Complicated

She's a Troublemaker

 

Chapter 6

Complicated

 

Eun Ji POV

 

Aku berjalan sedikit terseok-seok sambil memegang kantung infusan. Aku terlalu bosan berada dikamar rawat terus. Padahal setahuku, aku hanya demam biasa. Namja itu memang berlebihan.

Aku melihat sekeliling, hingga aku sampai di sebuah taman di belakang gedung utama rumah sakit. Aku duduk di salah satu bangku taman. Aku menengadahkan wajah ku kelangit. Melihat pemandangan langit Jepang yang cerah.

Jepang.

Tempat ini membuatku kembali mengingat semuanya.  Masa lalu yang seharusnya sudah ku kubur dalam-dalam. Dan entah kenapa, berada disini membuatku bermimpi kejadian saat itu kemarin malam.

Dimana mereka?

Terbersit rasa rindu pada mereka. Salahku yang meninggalkan mereka karena tidak terima dengan mereka yang merusak hidupku.  

Eomma, Appa, Mianhae. Jeongmal~

“Shireo! Buang jauh-jauh makanan itu! Aku ini seorang model terkenal seantero korea! Hahahah!” Teriakan terdengar dari belakangku. Penasaran dengan apa yang terjadi, aku menoleh kebelakang.

“Tapi kau harus makan, agar kau cepat sembuh nyonya.” Seorang suster sedang menenangkan seorang pasien paruh baya yang sedang tertawa kegirangan. Entah apa yang ia tertawakan. Nampak suster itu sangat kewalahan.

“Kau tahu, suami ku adalah seorang composer handal! Hihihi. Kami hebat! Waaa”

Tanpa sadar, aku melangkahkan kakiku mendekati mereka. Semakin lama, semakin aku dapat melihat sesosok berkursi roda itu. Semakin jelas. Hingga dengan segera aku membekap mulutku. Menatapnya tak percaya. Sungguh, aku melihatnya! Orang yang kini sedang ku rindukan. Sesosok yang sama, yang tak berubah—malah semakin parah.

Aku segera berlari mendekatinya. Menghambur memeluknya.

“Eomma.” Air mataku pecah seketika. Tak menyangka ia masih hidup dan tinggal di Jepang. Aku tak menyesal kembali kesini.

“Siapa kau gadis GILA! Lepaskan aku! Hei bodoh! Jauhi dia dariku! Dia sessaeng fans!” Ia berteriak. Mendorongku untuk menjauh darinya, hingga aku hampir tersungkur. Aku terlau repot, menyesal karena harus memegang kantung infusan yang sedari tadi berada di tangan kiriku.

Tangis ku semakin pecah. Baiklah. Aku mengerti. Sebelum aku pergi, dia pun tak mengenaliku. Dia masih menganggap dia yeoja 21 tahun yang berprofesi sebagai model terkenal. Ia terlalu terobsesi pada profesinya itu. Hingga semua terjadi, ia tak dapat kembali berkerja dan terjadilah dia yang seperti sekarang ini. Dan ini juga lah, alasan appa melakukan itu semua. Membuatku memutuskan untuk meninggalkan mereka dan membuat kehidupan baruku sendiri.

*****

Author POV

Seorang gadis cantik berkaki jenjang sedang berjalan tergesa-gesa melewati ruang-ruang rumah sakit sambil mendengus kesal.

“kenapa aku harus mencarinya juga? Menyusahkan sekali!” dumelnya.

Masih tak ditemukan juga orang yang dicarinya. Hingga ia memutuskan untuk mencari diluar gedung. Ia berjalan menuju belakang gedung utama. Hingga ia menemukan sebuah taman. Ia berjalan kesana.

Langkahnya berhenti, ketika melihat orang yang dicarinya sedang bertekuk lutut dihadapan yeoja paruh baya berkursi roda.

