part i

Duli Kereta Terakhir

 

 

 

GEJESS! GEJESSS!

Kereta bawah tanah jurusan ke kota Seoul melaju pelan meninggalkan stasiun. Park Chanyeol berdiri menatap malas ke luar jendela. Yang ada hanya kelebatannya warna hitam terowongan bawah tanah saja. Membosankan. Chanyeol menguap. Keras. Posturnya yang jangkung dan terlihat menonjol di tengah-tengah gerbong membuat beberapa penumpang memandanginya risih. Chanyeol mengucek-ngucek matanya, dan menoleh ke kiri. Ia terdiam begitu cukup lama memandanginya. Di kirinya ada seorang bapak-bapak pekerja kantoran, tapi bukan itu intinya, melainkan seorang gadis yang sangat familier di sebelah bapak itu. Rambut coklatnya agak panjang dan terlihat lembut menggugah pandangannya. Dari samping, garis wajahnya terlihat sempurna dengan lekuk hidung bangir, bulu mata lentik, dan bibir yang sedemikian rupa menarik dipandang. Di jas almamater gadis itu ada simbol yang sama dengan sekolahnya. Chanyeol membolak-balik lembaran memorinya. Tidak ada nama yang merujuk pada gadis itu. Intinya, Chanyeol tidak kenal. Meskipun Chanyeol ingat dengan jelas di hari pertamanya diizinkan naik kereta ke sekolah, ia juga bertemu dengan gadis yang sama.

__

 

Chanyeol yang waktu itu masih duduk di bangku kelas satu bersemangat memasuki gerbong kereta. Setelah beberapa saat semua penumpang masuk, kereta pun melaju. Chanyeol tidak mendapat tempat duduk, ia terbiasa masuk kereta setelah penumpang lain masuk, supaya dekat dengan pintu keluar. Ia menoleh dan melihat seseorang dengan seragam yang sama dengannya.

Ingin menyapanya.

Tapi, Chanyeol merasa gadis itu tidak ingin diganggu. Jadi Chanyeol bungkam dan menyimpang semua pertanyaannya dalam hati, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela seakan ada hal yang lebih menarik di sana.

Padahal di luar hanya ada kegelapan yang tidak tertembus mata.

__

 

Hari ini hari pertama Jiyoung masuk SMA, dia sangat gugup. Di benaknya melintas banyak macam hal yang mungkin terjadi nanti, yah, salahkan film-film remaja yang selalu ia tonton tiap minggu. Jiyoung tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk, sampai-sampai alisnya sendiri ikut berkerut tanpa sadar.

Tiba-tiba ia merasa dipandangi. Jiyoung makin nervous. Jangan-jangan itu kakak kelas, melihat betapa tingginya dia dari sudut matanya. Saat tekanan pandangan orang itu beralih, Jiyoung memberanikan diri melirik.

Garis hijau di jas yang sama dengan miliknya. Rupanya dia juga murid baru dan satu sekolah dengannya.

Ingin menyapanya.

Tapi, Jiyoung melihat tatapan orang itu seperti merenung dalam-dalam di lubuk pikirannya walau pandangannya tertuju keluar. Jiyoung mengurungkan niatnya dan kembali menatap keluar jendela juga.

Kembali ke kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi padanya nanti di sekolah.

__

 

Sekarang Chanyeol sudah kelas 2 SMA, dia bukan siswa pengecut yang dulu lagi. Dia akan menjadi seorang pria sebentar lagi. Seorang prialah yang harus berinisiatif, bukan sebaliknya. Chanyeol adalah seorang gentleman. Setelah mengumpulkan segenap keyakinan dan keberanian, dan menarik napas dalam beberapa kali, Chanyeol membuka mulut dan menoleh—

“Kartumu jatuh.” Suara lembut berdenting.

Tunggu, itu bukan suaranya. Di hadapannya, gadis itu memungut kartu milik Chanyeol dan menyerahkannya pada Chanyeol.

