Love Doesn't Need Reason PART 3

Love Doesn't Need Reason

author's note: chinguuu, ini chapter 3 haefany ff nya. pas baca part ini disaranin pasang lagu yg sedih yaah biar mendukung gituu^ okay enjoy reading! *tarik donghae*

#DonghaePOV

"Goodmorning Donghae!" sapa Tiffany ceria. 
"Hae oppa, bukan Donghae," aku mengoreksi. 
"Mianhe," Tiffany mengerucutkan bibirnya, "Hae oppa..."
Aku tersenyum. 
 
Pelajaran dimulai. Aku yang seperti biasa menguap ketika pelajaran matematika. 
"Oppa, belajar yang serius," kata Tiffany.
"Malas ah."
"Iiiih," Tiffany memukul lenganku. 
"Ada latihan bola hari ini?"
"Jelas."
"Lalu PR Matematikanya bagaimana?"
"Tinggal menyontek darimu."
"Mulai sekarang Oppa tidak boleh menyontek lagi."
"Loh? Kok bisa begitu?"
"Di ujian nanti, ada ujian matematika. Memangnya ada ujian sepakbola?"
"Aaah, dasar anak cerewet," aku mencubit pipinya. Tiffany mengaduh kesakitan.
 
Disaat Gi Tae Songsaenim sedang menerangkan, aku asyik main Candy Crush di iPhone. Aku tak sadar, musik dari games ini terdengar nyaring.
"Oppa, kau tampan sekali," puji Tiffany tiba-tiba.
"Aku memang tampan. Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Saking tampannya, Gi Tae Songsaenim melihatmu terus."
Mati aku.
 
#TiffanyPOV
Hari ini aku memutuskan untuk menemani Hae oppa latihan sepakbola.
"Annyeonghaseo, Tiffany! Yak Donghae, yeojachingu mu ini manis sekali ya," Eunhyuk merayuku.
"Sialan," Donghae melotot. "Dia bukan yeojachinguku."
"Hei Tiffany, kenapa kau mau dekat-dekat dengan ikan seperti dia?" tanya Heechul.
Aku tertawa mendengar ucapan Heechul.
 
Mereka berlatih dengan giat. Donghae oppa kecepatannya sangat tajam. Dia juga lincah. Sesekali, dia menghampiriku hanya untuk minta minum. 
Di tengah-tengah latihan, aku dikirimi pesan oleh Yesung. Yesung menyuruhku menemuinya di taman belakang. Aku mengiyakan.
 
Yesung sudah menunggu di halaman belakang. Dia tersenyum manis padaku...
"Annyeonghaseo:)"
"Ne. Gwenchana?"
"Eng... Tiffany, apa kau ada acara malam ini?"
"Tidak ada... Memangnya kenapa?"
"Aku mau mengajakmu ke restoran yang baru dibuka di dekat sekolah."
"Ooh... Sanggi-dong ya?"
"Ya... Apa kau mau?"
Aku mengangguk pelan.
"Oke, kutunggu kehadiranmu," dia hendak pergi, lalu berbisik padaku, "kuharap kau dandan yang cantik". 
 
Aku kembali ke lapangan.
"Hey Anak TK, kau habis darimana?" tanya Donghae.
"Kamar mandi," jawabku berbohong. 
Aku tak pernah berbohong ke Hae Oppa, tapi kali ini...
"Aku masih lama. Kau yakin masih mau menungguku?" 
Aku mengangguk. 
"Ah, kau baik sekali!" Donghae tersenyum senang.
 
#DonghaePOV
Tiffany masih mau menungguku. Aigoo, aku sangat senang!
"Baiklah, aku kembali latihan!" 
"Oppa tunggu..." tiba-tiba Tiffany mengelap keringatku yang mengucuri wajahku.
Astaga.
Astaga.
Aku terkesiap.
"Go..go...mawo," ujarku terbata-bata. Dia mengangguk.
Aku benar-benar sudah jatuh cinta pada Tiffany...
Baiklah! Nanti malam, aku tiba-tiba terpikir untuk menyatakan perasaanku padanya.
 