“Eomma. Ini aku anakmu. Ayo ikut bersamaku eomma. Aku berjanji akan merawatmu hingga kau sembuh. Jebal~”  gadis itu menangis tersedu-sedu sambil menggenggam erat tangan yeoja paruh baya di hadapannya.

“Lepaskan,bodoh! Siapa yang kau panggil Eomma? Aku masih muda! Dan aku tak pernah ingat memiliki anak seperti mu!”

Jun Minha, gadis cantik berkaki jenjang itu menyaksikannya dengan berbagai pertanyaan di otaknya. Ia masih enggan untuk mendekati gadis yang dicarinya itu. Penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnnya.

“Kau! Bawa aku pergi meninggalkannya! Dia sudah gila! Cepat!” Suster itu mengangguk panic dan buru-buru mendorong kursi roda yeoja paruh baya itu pergi. Meninggalkan gadis itu yang masih bertekuk lutut dengan air matanya yang mengalir deras.

“Eomma~ Mianhae..”

Merasa menemukan timing yang tepat, Minha mendekatinya dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. Angkuh.

“Dia eomma mu?”  Dengan cepat gadis itu berbalik menatap Minha. Tak tersembunyi keterkejutan di wajah sembabnya. Dengan segera ia mengusap cepat air matanya dan berdiri dihadapan Minha.

“…” gadis itu tak dapat menjawab, seolah bingung dengan apa yang harus diucapkannya.

“Jadi benar dia eomma mu. Cih. Ternyata, anak tak akan jauh dari orang tuanya.” Ia berdecih meremehkan.

“A-ap-apa maksudmu?!” Eun Ji, gadis itu berteriak.

“Apa yang terjadi jika Yunho tahu ini semua, ya? Mungkin, dia akan langsung menatapmu jijik dan mendepakmu untuk menjauhinya. Ia akan memecatmu sebagai asistennya.Aa~ Sepertinya itu mengasyikkan!” Minha menepuk tangannya sambil menampakkan smirknya pada gadis yang saat ini sedang membulatkan matanya.

Eun Ji menggeleng. Setetes air mata kembali jatuh dari pelupuk matanya. Ia tak pernah membayangkan itu semua terjadi. Dan itu tak boleh terjadi.

Ia kembali menjatuhkan dirinya. Kali ini ia bertekuk lutut dihadapan gadis menyebalkan ini, yang kini sedang tersenyum kemenangan.

“Andwe! Jebal. Aku tak ingin keluar dari pekerjaanku. Aku sudah berusaha keras untuk mendapatkan impianku. Kumohon~ jangan lakukan.” Ia memegang kedua kaki jenjang Minha.

Minha menendang gadis itu hingga membuatnya tersungkur. Darah segar mengalir dari tangan kirinya. Suntikan infusan itu sedikit merobek punggung tangannya. Gadis itu tak memperdulikannya, seolah kepanikan dan sakit hati nya lebih sakit dari sekedar luka ditangannya.

“Cih. Murahan! Memohonlah terus padaku!”

“Aku akan lakukan apapun untukmu. Asal kau tak menceritakan hal ini pada siapapun. Kumohon~.” Ia kembali memohon. Membiarkan harga dirinya terinjak-injak oleh gadis angkuh dihadapannya.

Minha kembali menyeringai.

‘BINGO. Akhirnya, kesempatan ini muncul juga. Tanpa perlu aku bersusah payah. Tuhan memang adil.’ Batinnya.

“Jauhi Yunho. Dan dekatkan dia padaku!”

Eun Ji kembali terbelalak. Terbesit luka dihatinya semakin dalam. Ada secercah rasa tak rela, ketika gadis itu meminta Yunho darinya. Tapi, ia hanya dihadapkan dua pilihan. Antara Yunho dan Pekerjaannya. Lama ia berpikir. Menimbang-nimbang.

Ia menatam Minha ragu.

“Baiklah. Aku setuju.” Akhirnya ia mengambil keputusan. Membalas jabatan Minha yang mengulurkan tangannya.

Maka kini ia sudah mengikat janji dengan gadis licik itu.