Misi pertama menjadi seorang gentleman, gagal.

Chanyeol menjambak rambutnya dalam imajinasinya.

“Terima kasih...,” Chanyeol menerima kartu keretanya dengan wajah memerah dan buru-buru memasukkannya ke tas. Argh! Harga diri... tapi Chanyeol tidak boleh kehilangan kesempatan langka ini, ia berusaha melanjutkan percakapan ini walau cuma sepatah kata lagi, “Ee.. Park Chanyeol.”

Gadis itu tampak blank sesaat. Tapi kemudian ia menjawabnya, “Kang Jiyoung,” katanya dengan pelan.

Chanyeol dapat melihat usaha gadis bernama Jiyoung itu. Tangannya menggenggam roknya. Pandangannya langsung tunduk setelah mengucapkan nama. Pastilah ia sudah mengumpulkan segeap kekuatan untuk bicara sejak tadi, walau hanya sebatas “kartumu jatuh” dan “Kang Jiyoung”. Bukan berarti Chanyeol tidak gugup juga sih, tapi setahunya perasaan perempuan lebih peka, yang berarti dapat melipatgandakan efeknya bukan? Karenanya, Chanyeol menghadiahi usahanya dengan senyum terbaiknya. Penuh gigi dan cemerlang.

Seakan tertular begitu melihatnya, Jiyoung tersenyum juga. Eye smile. Manisnya, pikir Chanyeol.

Tetapi meski sudah bertukar senyum, tidak satupun dari mereka yang berani mengatakan sepatah kata lain lagi. Mereka pun berakhir diam kembali. Suasana yang agak canggung, namun tidak sekaku tadi. Setidaknya es di antara mereka setelah dua tahun lamanya mulai sedikit melumer. Pelan, tapi pasti.

__

 

Hari ini merupakan pertengahan musim gugur. Jiyoung berjalan santai seperti biasa. Dia selalu berangkat pagi ke stasiun, apalagi sekarang, karena ada seseorang yang akan bertemu dengannya di sana. Ditolehnya ke kanan dan ke kiri, mencari sosok jangkung dengan rambut hitam pendek dan kedua telinga lucunya. Hihi, Jiyoung paling hafal dengan telinga itu, tidak ada yang menyamai. Hush, ia menenangkan dirinya. Mungkin dia belum datang, maklum, kromosom Y.

Jiyoung memutuskan untuk masuk ke peron duluan. Ia merogoh tasnya. Dahinya berkerut. Ia merogoh-rogoh lagi sampai ke dalam-dalam tapi tidak mendapatkan apa-apa.

Mana kartu keretaku!? jeritnya dalam hati.

Jiyoung membukai setiap risleting tasnya. Di kantong rahasianya. Di tempat pensilnya. Nihil.

“Waduh, mana kartuku?” gumamnya panik.

Berikutnya, Jiyoung merasa ada yang menepuk bahunya. Jiyoung menoleh. “Ah,”

“Kartumu jatuh,” suara berat mengisi ruang pendengaran Jiyoung dengan sangat jelas.

Jiyoung menerimanya dan tersenyum lega. “Oh, terima kasih Chanyeol! Kukira hilang... atau ketinggalan di rumah...”

“Haha, jadi kita satu sama sekarang.”

“?” Ingatan Jiyoung berputar ke beberapa hari sebelumnya. “Oh, ya.”

Mereka berdua berdiri dengan canggung lagi.

Chanyeol yang pertama membuka suara.

“Jadi... kita masuk? Sebentar lagi kereta datang.”

“Hu-um.”

Sepanjang perjalanan ke sekolah, perlahan hubungan keduanya menghangat. Mengisi pagi yang dingin di kereta dengan bisikan dan tawa canda. Jiyoung hampir tidak percaya selama ini mereka membicarakan hal yang sebenarnya tidak begitu penting, tapi entah kenapa rasanya menyenangkan saja. Dia ingin mendengar tawa Chanyeol lagi dan lagi. Lucu sekali melihat wajah Chanyeol yang bisa dibilang, mm, good looking dan manis, bersamaan dengan suaranya yang bertolak belakang dengan kesan manisnya.