#TiffanyPOV
Selesai latihan, Donghae mengajakku pulang.
"Oh ya Tiffany, sebagai ucapan terimakasihku... Aku mau meneraktirmu nanti malam."
"Nanti malam? Dimana?"
"Sanggi-dong."
JDEEER! Aku terkesiap.
 
"Ah...oppa...sebenarnya...eng...nenekku sedang sakit, jadi... Aku tidak bisa. Lain kali saja ya," aku berbohong (lagi). Mianhe oppa:'(
"Aish... Sayang sekali... Baiklah kalau begitu."
Aku merasa bersalah pada Hae oppa. Sungguh. Padahal, aku diam-diam menaruh perasaan padanya.
 
#AuthorPOV
Donghae diajak oleh Donghwa pergi ke restoran baru tersebut. Sementara itu, dirumah Tiffany, Tiffany menatap dirinya dalam balutan dress peach selutut. 
Dia diantar Joonsu ke restoran tersebut. Yesung sudah menunggunya disana.
 
#TiffanyPOV
"Fany-ah, kau terlihat sangat cantik malam ini," puji Yesung.
Aku tersenyum malu. Suasananya romantis sekali. 
"Ada apa... Kau mengajakku kesini?" tanyaku.
"Rahasia," kata Yesung, "nanti kau akan tahu sendiri."
 
Kami mulai menikmati makan malam kami. Aku makan nasi goreng kimchi dan osam bulgogi. Sementara itu Yesung makan makanan favoritnya, dak gang jong. Aku jadi ingat, dak gang jong yang suka Donghae makan sampai mulutnya belepotan. Sesekali kita mengobrol, sambil mendengarkan musik yang diputar disela-sela dinner. 
 
Disaat musik memainkan lagu Endless Love, Yesung mengajakku berdansa. Astaga, lelaki ini sangat tahu bagaimana cara memperlakukan wanita dengan romantis. Aku menerima ajakannya, ragu. Rasa bersalah menyelimuti hatiku, teringat Donghae oppa...
"Fany-ah..." 
"...ne?" sahutku.
"Kenapa melamun?"
"Anio," jawabku salah tingkah.
"Ada yang harus kukatakan padamu."
"Katakan saja."
"Fany-ah, aku mengakui bahwa kau terlihat cantik malam ini."
Aku menyembunyikan senyumku.
"Fany-ah, kita sudah lama mengenal. Memang sih awalnya tidak terlalu dekat, tapi aku selalu mengagumimu sejak pertama kali kaudatang ke Korea. Gadis kecil yang manis..."
DEG. Ucapan Yesung membuatku teringat pada Hae oppa lagi. Hae selalu mendefinisikanku dengan 2 kata, kecil dan manis.
 
"Jadi...aku tak mau panjang-panjang. Fany-ah, maukah kau menjadi partner hidupku?"
"Aaaaah?" Aku terkesiap.
Bagaimana ini. Astaga. Aku baru mengalami dilema separah ini. Apa aku harus menolaknya? Tapi bagaimana caranya? Tuhan, tolong aku... 
Aku tidak mau menyakiti Yesung. Tapi aku sayang pada Hae oppa. Berbohong padanya saja membuat hatiku ketar-ketir.
"Yesung... Maaf...maaf sekali... Aku belum siap menjawabnya... Tolong beri aku waktu..."
Yesung memakluminya,"tidak apa-apa. Setidaknya kau belum tentu menolakku."
 
Aku mengangguk lemah. Aku harus apa? Ya Tuhan...
"Fany-ah, di pipimu ada bekas saus," Yesung mengelap pipiku.
Tiba-tiba mata kami bertemu. 
Lalu aku bisa merasakan wajah Yesung mendekatiku. Dia mau menciumku. Dan bayangan Donghae melintas dikepalaku tiba-tiba.
"Yesung, aku mau ke toilet," bohongku. Untung saja tidak ada yang melihat Yesung yang hampir menciumku tadi. Dan saat aku membalikkan badanku...
 
