Mission Impossible

She's a Troublemaker

Chapter 5

Mission Impossible

Eun Ji POV

 

 

Flashback On

"A-appa, ap-apa yang baru saja kau lakukan..?" namja paruh baya berkursi roda itu menatapku terkejut ketika aku masuk kekamarnya tanpa izin. Dengan buru-buru ia menyembunyikan sesuatu dibalik tubuhnya. Tapi sayang sekali benda itu terlalu besar untuk disembunyikan dibalik punggungnya. 

Matanya berputar seolah mencari alasan yang tepat untuk diberikan padaku-putrinya. Kepanikan tak tertutupi di wajahnya.

"Appa, kau benar-benar melakukannya?!"  Ia terkejut. Aku tahu itu, dia tak dapat menyembunyikan keterkejutannya dariku.   

"Maafkan aku, aku tak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku sudah tak tahan." Lirih, tapi masih tetap bisa ku dengar.

Aku mundur perlahan secara teratur. Menatapnya dengan tatapan tak percaya. Aku mengerang. Aku sudah tak tahan lagi. Sudah cukup dengan semua ini. Hidupku hancur berantakan. Lengkap sudah semua penderitaanku. Tak cukupkah aku dicemooh orang karena gangguan kejiwaan yang diderita eommaku? Dan kini, appa tega menambah kesengsaraanku dengan tindakan bodohnya. Aku berlari meninggalkannya. Tak memperdulikannya yang berteriak memanggilku untuk kembali.  

Flashback Off

@@@

Author POV (Yunho side)

"Enggh.. Enggh.."

"Ireona. Ireona, Eun Ji-ah." Yunho menepuk-nepuk wajah seorang gadis yang sejak tadi tertidur sambil melenguh. Wajah gadis itu mengernyit dan menggeleng-geleng gelisah seperti merasakan sesuatu dalam mimpinya. Gadis itu masih saja tak terbangun. Membuat namja yang mencoba membangunkannya sedari tadi itu merasa panik, apalagi ketika merasakan suhu tubuh gadis itu yang terasa panas ketika ia menyentuhnya.

"Kau demam, Eun  Ji. Kenapa kau tak memberi tahuku jika kau sakit?" Dengan siaga Yunho membopong gadis itu berniat membawanya untuk kerumah sakit.

Belum saja ia akan keluar dari kamar hotel tersebut, seorang gadis cantik memasuki kamar tersebut. Ia membelalakkan matanya ketika melihat Yunho yang sedang menggendong Eun Ji yang terlihat lemah.

'Sial! Aku keduluan!'

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya gadis itu ketus.

Yunho berhenti. Ia menatap gadis cantik itu yang kini sedang melipat kedua tangannya di dada dengan angkuh.

"Dia demam. Dan aku akan membawanya kerumah sakit." Jelas Yunho.

"What?! Tapi seharusnya kau menemaniku conpress sekarang." Protes Minha. Ia berkacak pinggang.

"Maaf, aku tak bisa. Aku harus segera pergi. Eun Ji lebih membutuhkanku dari pada kau. Ku harap kau mengerti." Setelah berbicara, Yunho menerobos pergi dari hadangan Minha yang kini sedang menatapnya tak percaya.

'Kau salah telah berurusan denganku, wanita jalang! Lihat saja nanti, kau akan menyesal!'

@@@

Author POV (Mi Hwa side)

Hari ini merupakan hari kedua Mi Hwa pergi kesekolah. Kali ini, ia berangkat kesekolah hanya berdua dengan Changmin yang sejak kemarin menginap dimansionnya. Ia sangat kesal pada Yunho karena mengambil keputusan tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Ya. Ia baru tahu, bahwa Oppa nya lah yang menyuruh guru mudanya itu untuk tinggal sementara bersamanya selama namja tampan itu tak ada. Mi Hwa sempat protes, tapi ia menyadari bahwa itu hanya sia-sia saja. Maka ia memutuskan untuk mencoba mengikuti alur yang telah Changmin dan Oppanya perbuat untuknya.