Janji yang tak ia sadari, akan membuat orang yang mencintainya terluka. Amat dalam.

Minha tersenyum sumringah. Ia menatap Eun Ji dengan tatapan Jijik. Lalu ia pergi meninggalkannya, melupakan apa tujuan awalnya.

Buram.

Eun JI sudah tak dapat melihat dengan jelas arah pandangnya. Luka di tangannya masih terus mengeluarkan darah segar, terjatuh hingga rerumputan taman.

Hingga ia tak sadarkan diri.

Dark.

*****

Author POV (Mi Hwa Side)

Mi Hwa melangkahkan kakinya tak tentu arah. Sesekali ia mendengus, mengumpat, mendecih, mengerang di setiap langkah kakinya. Rasa kesal dihatinya karena hari ini, masih ia rasakan.

“Jelas aku tak melakukannya! Dasar Changmin pabbo!” ia menghentak hentakkan kakinya kesal.

Setelah pulang sekolah, ia enggan untuk pulang—Bahkan seragamnya pun masih ia kenakan. Karena tahu, ia pasti akan bertemu Changmin disana. Baiklah, dia memang sedang tak ingin menemui Changmin sekarang. Maka ia memutuskan untuk berjalan-jalan—meski—tak tentu arah.

Ia menatap sekelilingnya. Tanpa terasa ia berjalan memasuki jalan kecil yang gelap. Ah, tidak. Bukan gelap. Hanya remang-remang.

“Tempat apa ini? Sepertinya aku tak pernah berjalan ke tempat  ini sebelumnya.”

Dia kembali melanjutkan langkahnya, meski hatinya sedikit merasa gelisah.

Ia kembali menghentikan langkahnya ketika mengetahui bahwa ia melewati jalan buntu yang dihalangi satu bangunan yang cukup besar dari pada bangunan-bangunan yang ia lewati sebelumnya.

‘SBL Bar’

Ia baca tulisan yang berada tepat di depan bangunan itu.

Tiba-tiba ia mengangkat satu garis bibirnya keatas. Smirk.

“Tak ada salahnya kan mencoba sedikit,,, nakal?”

DANGER!

*****

Author POV

“manis, tolong tuangkan Vodka untukku.” Dengan segera seorang namja jangkung menuangkan vodlka kedalam gelas yang di pegang oleh salah satu pelanggannya yang bertubuh kekar.

Orang itu mencolek dagu namja jangkung yang berprofesi sebagai bartender itu setelahnya.

“Lain kali, aku ingin mencicipimu, manis.” Orang itu mengerlingkan matanya genit. Hingga membuat namja bartender itu tersenyum kecut dan berlalu untuk melayani pelanggannya yang lain.

Tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya. Ia sedikit tersentak sampai ia mengetahui orang yang menyentuhnya. Ia menghela nafas lega.

“Kau mengagetkanku!”

“Maafkan aku atas kelakuan para pelangganku.” Orang itu menatap sang bartender sendu.

“Aku mengerti Daehyun hyung. Aku sudah mulai terbiasa kini. Tenang saja, aku bisa jaga diri. Percayalah.” Namja jangkung itu tersenyum.

Namja yang di panggil Daehyun oleh bartender itu balik tersenyum.

“Lanjutkan pekerjaanmu.” Bartender itu mengangguk, dan kembali berkerja.

*****

Author POV (Mi Hwa side)

Mi Hwa mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam bar itu. Tempat itu penuh dengan para lelaki. Ia mengernyit.

“Kenapa disini namja semua?” Tanyanya pada diri sendiri. Ia terus masuk lebih dalam lagi. Ia kembali terkejut ketika tak sengaja ‘menonton’ adegan yang seharusnya tak ia lihat.

‘OMO! Mereka berciuman! Menjijikan!’

“Hei yeoja cilik! Sedang apa kau disini?!” Mi Hwa tersentak. Ia gelagapan.

