eh? Lagi nyoba bikin ff pake part nih kekeke~ part 1 segini dulu, gimana chingu? Penasaran gak, kira-kira Kris mau minta tolong apa ya sama Luhan? Dan gimana ya nasib anniversary 4 bulan pernikahan Joora dan Kris? TOLONG KOMENTAR DAN MASUKANNYA YA CHINGUDEUL UNTUK PART PERTAMA INIIIIIII~~~ SUPAYA PART KEDUANYA JADI LEBIH BAGUS ^^

KITA KETEMU LAGI DI PART KEDUA YAAAA~~~~~ Annyeong! Saranghanta author selaku istri dari Kim Jonghyun (suami pertama) dan Park Chanyeol (suami kedua) *PLAAKKKK!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sejinn
#1
Ga ada squelnya kah????
loveyeollie #2
Semuanyaaaaaa~~~ part kedua menyusul sekitar 2-3 hari lagi yaaaa! Tugas kuliah menumpuk nihhh. Jongmal Mianhaeyoooo