"Jadi, apa kau sudah siap untuk memulai harimu di sekolah nona Mi Hwa?" Changmin memakaikan seatbelt gadis manis disebelahnya yang menampakkan wajah kusut. Gadis itu mengedikkan bahu.

"Ayolah. Buat apa yang ku lakukan untukmu menjadi  tak sia-sia." Gadis manis itu menoleh, menatap Changmin dengan penuh selidik.

"Memang apa tujuanmu melakukan hal yang sia-sia ini untukku?" tanyanya sambil menyipitkan matanya. Changmin yang semula sedang mulai menyalakan mesin mobil, melirik gadis disebelahnya sebentar. Lalu ia mulai menjalankan mobil tersebut menuju sekolah mereka. SMart High School.

"Aku hanya ingin merubah hidupmu. Itu saja." Jawabnya tanpa melihat lawan bicara yang kini semakin terlihat bingung.

"Apa untungnya bagimu jika kau dapat merubah hidupku?" Tanya Mi Hwa lagi.

"Kebahagiaan. Aku akan merasa bahagia jika aku berhasil membahagiakan mu."

Blush.

Gadis itu merona hebat. Ia memalingkan wajahnya menuju jendela di sebelahnya. 

'sepenting itu kah aku baginya?'

"Maka dari itu, carilah teman sebanyak-banyaknya. Ah tidak. Mungkin satu juga cukup jika itu sangat sulit bagimu." Kembali Mi Hwa menatap namja yang sedang fokus menyetir itu.

"Kecuali, kau memang hanya ingin aku yang terus berada disampingmu." Changmin mengangkat-angkat kedua alisnya, menggoda.

"ya! Kau terlalu percaya diri TUAN SHIM! Lihat saja,hari ini aku akan mendapatkan teman. Dan kau akan segera pergi dari hidupku! Catat itu!"

Changmin tertawa melihat Gadis manis di sebelahnya sedang menatapnya tajam sambil mengembungkan pipinya lucu.

Tak urung Mi Hwa tersenyum dalam hati.

'Seperti nya, aku mulai mempercayai namja ini.'

@@@

Maka dimulailah aksi pencarian 'teman' Mi Hwa. 

@at Class

Mi Hwa menghampiri seorang yeoja yang sedang sibuk mencatat dibuku catatannya seorang diri. Ia memulai aksinya.

"Hei. Bisakah aku meminjam catatanmu? Kau tahu, aku anak baru. jadi tertinggal dalam pelajaran."

Gadis itu menoleh padanya. Mengernyitkan dahinya. Tanpa berkata apapun, yeoja itu pergi meninggalkan Mi Hwa.

'Apa yang salah dengan ucapanku?'

Mission1  Failed

@at Library

Mi Hwa mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang penuh dengan tumpukan buku. Mencari 'mangsa' yang mungkin saja bisa ia dapatkan ditempat membosankan-baginya-ini. Ketika itu, ia melihat seorang namja nerd yang sedang membaca buku di sudut ruangan. 

'Tak apalah, nerd sekalipun. Asalkan aku dapat membuktikan pada namja sok ikut campur itu.'

Ia mulai berbicara ketika ia sudah berada dihadapan namja berkaca mata tebal itu.

"Hai. Bisakah.."

"Ku-kumohon. Ja-jangan ganggu aku. A-aku tak punya uang." Namja itu menjawab dengan gemetar membuat Mi Hwa semakin bingung.

'Ya! Apa aku terlihat seperti seorang preman?' Belum saja ia berbicara, namja itu sudah lari tunggang langgang keluar perpustakaan.

Mission2 Failed

@at Cafeteria

 Mi Hwa menatap sekeliling sambil membawa sebuah nampan berisi susu kotak dan sandwich. Ia mencari tempat kosong untuk dirinya makan. Ketika itu ia melihat sekumpulan yeoja yang sedang asik berbincang-bincang di salah satu meja di Cafeteria.

'Haruskah aku menghampiri mereka?'

Ia menghela napas. Meyakinkan diri, siapa tahu kali ini dia akan mendapatkan teman.