“Kau tahu, ini bukan tempatmu!Cepat pergi!” disentak seperti itu, egonya muncul.

“Kenapa aku tak boleh datang ketempat ini?! Aku sudah 17 tahun, aku bukan anak kecil lagi!” Ia balas membentak dengan angkuhnya. Rasa takut saat melihat pria sangar di hadapannya ia abaikan.

“Kau bertingkah sekali disini!” Pria itu mulai mengangkat tangannya, mengambil ancang-ancang untuk memukul Mi Hwa yang kini menutup wajahnya dengan kedua lengannya. Mereka menyita perhatian semua yang ada disana.

‘set’

“Maaf kan yeoja ini tuan. Biarkan saya yang mengurusnya. Silakan menikmati kembali kegiatan anda.” Pria itu berdecih tak suka.

Mi Hwa masih saja menutupi matanya, hingga tanpa sadar ia sudah ditarik keluar oleh seseorang. Perlahan ia membuka matanya. Takut-takut namja sangar yang menanganinya.

“Hentikan tingkah bodohmu itu.”

Mi Hwa merasa pernah mendengar suara seseorang ini, ia membuka matanya perlahan. Ia mengerjap-kejap kan matanya ketika melihat sesosok namja di hadapannya.

‘namja ini,,, namja yang menolongku saat itu…’

Mi Hwa masih saja terpaku menatap namja berambut blonde itu.

“pulanglah. Jangan pernah kembali kemari.” Namja itu berbalik meninggalkannya.

Senyuman terpatri di wajah gadis manis itu.

*****

Author POV

“Zelo. Sudah waktunya kau pulang. Terima kasih untuk pekerjaanmu hari ini.” Seorang namja menepuk pundak seorang namja jangkung yang sedang mengelap gelas-gelas kering. Namja itu menoleh.

“Baik, Hyung. Sebentar lagi aku selesai.” Dengan segera namja bernama Zelo itu menyelesaikan pekerjaan terakhirnya.

Ia mengambil pakaiannya di loker, dan segera mengganti seragam kerjanya dengan pakaiannya itu.

“Daehyun hyung, aku pulang dulu.”

Namja yang di panggil Daehyun oleh Zelo tersenyum dan mengangguk.

Zelo.

Choi Zelo.

Namja berusia 17 belas tahun yang bekerja di SBL Bar sebagai seorang bartender selama hampir sebulan. Dengan usianya yang masih remaja, ia seharusnya tidak di perbolehkan bekerja di tempat seperti itu. Apa lagi, tempat itu sedikit ‘istimewa’ dan ‘berbeda’. Tapi tak ada yang melarangnya. Ah! Bukan. Lebih tepatnya tak ada yang boleh melarangnya.

Saat itu, ketika ia merasa frustasi ketika uangnya habis. Pekerjaan ‘panggilan’ nya pun sedang sepi. Ia berjalan luntang-lantung tak jelas. Hingga ia bertemu Daehyun yang menawarkan pekerjaan di Bar miliknya. Dengan semangat ia menerima tawaran itu.

Semula ia sempat merasa aneh dengan Bar itu. Boys only Bar itu, membuatnya merasa tak nyaman. Melihat mereka yang bercumbu dengan pasangan sesama jenis nya sambil mabuk-mabukan. Bahkan tak jarang ia ikut ‘digoda’. Tapi semakin lama ia sudah semakin terbiasa dengan semua itu. Dan memutuskan untuk tetap bekerja disana, dan mengesampingkan pekerjaan ‘panggilannya’.

Zelo berjalan keluar dari Bar yang sebenarnya masih belum tutup. Ya. Ia hanya bekerja sampai tengah malam saja. itu memang kerja part time nya. Dari pukul 3 sore sampai pukul 12 malam.

Seketika, ia berhenti tepat di depan pintu luar bar. Ia terkejut ketika yeoja yang tadi membuat pelanggannya terganggu, berjongkok di pinggir Bar sembari menutup wajahnya.