Donghae telah menatap kami berdua tajam.
 
"Ha...hae...oppa?"
"Kaubilang nenekmu sakit. Sejak kapan nenekmu itu laki-laki?"
"Hae oppa,aku bisa jelaskan..."
"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Tiffany."
Aku terkejut. Hae oppa tidak memanggilku Fany-ah, tapi Tiffany...
"Kenapa kau berbohong padaku, Tiffany?"
Aku terdiam.
 
"Donghae! Hentikan ini semua! Jangan membuat semua ini kacau!" marah Yesung pada Donghae.
"Hey kau, diam!"
"Siapa kau menyuruhku diam?!" Yesung hendak menonjok Donghae. Dengan cekatan Donghae menahan tangan Yesung.
Yesung memukul Donghae, Donghae balas memukul Yesung.
"YESUNG!!! HAE OPPA!! Hentikaaaan!!!" teriakku. "Aku benci kalian berdua!"
Lalu aku meninggalkan tempat itu. Yesung berusaha mengejarku, sementara Donghae malah berdiam pasrah disana.
Aku tahu oppa, aku tahu kalau kau tidak ingin menggangguku. Tapi apa kau tahu, aku berharap kau memelukku dari belakang dan berkata "kajima"?
Air mataku mengalir deras.
 
*skip* 
Semalaman ini aku tidak bisa diajak apa-apa. Aku ingin menangis tapi takut ketahuan, seperti waktu itu. Jadi aku menonton film Endless Love dan menangis sejadi-jadinya.
Aku jadi ingat, waktu aku dan Donghae nonton film dari Jepang judulnya Hanakotoba. Aku menangis dan Donghae malah mengejekku cengeng (ejekannya adalah satu-satunya ejekan yang membuatku tersenyum) lalu dia mengusap airmataku. 
Dia memang sering mengejekku cerewet, kecil, pendek, anak TK, cengeng, tapi aku tahu dia hanya ingin aku tersenyum.
 
Senyum childishnya. Aku masih ingat. Senyum yang membuatku tertawa karena dia sangat lucu dengan senyumnya. Atau kebiasaan Donghae yang suka mencubit dan menggelitiki tubuhku. Masih ingat tragedi 'secret method' Taeyeon? Aku masih ingat pertama kali aku bersikap bodoh di depan Donghae. Sampai sekarang Donghae belum tahu pakaian dalamnya masih ada di aku.
 
Dan semua kenangan tentang Donghae, hanya membuatku membuang-buang airmata...
 
#DonghaePOV
Dengan berat hati aku memindahkan tasku ke bangku kosong paling belakang. 
Aku duduk diam disitu. Eunhyuk sudah duduk dengan Leeteuk. Heechul sudah duduk dengan Yunho. Jumlah anak dikelasku genap, jadi aku tidak ada anak lain yang bisa duduk bersamaku, selain Tiffany.
 
Karena sebelahku kosong, Jessica mendatangiku. 
"Donghae-ssi!" panggilnya. Aroma parfum Purr nya Katy Perry menusuk hidungku. Aku benci bau-bauan itu. Aku lebih suka aroma minyak wangi bayi milik Tiffany.
Aku mendiamkannya.
"Donghae ssi, duduklah disampingku. Biar Hyoyeon duduk sendiri. Ayolah, ayolah!"
"Pergilah."
"Ada apa denganmu? Kok kau duduk sendiri?" tanyanya genit. "Owh, kau dicampakkan Tiffany?"
Dasar biang gosip.
"Dasar gadis murahan!" umpat Jessica pada Tiffany.
"Tutup mulutmu, dan pergi dari sini," aku meninggalkan Jessica dan menyuruhnya berhenti mengejek Tiffany.
Dan saat aku melangkah keluar kelas, aku berpapasan dengan Tiffany. Saling melintas, tapi tak berkata apa-apa.
 