"Hai. Bisakah aku bergabung dengan kalian?" Ia mendudukkan diri di salah satu bangku yang kosong. Para Yeoja itu menatap masing-masing temannya bergantian secara aneh.

"Maaf. Tapi sepertinya kita sudah selesai makan. Ayo gals, kita pergi." Dan untuk ketiga kali nya Mi Hwa ditinggal oleh orang-orang yang disapanya. Ia menopang dagunya dimeja.

Mission3 Failed

'Apa lagi yang harus kulakukan?'

"Hei! Jangan bersedih seperti itu." Tiba-tiba seseorang mencubit hidungnya. Ia langsung tersadar dari lamunannya dan sesegera mungkin menepis tangan yang mencubit hidungnya itu. Ia mendongak.

Ia mendapatkan Changmin yang menampilkan cengirannya. Gadis itu kembali terkulai lemas.

"Tertawalah. Aku kalah. Kau bisa lihat, semua orang menjauhiku." Lirihnya.

Changmin tersenyum, mendudukan diri didepan Mi Hwa yang terlihat sangat lesu. Ia mengacak lembut surai hitam gadis itu.

"Mereka hanya belum mengenalmu. Berjuanglah. Kau pasti bisa." Mi Hwa hanya mengedikkan bahu sambil meminum susunya malas.

@@@

Di sisi lain, seorang Yeoja tak kuasa menahan tangis melihat sepasang namja dan yeoja yang terlihat sangat dekat itu.

'Ini kah alasanmu tak sempat menghubungiku?'

 

"Bagaimana dengan penawaranku kemarin Seonsaeng? Apa kau berubah pikiran?" Yeoja itu tersentak ketika mendengar seseorang yang berbicara padanya. Dengan cepat ia menyeka air matanya, berbalik menatap seseorang yang telah mengagetkannya itu. Salah satu muridnya.

"Kau."

"Bagaimana?"

"Baiklah."

"Deal. Kita akan lakukan secepatnya." muridnya itu menampakkan evil smirk nya. Membuat yeoja itu sedikit ragu dengan keputusannya.

'Apa aku benar?'

@@@

Mi Hwa menyeka keringatnya yang meluncur dari pelipisnya dengan handuk kecil yang ia tenggerkan dilehernya. Hari ini ada pelajaran olahraga. Dan materi kali ini adalah basket. Lalu kenapa Mi Hwa terlihat sangat kelelahan seperti itu? 

Mi Hwa sangat suka bermain basket. Meskipun ia lebih sering bermain sendirian. Ia mengira bermain basket kali ini akan menyenangkan karena ia akan bermain secara beregu. Tapi dugaannya salah, ia tetap bermain sendirian karena siswi lainnya tak mau repot-repot mengejar dan menangkap bola. Alhasil, ia berlari, menangkap, dan mengejar bola sendirian. Membuatnya sangat kelelahan.

Ia buka loker miliknya, berniat mengambil baju gantinya.  ketika ia membuka lokernya, ia melihat secarik kertas yang tertera diatas seragam miliknya. Ia mengangkat sebelah alisnya. Ia ambil kertas itu, dan membacanya ketika melihat sesuatu tertulis disana.

Hai. Aku Young Ah. Salam kenal. Permainan basketmu hebat sekali. Aku ingin berteman denganmu. Jika kau ingin mengenalku, tunggu aku dikelas sepulang sekolah nanti.

Dia mengernyitkan dahi.

'Lolucon?'

Ia membolak-balikan kertas itu. Tak ada nama penulisnya. Ia mengedarkan pandangan pada sekelilingnya, berharap menemukan seseorang yang telah memasukkan kertas ini dilokernya. Nihil.

'Aku jadi penasaran. Tak ada salahnya kan mencoba?'

@@@ 

Sudah hampir 1 jam Mi Hwa menunggu didalah kelas, tapi tak ada seorang pun yang menemuinya. Kini ia sendirian di ruang kelas sedangkan murid lainnya sudah pergi karena memang waktu pulang sekolah sudah sedari tadi. Ia menelungkupkan wajahnya ditempatnya. Ia merasa sangat bodoh telah menunggu seseorang yang mengaku-ngaku ingin berteman dengannya. Sebenarnya sejak awal ia tak mempercayai kertas itu, hanya saja entah kenapa ia tetap bersikukuh menunggu.