“Kenapa kau masih disini? Bukankah aku sudah menyuruhmu pulang.”

Gadis itu mendongakkan wajahnya menatap Zelo yang telah berdiri dihadapannya. Gadis itu tersenyum sumringah. Dengan segera ia berdiri berhadapan.

“Cepat pulang. Disini berbahaya!” Zelo berjalan pergi meninggalkan gadis itu. Gadis itu menguntitnya, berjalan dibelakangnya dengan terburu-buru. Mencoba menyamakan langkah besar namja itu.

Zelo dengan cepat berbalik. Hingga membuat gadis itu tersentak dengan gerakan tiba-tiba dirinya.

“Kenapa kau mengikutiku?!” Bentaknya.

Gadis itu tersenyum.

“Aku hanya ingin mengenalmu. Aku Mi Hwa. Jung Mi Hwa. Apa kau mengingatku? Kau pernah menolongku dari preman malam saat itu. Kau mengingatnya? Siapa namamu?” cerocos gadis itu.

Zelo nampak berpikir.

‘Dia gadis yang waku itu..’

“Hm. Aku mengingatmu. Aku Zelo. Kau sudah mengenalku kan? Sekarang pulanglah!” Kembali Zelo meninggalkan gadis itu.

“Kau bekerja disana? Kenapa hanya ada namja saja disana? Tapi, aku melihat mereka sedang bercumbu. Sebenarnya tempat apa itu?”

Zelo menyerah. Ia berhenti berjalan. Menatap wajah gadis itu yang memandangnya penasaran.

“Jangan pernah kembali ke Bar itu!” Jawabnya singkat mengingat sekelubet pertanyaan dari gadis itu untuk nya.

“Kenapa?” Gadis itu nampak berpikir.

“Ah!” ia membulatkan matanya, menatap Zelo yang terkaget dengan ulahnya.

“Bar itu khusus Gay?!” Dengan segera Zelo membekap mulut gadis itu.

Memang tak banyak yang tahu tentang ‘Bar terlarang’ itu. Mengingat tempatnya yang terpencil dan jarang dilewati warga setempat.

Gadis itu meronta. Dengan susah payah ia melepas tangan Zelo dari mulutnya.

“Hah-hah. Kau ingin membunuhku!” Ia tersengal-sengal.

“…” Namja  berambut blonde itu terdiam. Terlalu malas menjawab gadis dihadapannya ini.

Gadis itu menatapnya menyelidik. “Jangan-jangan, kau juga..”

“STOP!” Zelo berteriak.

“Hentikan pikiran menjijikan mu itu! Aku tak seperti itu!” Protesnya.

Gadis itu menghela nafas. Seperti rasa lega yang dirasakan hatinya.

Zelo menatapnya bingung.

“Wae?!” Tanyanya kesal.

“Ahni.” Gadis itu menggoyang-goyangkan tangannya cepat didepan wajahnya.

“Annyeong. Aku pulang dulu, Pay~Pay~” Gadis itu berbalik arah. Zelo semakin terlihat bingung. Ia mengedikkan bahunya seolah tak perduli. Ia pun berjalan berlawanan arah dengan gadis itu.

“Zelo!” ia menoleh ketika seseorang meneriaki namanya. Dengan cepat ia menoleh.

“Kita pasti akan bertemu lagi!” Ternyata gadis itu yang meneriakinya.

‘Memalukan sekali!’ Pikirnya.

Gadis itu berlari meninggalkannya.

Tanpa sadar, ia menyunggingkan senyuman.

‘Dia lucu sekali..’

‘Seragam itu..’

‘Seragam SMart High School’

Ia mengeluarkan Smirknya.

*****

Changmin POV

Aish, Jinjja! Bagaimana ini.. Gadis itu belum pulang, padahal sudah semalam ini! bagaimana aku mempertanggungjawabkannya pada Oppa nya nanti?

Aku berjalan-jalan gelisah tepat didepan kamarnya.

Eottokhae?

Kemana dia?

