Hatefully

She's a Troublemaker

Chapter 3

Hatefully

Author POV (Yunho side)

“Oppa, Jebal~ temani aku ke Jepang,ne?” Seorang yeoja menggelayut manja pada Yunho, yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju lift. Dia ada rapat. Tapi, yeoja ini mengganggu jalannya. Eun Ji yang mengikuti Yunho dari belakang hanya memutar bola matanya malas. Sudah sering ia menyaksikan hal seperti ini. Hampir setiap hari, jika yeoja itu sedang tak ada job.

 

 

 

 

 

Minha. Jun Minha. Salah satu artis dalam agensinya, JYEntertainment. Mengawali karirnya sebagai seorang pemain drama. Dan kini sedang memulai debutnya sebagai penyanyi solo. Dia termasuk senior dalam agensi tersebut. Minha, yeoja ini tertarik pada Jung Yunho. Sudah sejak lama ia mendekati Yunho, sedangkan Yunho menatapnya hanya biasa saja. Dia hanya menganggap Minha sebagai teman dan rekan kerja. Tapi, gadis itu bersikukuh dan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian Yunho.

Seperti saat ini, Minha sedang merayu Yunho agar menemaninya dalam melakukan debut promosi di Jepang.

“Oppa, kau tega membiarkanku pergi sendiri?”

Yunho berhenti sejenak. Menatap gadis disebelah nya yang sedang menggenggam erat tangannya. Lalu ia membalikan badannya menghadap Eun Ji yang terkaget ketika tiba-tiba Yunho berhenti didepannya.

“Eun Ji, apa aku free beberapa hari ini?” tanyanya pada Eun Ji. Eun Ji segera membuka list job Yunho di ipad nya.

“Tidak ada. Kau bebas seminggu ini.” Eun Ji memberi tahu. Yunho mengangguk mengerti. Ia kembali memberi pandangan pada Minha yang sedang melayangkan puppy eyesnya.

“Baiklah. Aku akan menemanimu ke Jepang.” Minha mengubah mimik wajahnya cepat.

 “Gomawo, oppa.” Minha bertepuk tangan kegirangan.

“Tapi, Eun Ji harus ikut denganku.” Ucapnya cepat.

“MWO?!” Dan seketika kedua gadis itu berteriak bersamaan dan menatap Yunho tak percaya.

Peperangan akan dimulai.

@@@@@

Author POV (Mi Hwa side)

“Apa? Apa lagi yang akan kau lakukan, Jung Mi Hwa? Setelah kau membakar buku-buku tugas mu. Membanting ponsel mu, merusak laptopku, membuang tas ku ketempat sampah, Apa lagi? Kau belum puas? Sudahlah, percuma kau lakukan itu semua. Aku tak akan berhenti untuk mengajarmu!” Mi Hwa menatap sengit pada namja dihadapannya yang sedang membentaknya. Pertama dalam hidupnya dibentak seperti itu oleh orang, bahkan oppa dan kedua orang tuanya tak pernah membentaknya seperti itu.

Ia kesal. Sungguh sangat kesal. Sudah 3 hari ia membuat kekacauan, tetap saja namja jangkung ini tak menyerah dan bersikukuh tetap mengajarnya. Ia sangat ingin menangis, ia tak suka seperti ini. Matanya mulai berkaca-kaca. Tapi dia tak suka terlihat lemah didepan ‘musuh’nya. Itu sama saja bunuh diri baginya.

“Kau!” Dia menunjuk tepat pada wajah Changmin. Tak sopan memang mengingat Changmin adalah gurunya dan umur mereka yang terpaut 8 tahun. Tapi, Hey! Bahkan Mi Hwa tak pernah memperdulikannya.

Mi Hwa mulai mengangkat tangannya berniat menampar wajah tegas milik namja tampan itu.

“Tampar saja, jika itu membuatmu puas dan bahagia. Nona manis sepertimu memang tak pernah dapat mengerti orang lain. Terlalu egois, untuk mengetahui pekerjaanku yang tak semudah yang kau bayangkan.” Changmin mendekatkan wajahnya, mempersilakan Mi Hwa untuk menamparnya. Ia tahu, gadis itu sedang emosi.

Tangan Mi Hwa gemetar hebat, ia tak kuasa melayangkan tamparannya. Meskipun dia nakal, tapi sungguh dia tak pernah menyakiti orang dengan kontak fisik. Itu bukan dirinya. Tentu dia masih memiliki hati.

Perkataan Changmin menusuk tepat pada relung hatinya. Dadanya sesak. Sakit sekali rasanya. Ia sudah menembus benteng pertahanannya. Air matanya pecah seketika. Ia menangis. Bukan berpura-pura menangis seperti biasanya. Ia menangis dari hatinya.

“Kau benar. Kau memang benar. Aku hanya gadis egois yang manja, keras kepala, nakal, semua sifat buruk ada pada diriku. Semua orang membenciku! Tak ada yang menyukaiku. Kau puas?!” Mi Hwa menatap Changmin dengan tatapan nanar, ia berteriak.

“Mi-Mi Hwa___” Changmin tergagap, tak tau harus berbicara apa. Lagi-lagi dia melakukan kesalahan. Dia tak sengaja meluapkan emosinya tadi.

“ Semua orang membenciku. Nona manis yang kau maksud memang tak sempurna. Dia lemah. Dia membenci hidupnya. Dia membenci dirinya sendiri.” Ia menunduk tak ingin menatap namja yang menatapnya iba. Dia benci dikasihani orang lain.