"Hai. Teman." Mi Hwa mengangkat kepalanya cepat, berharap orang itu adalah orang yang mau berteman dengannya. Tapi terkejutlah ia ketika melihat seorang gadis menyebalkan yang sedang menampilkan evil smirk andalannya. Gadis yang kemarin mengajak ribut dirinya sejak pertama mereka bertemu.

"Kau!" Pekiknya, ia bangkit dari bangkunya.

Hayoung tersenyum sinis sambil semakin mendekatinya.

"Oh. Kasihan sekali gadis satu ini, menunggu seseorang yang ia harap dapat menjadi temannya. Tapi sayang sekali, gadis sepertimu sampai kapanpun tak akan pernah memiliki teman!" Mi Hwa menatap sengit gadis dihadapannya.

"Yeoja bodoh! Pertama kali melihatmu pun, semua orang langsung mengetahui sifat burukmu."

"Jaga ucapanmu!" ia mengepal tangannya kuat. Giginya bergemertak hebat. Wajahnya mulai memerah menahan amarah.

"Cih! Gadis sombong dan angkuh sepertimu, tak akan ada yang mau mendekati sampai kapanpun."

"Ku bilang hentikan!" Ia kembali berteriak. Tak ada yang boleh  menjelek-jelekan dirinya. 

"Sungguh malang nasib mu. ku dengar kau sebatang kara? Kasihan sekali, tak ada yang menyayangimu di dunia ini. Kau hidup, hanya sebagai sampah!"

Mi Hwa sudah tak tahan lagi, gadis dihadapannya ini telah menginjak-injak harga dirinya. Sekalipun tak ada yang mau dihina seperti itu. Ia mengangkat tangannya.

'PLAK'

"Hentikan, Mi Hwa!" Tiba-tiba Changmin datang bersama Soo Young yang langsung menghampiri Hayoung yang tersungkur dilantai sambil memegang pipinya yang berubah kemerahan.

 Mi Hwa menatap tangannya dengan tatapan ngeri. Tangannya bergetar hebat.

'Aku tak melakukannya..'

"Hiks. Aku kemari, karena ingin menjadi temannya. Ta-tapi dia memarahiku dan menamparku." Hayoung berbicara sambil terisak. Sedangkan Soo Young mencoba untuk menenangkannya.

Changmin menatap Mi Hwa dengan penuh amarah.

"Di-dia berbohong! Bohong. I-ini bukan seperti yang kau bayangkan. Su-sungguh, aku tidak-" Mi Hwa mencoba untuk menjelaskan semuanya meski dengan tergagap. Ia berharap Changmin mempercayainya.

"Sudah cukup, Mi Hwa! Kali ini kau sudah sangat keterlaluan. Ini sudah lebih dari ambang batas. Jika kau tak menyukainya, kau tak perlu menyakitinya!" Bentak Changmin. Mi Hwa menggeleng tak percaya.  Ia mencengkram ujung seragamnya hingga buku-buku jarinya memutih.Ia mulai berkaca-kaca.

"Kau menyebalkan! Kau sama dengan yang lainnya! Aku membencimu! Aku menyesal telah mempercayaimu! Jangan campuri hidupku lagi!!!!" Ia berlari meninggalkan ketiga makhluk yang memiliki ekspresi yang berbeda-beda itu dengan isak tangis yang kentara.

Changmin mematung. Wajahnya pucat pasi.

 

'Apa aku melakukan kesalahan?' batinnya.

Seseorang mengusap punggungnya pelan. "Kau sudah melakukan hal yang benar, Changmin." Ia menoleh, Soo Young. Gadis itu menampakkan senyumnya. Changmin tersenyum kecut.

@@@

Author POV (Yunho side)

"Oppa! Pokoknya aku tak ingin sekolah! Sekolah menyebalkan! Jebal, Oppa~ Keluarkan aku dari sekolah. Hiks." Sayup-sayup terdengar isakan dari seberang sana, membuat Yunho merasa iba.