“Sedang apa kau disitu?!” aku terhenyak dalam pikiranku. Orang yang kutunggu tiba, menampakkan wajah ketusnya.

“Dari mana saja kau hingga semalam ini?!”

Dia memalingkan wajahnya. “Bukan urusanmu! Enyahlah dari hadapanku.” Kembali ia menampilkan ke angkuhannya.

Kenapa gadis ini menyebalkan sekali?

Geram. Aku mencengkram bahunya keras. Hingga ia menatapku tajam.

“Kau tak tahu aku mengkhawatirkanmu?! Jika terjadi sesuatu yang berbahaya padamu bagaimana?! Dewasalah sedikit!”

Ia menepis tanganku. “Apa pedulimu, ha?!!” Ia memekik.

“Cih! Kau hanya takut kehilangan pekerjaan mu ini kan?! Munafik!” lanjutnya dengan tatapan menusuknya padaku.

Sudah cukup! Kesabaran ku habis! Gadis di hadapanku ini sudah keterlaluan!

“Jaga ucapanmu!” Aku mendorong nya, menempelkannya tepat pada pintu kamarnya. Menjeratnya dengan kedua tanganku yang menempel pada pintu. Ia tersentak.

“Tak bisa kah kau sedikit lebih sopan padaku?!”

“…” dia membeku saat aku membalas tatapan menusuknya.

“Tak bisakah kau menghargaiku?!” bentakku lagi.

Aku hanya ingin dia menyadari kesalahannya. Itu saja.

“Berapa?! Berapa aku harus membayarmu, untuk enyah dari kehidupanku, ha?! Tak cukup kah Oppa memberikanmu 1 juta won?! Berapa yang kau minta?!”

‘BUGH’

Ia memejamkan matanya erat.

Ketakutan.

Takut ketika aku melayangkan kepalan tanganku pada pintu yang tak bersalah tepat di sebelah wajahnya. Aku merunduk tepat pada ceruk lehernya. Aroma Strawberry menyeruak dari tubuhnya. Ia masih saja memejamkan mata.

Semenakutkan itu kah diriku?

“Hiks-hiks..” terdengar isakan pelan keluar dari bibirnya. Bahunya bergetar, aku dapat merasakannya dengan jarak yang sedekat ini. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Aku membuat kesalahan lagi?

Segera ku rengkuh tubuhnya dalam pelukanku. Mengusap punggungnya perlahan. Membiarkan ia menangis tersembunyi di dadaku.

“Mianhae..Jeongmal~” lirih ku.

Bahunya semakin bergetar hebat. Ia mendorong tubuhku dengan keras. Membebaskan diri dari rengkuhanku.

Aku mundur perlahan. Memberikan ia area bebas. Hingga ia masuk dan membanting keras pintu kamarnya, meninggalkanku sendirian tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya.

Membuatku semakin merasa sakit dalam dadaku. Entah kenapa, rasanya sangat sesak. Jantungku berpacu cepat. Bibirku ikut membeku. Mataku masih saja memandang pintu kamarnya.

Salahku. Maafkan.

To Be Continue

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anmade #1
Chapter 6: hey! ceritanya bagus ^^ knp nggak dilanjutkan? hehe
lovidovi #2
Chapter 2: baru baca sampe chapter 2 dan.... suka! bagus deh ceritanya.
aku sebenarnya tidak terlalu mencari cerita dengan tag tvxq, tp ini lg browse2 ff dgn tag bahasa dan tertarik membaca yg ini tanpa sengaja.
ceritanya bagus PinguLulu!
Kamu baru saja mendapatkan new subscriber, hehe.
lovelovelyloving
#3
Chapter 5: Hiks.. sedih bacanya…… hayoung jahat!
lovelovelyloving
#4
Chapter 4: i like it~^^ update soon!!
lovelovelyloving
#5
Chapter 2: woah~! aku suka!!! ><
lovelovelyloving
#6
lanjut yaa! fighting ><