#TiffanyPOV 
Saat bel istirahat, Hyoyeon bilang aku dipanggil Gi Tae Songsaenim di belakang sekolah.
Aku berjalan ke belakang sekolah, diiringi Hyoyeon.
 
Tapi yang kulihat dibelakang sekolah bukannya Songsaenim, malah gengnya Hyoyeon. Hyoyeon, Jessica, Kris, Kai, dan Luhan. 
"Ada...apa?" tanyaku. "Kenapa kau berbohong padaku, Hyoyeon?"
"Karena kami disini hanya untuk menghukummu!"
"Menghukum apa?"
"Karena telah mencampakkan Donghae ssi!" jawab Jessica.
"Apa?! Aku sama sekali tak melakukannya!"
"BOHONG!!!" Hyoyeon menjambak rambutku.
"Sakiiit!" erangku.
"Pedulikah aku?! Donghae-mu saja tidak peduli, apalagi kami!" serang Luhan, lalu mengguyurku dengan air dingin.
"Hentikan...hentikan...," aku menangis karena kedinginan.
"Rasakan ini, gadis murahan!" Jessica 
mendorongku hingga aku terjatuh.
 
#AuthorPOV
Sementara itu, Taeyeon sedang mencari Tiffany. Kemana gadis itu? 
Taeyeon tak sengaja mendengar suara tangisan Tiffany.
Dia bersembunyi dibalik tembok di halaman belakang, lalu melihat apa yang terjadi.
 
Astaga! Taeyeon terkejut. Dengan cepat, dia pergi ke lapangan sepakbola dan memanggil Donghae.
"Donghae-ssi!" panggilnya. 
"Mwo?" sahut Donghae.
"Tif... Tiffany..."
"Tiffany?! Kenapa Tiffany?" tanya Donghae, menyembunyikan rasa paniknya. 
"Tiffany... Dikeroyok oleh geng Jessica!"
Dengan kecepatannya, setelah mendengar itu, Donghae berlari ke halaman belakang.
 
"JESSICAAA!!!" 
Jessica menoleh, terkejut. Donghae berdiri disana dengan mengepalkan tangannya, tanda dia sudah marah besar. 
Donghae tak main tangan disini, tapi dia segera menyuruh semuanya bubar.
"Ta...tapi dia sudah menyakitimu, Hae-ssi!" seru Jessica.
"PERGI!" tukas Donghae tak mau tahu.
"Huuuh!" Jessica merutuk.
 
Taeyeon segera memeluk Tiffany. Donghae berkata ke Taeyeon, suruh ganti baju Tiffany yang sudah tersiram air.
"Hey, Tiffany, kuingatkan sekali lagi, jangan pernah berdiam diri saja jika kau dibully oleh mereka! Ingat, kau punya harga diri!" kata Donghae, lalu pergi meninggalkan Tiffany dan Taeyeon.
Tiffany melongo. Donghae yang sekarang bukanlah Donghae yang dulu... Donghae berubah...
 
#TiffanyPOV
Aku duduk di ranjang Taeyeon, sambil menatap jendela kamarnya yang persis disamping ranjangnya. Hujan rintik-rintik turun.
"Ini," Taeyeon menyerahkan segelas cokelat panas. "Masih sakit?"
Aku menggeleng.
"Tidak."
"Haaah, aku tidak menyangka Jessica sekejam itu! Hanya karena kamu dekat dengan Donghae dia jadi iri? Yang murahan itu kau atau dia sih?!"
Aku tersenyum pahit, "seharusnya dia tidak iri. Donghae bukan milikku lagi."
"Dia masih menyayangimu, tentu saja. Kalau tidak, kenapa dia bisa sepanik itu? Kata Leeteuk oppa, Donghae bukan orang yang mudah panik. Tapi kamu lihat reaksinya tadi?"
"Ohya, kau jadian dengan Leeteuk? Selamat ya..."
Taeyeon mengangguk senang. 
"Kau dekat dengan Leeteuk lewat secret method-mu, eoh?"
"Enak saja! Ini murni cinta kami berdua."
"Aigoo... Kata-katamu seperti sudah menikah saja!"
Taeyeon terbahak. "Tapi kalau ditanya lebih tampan Yunho atau Leeteuk, aku masih bimbang."
"Dasar!"
 