Tak terasa mereka sudah tiba di stasiun.

“Jiyoung-ah!”

Jiyoung menoleh dan mendapati teman-teman sekelasnya yang datang dari kereta jurusan lain sudah menunggunya. Jiyoung menoleh ke Chanyeol. Chanyeol masih memberinya senyuman cerah yang tidak kalah dengan lampu kelas yang baru diganti dan kelewat terang membikin silau matanya.

“Pergilah,” kata Chanyeol.

“A.. I-Iya, terima kasih ya...” Jiyoung yakin wajahnya kini memerah.

“Sampai jumpa nanti sore!” teriak Chanyeol saat Jiyoung sudah jauh berjalan ke teman-temannya. Jiyoung mengangguk.

“Waah, siapa itu, Younggie? Dia murid sekolah kita juga, kan?”

“Kenapa tidak kaukenalkan pada kami?” goda temannya.

“Ah sudahlah kalian ini, ayo cepat ke sekolah! Nanti kita terlambat,” elak Jiyoung.

“Aah, kau tidak seru ah...” Walau nadanya kecewa, tapi wajah mereka tertawa.

__

 

Tik... tik...

Tik... tik...

Chanyeol memandangi jam di tangan kirinya gelisah. Bertanya-tanya apa terjadi sesuatu pada Jiyoung.

Ya, sudah beberapa hari ini mereka berangkat dan pulang bersama di stasiun. Walau tanpa membuat janji pun, mereka biasanya akan saling menunggu dan nantinya menaiki kereta bersama. Walau hanya di peron stasiun karena teman-teman Jiyoung juga selalu bersama Jiyoung dari dan ke stasiun. Masa dia sudah pulang duluan?

Tunggu, itu tidak mungkin. Hapus pikiran negatifmu itu Chanyeol! Tapi kenapa lama sekali? Chanyeol ingin cepat-cepat bertemu walau tadi pagi ia sudah melihatnya. Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala. Tapi yang muncul di kepalanya malah detail wajah Jiyoung yang entah sejak kapan ia hafal.

Kulitnya putih dan terlihat sangat halus. Wajahnya saat merona benar-benar cantik, hanya pipinya saja yang merona. Kalau Chanyeol sih mungkin sudah memerah sampai ke ubun-ubun ya. Dan, oh, lihat saat dia menoleh takut-takut padanya setelah teman-temannya memanggilnya tadi pagi. Manis sekali. Chanyeol tidak tahan untuk melihatnya lagi.

“...Chanyeol.”

Chanyeol tersadar dari lamunan memalukannya saat mendengar suara yang tidak asing itu di telinganya, otomatis dia merasa wajahnya panas.

“Chanyeol? Kau...”

Chanyeol mengantisipasi apa pun yang akan dikatakan gadis itu. Walau sebenarnya rasanya ia ingin masuk ke lubang terdalam saja.

“...habis olahraga?”

Thanks God!

“Eh, i-iya, ha-habis olahraga!” Ia bersyukur Jiyoung tidak berkata yang aneh-aneh. Chanyeol membenahi posturnya. “Kau tidak bersama teman-temanmu?” tanyanya ragu.

“Tidak, mereka naik kereta jurusan lain.”

“Oh.” Baguslah.

“Keretanya masih lima belas menit lagi, masih cukup lama,” kata Jiyoung.

“Uh-hum.”

“Ngg, kau mau kue?” tanya Jiyoung tiba-tiba. Chanyeol menatapnya penuh tanya. “A-aku membuatnya di klub masak tadi di jam terakhir,” kata Jiyoung sambil menyodorkan kotak di tangannya.

“Oooh, boleh. Untukku?”

“Untukmu.”