"Oppa mengerti, Mi Hwa. Tapi bisakah kau menunggu sampai oppa pulang?"  

"Tak bisakah, kau pulang sekarang juga? Aku tak ingin bersama namja jangkung jelek itu lama-lama."

"Maaf Mi Hwa, Eun Ji sakit. Jadi sepertinya kami masih akan tetap disini sampai dia sembuh. Kau harus lebih bersabar, ne?" Jawab Yunho sambil menatap  gadis yang berbaring lemah dihadapannya.

"kau bahkan lebih memikirkan orang lain dari pada adikmu ini?! Yaks! Semua orang menyebalkan! Aku membencimu oppa! Kau tak pulang sampai kapanpun aku tak peduli! Aku tak membutuhkanmu!" 

"Hei, Mi Hwa-" belum sempat Yunho menjawab, sambungan telepon telah terputus dari seberang sana.

"Arrggh. Anak itu..." ia mengerang frustasi. Untuk kesekian kalinya, Mi Hwa berkata bahwa ia membencinya. Ada rasa sakit mencelos dihatinya, saat adik semata wayangnya itu mengatakan hal tersebut. Tapi, ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Adiknya terlalu sulit untuk dimengerti.

"Yunho-ah, kau bisa pulang lebih dulu. Aku bisa sendiri disini." Seseorang menyadarkannya. Gadis yang terbaring lemah itu, menatap lembut kedua mata musang miliknya. Ia balik menatap.

"Ahni. Eun Ji-ah, aku akan tetap disini sampai kau sembuh." Ujarnya sambil menggeleng.

"Tapi, Mi Hwa membutuhkanmu." Lirihnya. Yunho menangkap tangan Eun Ji. Menggenggamnya erat.

"Biarkan dia belajar untuk bersikap dewasa. Aku hanya ingin dia mencoba menyelesaikan masalahnya tanpa ku. Itu juga kan, yang selalu kau katakan padaku?" Eun Ji tersenyum manis.

'Tninitt.' Ponsel Yunho kembali berdering. Kali ini bukan Mi Hwa yang menelponnya, tapi salah satu tangan kirinya.

"Tunggu sebentar, aku keluar dulu." Pamit Yunho. Eun Ji mengangguk dan membiarkan Yunho meninggalkannya.

@@@

"Kau tahu, meski orang tuamu tewas tenggelam, tapi terdapat luka tembakan pada mayat kedua orang tuamu. Kami telah menemukan sebuah vila dekat pulau itu. Vila itu memang sudah tak berpenghuni. Kami menemukan satu senapan yang kuyakini merupakan alat yang telah dipakai si pelaku untuk menembak kedua orang tuamu."

"Jadi maksudmu, Vila itu sebelumnya merupakan tempat si pelaku sebelumnya?" Tanya Yunho ketika mendengar salah satu detectifnya menceritakan  hasil peledikannya.

"Ya. Aku dapat memastikannya."

"Baiklah selidiki terus. Nanti, aku akan kesana melihat langsung."

"Baik tuan."

'pip'

Yunho mematikan saluran telepon. Ia tersenyum puas. Sudah bertahun-tahun dia menyelidiki kasus kematian kedua orang tuanya. Dan akhirnya kini dia mendapat pencerahan.

Yunho kembali masuk kedalam kamar rawat Eun Ji.

"Eun Ji-ah maaf aku lam-a. Eun Ji?" Yunho gelagapan ketika mendapati gadis itu tak ada di dalam kamar. 

"Eun Ji, kau dimana? Aish! Yeoja ini!" Ia menggerutu kesal. Sambil berlari keluar mencari Eun Ji.

@@@

Author POV

Seorang namja memasuki sebuah apartemen kecil sambil memegangi rahangnya yang sakit. Wajahnya dihiasi dengan warna keunguan.  Ia segera mengambil kotak P3K dan mengobati lukanya sendiri.