Aku meminum cokelat panasku. 
"Kau rindu Donghae?"
Aku terdiam. 
"Tiffany..."
"Aku tidak merindukannya..." Airmataku mulai menetes.
"Jangan berbohong..."
"Anio, Taeyeon, ani..." Airmataku turun deras, "Kau benar, Taeyeon... Aku rindu oppa... Aku rindu padanya... Aku tak mau kehilangan dia Taeyeon... Aku sayang oppa..."
Taeyeon malah memelukku erat.
"Sst, jangan menangis. Aku mengerti..."
 
Tangisku pecah, membelah suara hujan deras yang mengalir diluar.
 
#DonghaePOV
"Eomma mau kau melanjutkan kuliahmu ke Inggris. Ada universitas bagus disana. Kau harus belajar untuk menjadi penerus eomma dan Donghwa jika Donghwa tua nanti. Dan soal hobi sepakbolamu, kau bisa mendaftar klub sepakbola universitas disana. Donghae, putraku tersayang, apa kau mau menuruti kemauan eomma?"
 
Aku benar-benar kaget saat eomma berkata seperti itu. 
"Ehm... Eomma..."
"Eomma mohon,Donghae-ah."
"Baiklah... Eomma... Kapan aku berangkat?"
"Minggu depan..."
"Baiklah eomma. Aku akan berjuang semampuku!"
Eomma menebarkan senyum keibuannya, "itu baru putranya aboeji yang tak mudah menyerah!" 
Aku tersenyum dipaksakan.
 
Di dalam kamar, sembari berkemas, aku memikirkan apa yang akan terjadi nanti. 
Sang kapten yang meninggalkan SM SHS Football Club.
Sang striker tanpa gol-gol cantiknya? 
Bukan. Bukan tentang sepakbola.
Eunhyuk, Heechul, Yunho dan yang lainnya yang akan protes besar-besaran padaku.
Gi Tae Songsaenim yang sedih karena salah satu murid nakalnya akan pindah?
Jessica yang kehilangan idolanya?
Bukan itu...
Tapi...
Tiffany... Akankah dia merasa kehilangan?
Aku harus memberitahu Tiffany... Harus! Tapi... Bagaimana caranya?
 
*keesokan harinya*
"MWO?!" Eunhyuk kaget saat kuberitahu soal kepindahanku itu.
"DONGHAE-AH!" Yunho melotot.
"Mianhe, kawan-kawan. Tapi ini keputusan eommaku."
"Tiffany sudah tahu?" tanya Leeteuk, yang paling bijak.
"Belum... Tapi... Tolong jangan beritahu dia dulu..."
"Hae-ah, kenapa kau tidak berani menyatakan perasaanmu, hah?" seru Heechul.
"Aku baru ingin menyatakan perasaanku padanya tapi aku keduluan Yesung! Dan karena Yesung, kami bertengkar!" terangku.
Heechul menepuk pundakku.
"Mungkin Tiffany akan rindu berat padamu. Donghae-ah, kepindahanmu benar-benar membuat kami sedih!" seru Eunhyuk.
 
Aku tersenyum setengah.
"Bayangkan! Kesebelasan kehilangan seorang striker. Kami akan kehilangan si 'ikan', dan lainnya...," tutur Yunho, "kuharap kau tidak akan melupakan kita..."
"Hey idiot, tentu saja tidak!" Aku tertawa. Kalau perempuan biasanya berpelukan dan menangis jika sahabatnya mau pergi, aku dan teman-teman hanya bisa saling mengejek. 
 