“Sebentar lagi akan ada lomba pastry untuk tingkat SMA se-kota. Makanya akhir-akhir ini harus lebih giat berlatih.”

“Hm, ini memang enak sekali! Kau hebat!” Chanyeol mengunyah kuenya dengan nikmat. “Terus, tadi kau bolos?” tanya Chanyeol dengan enteng.

“Enak saja. Guru jam terakhir tadi tidak ada makanya aku pergi ke ruangan klubku saja daripada mengering di kelas. Sekolah kami harus menang! Belum tentu tahun depan aku ada waktu untuk mengikuti lomba semacam ini lagi, yang ada kita harus memikirkan mau kuliah di mana.”

“Wah, keren. Aku tidak begitu pandai masak, sih. Tapi seumur-umur aku hanya bisa membuat satu macam kue yang diturunkan oleh nenekku,” kata Chanyeol dengan nada sambil lalu.

“Oh, ya? Apa itu?”

“Kue lemon.”

“Kue lemon? Apa bedanya dengan kue lemon di toko?” tanya Jiyoung penasaran.

Chanyeol tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya, “Pokoknya beda, deh. Lagipula aku sendiri yang buat. Rasa tangan tiap orang kan beda.”

Jiyoung terkekeh geli, “Huh, rasa tangan apanya? Ada-ada saja.”

“Jadi... kau mau—”

TEEEET TEEEEEET!!

Gemuruh kereta yang tiba membuat mereka menoleh. Chanyeol segera menghabiskan suapan terakhir kuenya dan memakai tasnya. Mereka berdiri dan beranjak ke antrian di peron. Dalam hati, Chanyeol merutuki kereta yang sudah mengganggunya. Ah, padahal sudah nyaris. Bunga-bunga di hatinya langsung layu.

Di tengah-tengah kepundungan dalam hatinya, Jiyoung menyenggol lengannya. “Hng, apa?” tanya Chanyeol murung.

“Tadi kau bilang apa?”

Bunga-bunga bersemi kembali.

“Ee, itu, kau mau kue lemon?”

Menunggu jawabannya terasa seperti menunggu tendangan bebas diluncurkan.

“Boleh.”

Senyum Chanyeol merekah di bibirnya. “Oke, kalau begitu besok akan kubawakan!” serunya.

“Janji, ya?” kata Jiyoung dengan senyum jahil.

Chanyeol menganggapnya tidak main-main. “Janji.”

Berjam-jam setelah tiba di rumah, Chanyeol berkutat di dapur. Persembahannya kali ini harus istimewa, lebih istimewa daripada kue yang dibuatnya untuk ulang tahun sahabatnya. Yah, walau terdengar seperti kegiatan yang sangat tidak cowok, tapi teman-temannya tidak mempermasalahkan itu. Apa salahnya kalau seorang pemain basket juga jago memasak? Seorang ketua OSIS ternyata bisa membuat baju? Atau kalau salah satu gadis cheerleader ternyata punya hobi balap motor? Di masa kini hal-hal seperti itu sudah tak asing lagi terdengar.

Chanyeol beruntung besok ia tidak ada ulangan ataupun PR yang harus dikumpulkan, karena kalau ada, sudah pasti dia lupa sama sekali setibanya di sekolah besok. Yang ada di pikirannya cuma bertemu Jiyoung, lalu serahkan kue lemon spesial ala Chef Chanyeol, hehe.

Orang tua dan adik Chanyeol geleng-geleng melihatnya senyum-senyum sendiri di tengah dapur.

 


 

to be continued in part ii... 


 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
syjull #1
Chapter 2: aaa sedih ih :< aku fikir meraka bener bener bareng. I like it ;>
yeoyeo #2
hey kau belum mengganti nama jiyoungnya kkk dan manajemennya
hmm overall.... bagus aku suka. ini pertama kalinya ide ceritaku ditulis dengan versi kalimatmu wkwkwk XD