"Kau berkelahi lagi?" Namja lain yang lebih tua darinya bertanya, membuat ia sedikit berpaling dari kegiatannya.

"Kau tahukan, aku dibayar untuk ini." ucapnya seakan memar-memar di wajah dan tubuhnya merupakan hal yang biasa.

"Ya. Ya. Aku mengerti. Kapan kau akan pulang?" Tanya namja yang bernama Bang Yongguk itu.

"Kau mengusirku?" 

"Bukan. Maksudku, hanya saja aku kasihan dengan Hyung mu itu. Dia pasti sangat mengkhawatirkanmu." Namja berumur 17 tahun itu mendelik.

"Dia bukan Hyungku. Dan aku tak peduli." Jawabnya sinis.

"Hei. Aku memang tak mengerti apa masalahmu dengan hyung mu itu. Tapi, bagaimanapun juga aku dapat mengerti kekhawatirannya padamu."

"Lalu?"

"Aku saran kan agar kau pulang. Setidaknya, kau kembali bersekolah. Ayolah, dia pasti telah membayar mahal untuk biaya sekolahmu." Namja yang berumur 23 tahun bernasihat. 

"Molla. Sudahlah, aku pergi dulu. Aku sudah terlambat." Namja tinggi itu berlalu begitu saja meninggalkan Yongguk yang seperti terbiasa dengan sikap namja yang sudah dia anggap sebagai namdeongsaengnya itu.

@@@

Changmin POV

"Eomma, aku gagal. Aku kembali gagal. Aku membuat kesalahan. Hiks." Aku terisak dihadapan Eomma yang terbaring lemah dengan infusan yang menempel di tangannya.

"Aku tak becus. Aku tak bisa menjaga anak yang dititipkan padaku. Sama seperti aku yang tak bisa menjaga nya. Maafkan aku eomma. Hiks." Aku merunduk sambil menggenggam erat tangannya. Kurasakan beliau mengusap kepalaku. Aku mendongak, menatapnya yang tersenyum lembut.

"Hei. Pangeran eomma tak ada yang menangis. Kau bukan gagal chagi, kau hanya belum berhasil." Ujarnya lirih, tapi masih bisa ku dengar dengan jelas.

"Tapi aku telah merusak kepercayaannya padaku eomma. Aku tak bisa mengerti dirinya. Aku payah. A-aku salah." Aku kembali merunduk.

"Sudahlah nak, jangan menyalahi diri sendiri. Lebih baik kau pulang, temui dia. Katakan apa yang kau maksud. Buat dia mengerti."

"..."

"Dan untuk adikmu itu, dia memang sedang masa egoisnya. Dimana ia berpikir bahwa dirinya sudah dewasa. Biarkan saja dia seperti itu untuk sementara waktu. Tapi, tetap pantau dia agar tidak mengambil jalan yang salah." Aku tersenyum setelah mendengar nasihat eomma.

"Gomawo, eomma. Aku mengerti. Aku akan selalu berpegang teguh pada nasihat eomma. Cepat sembuh. Aku pulang dulu." Aku mengecup keningnya hangat.

Satu-satunya pahlawanku di muka bumi ini. Tanpanya aku tak dapat apa-apa. 

Terima kasih eomma, Saranghae~

To Be Continue

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anmade #1
Chapter 6: hey! ceritanya bagus ^^ knp nggak dilanjutkan? hehe
lovidovi #2
Chapter 2: baru baca sampe chapter 2 dan.... suka! bagus deh ceritanya.
aku sebenarnya tidak terlalu mencari cerita dengan tag tvxq, tp ini lg browse2 ff dgn tag bahasa dan tertarik membaca yg ini tanpa sengaja.
ceritanya bagus PinguLulu!
Kamu baru saja mendapatkan new subscriber, hehe.
lovelovelyloving
#3
Chapter 5: Hiks.. sedih bacanya…… hayoung jahat!
lovelovelyloving
#4
Chapter 4: i like it~^^ update soon!!
lovelovelyloving
#5
Chapter 2: woah~! aku suka!!! ><
lovelovelyloving
#6
lanjut yaa! fighting ><