#AuthorPOV
Satu hari sebelum keberangkatan Donghae.
Tiffany sedang berjalan di koridor sekolah dan mendengar percakapan Eunhyuk dan Heechul. 
Dia menyimak percakapan mereka.
 
#TiffanyPOV
"Aku merasa kasihan pada Donghae," kata Heechul.
"Kenapa kasihan? Sesedih-sedihnya anak itu dia masih bisa mengejek kalau kaos kakiku bau!"
"Itu memang kenyataan Hyuk-ssi:-) ani, bayangkan, saat dia mau menyatakan perasaannya pada Tiffany, Tiffany malah ditembak oleh Yesung! Lalu karena Yesung mereka bertengkar dan 'frozen' lebih dari 1 minggu."
 
Aaaa...h? Aa...pa? Apa? Apa yang mereka bicarakan?
Perasaan? Perasaan Donghae oppa?
Jadi Donghae oppa juga menyukaiku? Dan kenapa aku baru sadar?...
Oppa... Maaf... 
"Dan sekarang Donghae mau pergi ke Inggris. Hey, Heechul ssi, sahabat kita yang paling tolol itu punya kisah cinta juga ya. Kira-kira, apa reaksi Tiffany saat tahu besok Donghae mau berangkat ke Inggris?"
Aku terkesiap. Mereka ini bicara apa sih?!
Donghae? Mau ke Inggris? Besok? Kenapa aku baru tahu?! 
Oppa... Oppa... Mianhe... Aku berusaha menahan tangisku. Aigoo Tiffany, kenapa kau jadi cengeng belakangan ini?!
 
Aku pun mencari Donghae untuk menanyakan kabar itu.
Aku rindu padanya; sangat merindukannya...
"Hae oppa..." panggilku, saat melihat dia sedang melihat ke arah lapangan sambil senderan di balkon. 
 
Donghae terkejut dengan kehadiranku. Dia tetap diam.
"Apa benar kau mau pergi ke Inggris?"
 
#DonghaePOV
Aku kaget, bukan main.
"Darimana kautahu?" balasku.
"Tak perlu tahu aku tahu darimana, oppa," balasnya. 
"...ya, aku mau ke Inggris."
Wajah Tiffany tampak kecewa, setetes airmata mengalir di sudut matanya. Dengan gerakan cepat, dia mengusap airmatanya. 
 
"Begitu," jawabnya. "Baik-baik ya disana." 
Tiffany melangkah pergi. Kulihat bahunya berguncang. Apa Tiffany menangis?
"Tiffany, kau baik-baik saja?"
Tiffany hanya memberiku isyarat 'OK' lewat jari tangannya. Itupun tanpa melihat kearahku.
 
Apa dia menangis? Ya, aku tahu dia menangis. Apa dia merasakan sesuatu padaku, hal yang sama seperti yang kurasakan padanya?
Aku harap begitu.
Aku pun melangkah gontai.
 
#TiffanyPOV
Aku bangun sangat pagi hari ini. Semalaman, aku tidak bisa tidur memikirkan Hae oppa. Totalnya, aku tidur cuma 3 jam.
Hari ini, Hae oppa berangkat. Aku keluar dari kamarku, dan melihat eomma sedang duduk di teras.
 
"Eomma..."
"Ne?" ucap eomma lembut.
"Eomma... Donghae hari ini pergi ke Inggris... Eomma sudah tahu, kan?"
Eomma mengangguk, "kenapa kamu tidak bersiap-siap untuk mengantarnya?"
"Aku tidak mau."
"Ah?" Eomma mengerutkan kening. "Fany-ah, kapan lagi kaubisa bertemu 
Donghae? Menyelesaikan kuliah tidak hanya satu jam saja, Tiffany!"
Aku masih diam.
"Apa...kau mencintainya?"
 
Aku terkejut mendengar pertanyaan eomma.
"Ya... aku mencintai Donghae, eomma," aku mengaku.
"Dengar. Eomma tidak mau kau menyesal nantinya. Susul dia di bandara, nyatakan perasaanmu padanya. Kau tidak mau kehilangan dia,kan?"
Aku mengangguk. Eomma benar.
"Eomma... Aku butuh taksi!"
Sudah pukul 08.35 sementara Donghae berangkat jam 09.00. Jarak rumahku dan bandara cukup jauh... 
Demi Donghae!
 
#DonghaePOV
08.40.
"Siapa lagi yang kautunggu, Hae-ah?" tanya Yunho.
"Tif... Fany..."
"Memangnya dia sudah pasti datang? Ayolah, 20 menit lagi pesawatmu datang!" tambah Heechul.
Benar juga... Aku tidak yakin Tiffany akan datang... Meskipun hatiku sangat berharap dia akan datang.
Tapi feeling ku kali ini, dia akan menemuiku untuk yang terakhir kalinya.
 
#TiffanyPOV
Aish! Jinjja! Kenapa harus macet disaat-saat yang seperti ini sih?!
Donghae... Tunggu aku...
Tunggu aku...
 
#DonghaePOV
"Donghae, cepat masuk! Pesawatmu sebentar lagi datang!" teriak Eunhyuk.
"Sebentar lagi, Tiffany pasti mau datang kesini!"
Tiffany, aku tahu kau pasti menyusulku!
 
#TiffanyPOV
Syukurlah! Jalanan menjadi lancar! 
Donghae oppa... Sebentar lagi!
 
#DonghaePOV
Hancur sudah harapanku. Pesawatku sudah datang. 
"Hae-ah,baik-baik disana!" Teman-teman memelukku.
Aku pun mau masuk ke gate, dan tiba-tiba seseorang memanggilku...
"DONGHAE OPPA!"
 
Tiffany! Dugaanku benar... Dia... Dia datang... 
Tiffany. Dengan rambutnya yang diikat asal-asalan, dan dia masih memakai piyama....
 
#TiffanyPOV
Aku memeluk Donghae erat. Tangisku pecah.
"Haeppa... Mianhe... Mianhe...," tangisku. "Oppa... Aku mencintaimu... Saranghaeyo..."
Donghae mengelus rambutku, "nado saranghaeyo..."
Lalu dia melepas pelukannya. Kemudian, Donghae mencium bibirku. Aku terkejut karena ini merupakan first kissku. Tapi aku tetap membalas ciuman Hae oppa dan setelah dirasa cukup, dia melepaskan bibirnya. 
 
"Fany-ah, will you wait for me?"
Aku mengangguk. "Tentu saja, sampai berapa tahun pun oppa pergi, aku akan tetap menunggu oppa!"
"Aku harus pergi sekarang, pesawatku sudah datang," aku lihat, Hae oppa menghapus setitik airmata di matanya. "Sialan kau Fany-ah, kau membuatku sedih."
Aku tertawa, "hey idiot, pergilah. Baik-baik disana. Jangan nakal. Telepon aku kalau sudah sampai disana. Aku mencintaimu." 
Donghae pun meninggalkanku. Lalu dia menoleh sebentar, mengisyaratkan 'I LOVE YOU', lalu masuk ke gate.
Aku tertawa. Ada rasa sedih dalam hatiku, tapi aku merasa lega.
Ah, oppa.
 
Aku menatap langit biru yang penuh awan. Sepintas, awannnya mirip Donghae. Mancung dan berambut cepak. 
"Oppa, cepat pulang!" kataku, lalu melangkah pulang.
 
-THE END-  
note: gimana chingu? sosweet gk? maaf yah kalo ceritanya gabegitu bagus. oke, tunggu ff ku yg selanjutnya yaa! 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Hyorachoi #1
I Love HaeFany :*,,
nice ff!
nabilachrnns #2
annyeonghaseo. this is my first ff, don't be a silent readers plssss:)