“!! Dead me now!” Ia menekan dadanya yang terasa ingin meledak, memukul-mukul kepalanya, membiarkan rasa sakit menjalar ditubuhnya. Ia sudah tak tahan lagi, bosan dengan kehidupannya yang seperti ini. Ia ingin mengakhiri hidupnya.

“Hentikan! Jangan menyakitimu sendiri seperti itu. ” Changmin memeluk tubuh Mi Hwa, menahannya untuk tak kembali memukuli diri sendiri. Mi Hwa memberontak, tangisannya tak berhenti. Ia memekik.

“Lepaskan! Tahu apa kau tentang diriku? menghujatku seolah aku tak punya hati. Kau jahat! Semua orang jahat! Eomma dan Appa jahat! Mereka meninggalkanku membuatku menangis seperti orang bodoh. Oppa juga jahat! Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Membiarkanku sendiri dirumah yang membosankan. Aku membencinya! Arrgh! Biarkan aku mati ditanganku sendiri! Biar semua puas! Tak ada yang menginginkanku hidup didunia ini!” Ia berteriak. Kembali meluapkan emosinya yang menggebu-gebu. Ia menjambak-jambak rambutnya. Tak perduli jika ia akan botak setelahnya. Changmin mempererat pelukannya.

“Kumohon, hentikan. Kau membuatku terluka melihatmu seperti ini. Jebalyo.” Ia mengusap lembut punggung gemetar gadis yang tengah menangis itu. Mencoba menenangkannya.

“Kau sudah ku anggap sebagai adikku. Aku menyayangimu. Hentikan menyalahkan dirimu dan orang lain.” Ucapnya lirih tepat ditelinga Mi Hwa.

“Aku benci. Sungguh.”

Setelah berkata itu, Mi Hwa terlelap dipelukan Changmin. Lelah setelah membuang sampah dihatinya, yang sudah ia kubur dalam-dalam selama bertahun-tahun.

Changmin merenggangkan pelukannya, membaringkan gadis itu diatas sofa.

Ia tersenyum menatap wajah gadis itu yang terlihat damai, mengecup pangkal kepala gadis itu penuh kasih sayang.

‘Mianhae, Jeongmal.’

@@@@@

Changmin POV

Aku menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Berbagai pikiran muncul dibenakku. Semua kejadian yang baru saja terjadi hari ini, berputar-putar dikepalaku. Gadis itu. Jung Mi Hwa. Aku telah melukainya hari ini. Membuatnya melukai diri sendiri karena ucapanku. Aku semakin penasaran dengannya. Aku masih bingung, apa sesulit itu hidupnya? Aku tak mengerti, dia sulit dipecahkan.

Tapi lagi-lagi dia membuatku kembali mengingatmu. Sudah seminggu kau tak pulang dan sama sekali tak mengabariku. Apa kau masih menganggapku sebagai hyung mu? Aku mengerti, terakhir kali kita bertemu kita berdebat hebat. Aku mengekangmu. Tapi sekali lagi ku tekankan, itu semua demi kebaikanmu. Aku tak ingin kau tumbuh seperti berandalan.

Dimana kau? Bogoshipo,jeongmal. Apa yang harus kuterangkan pada  Eomma tentangmu? Mereka sudah mempercayakanmu padaku. Aku tahu kau sudah mulai dewasa. Kau bukan anak kecil lagi. Kau sudah memiliki pemikiranmu sendiri. Sungguh, aku hanya ingin mengingatkanmu agar tak mengambil jalan yang salah.

Kau genius. Kau lebih pandai dari pada hyung mu ini. Semua orang mengakuinya. Aku ingin kau lebih sukses dari pada aku. Tak apa kau tak pulang, dan tak menemuiku. Tapi, kumohon kau tetap sekolah. Aku tak mau kau menyianyiakan kepintaranmu itu.

@@@@@

Author POV (Mi Hwa Side)

Seorang gadis berjalan sendirian di malam yang gelap, dimana orang lain sudah terlelap dirumah masing-masing. Ia pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun, sehingga tak ada yang menemaninya. Mi Hwa. Ya. Seharusnya ada setidaknya 2 bodyguard yang menjaganya. Tapi sengaja, ia keluar dengan mengendap-endap. Ini tengah malam, semua orang dirumahnya pasti sudah tertidur.

Ia berjalan tanpa arah. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya. Ia ingat, baru saja ia meraung-raung, berteriak pada Changmin dan berniat untuk bunuh diri hari ini. Ia bisa saja melakukan aksi bunuh dirinya sekarang, mumpung tak ada yang melihatnya. Hanya saja, dia tak bodoh. Dia tak ingin mati konyol. Dia juga masih penasaran dengan takdir hidupnya. Meskipun ia masih membenci apapun dalam hidupnya. Ia tak ingin mati tanpa arti.

“Hai, manis. Sedang apa berjalan sendirian tengah malam seperti ini?” Tiba-tiba muncul 3 orang namja asing yang mendekatinya, berjalan berputar-putar. Sepertinya mabuk. Mi Hwa menatap mereka sengit.

“Jangan mendekat!” Pekiknya mencoba menghindari mereka yang semakin mendekat.

“Haha. Lucu sekali. Ayo temani kami bermain.” Salah seorang dari mereka mulai menyentuhnya. Ia menghempaskan sentuhan itu. Rasa takut mulai menghampirinya.

‘Ku Mohon siapapun tolong aku.’

“Menjauh dariku!”

“Jangan takut,honey. Kita akan bermain dengan lembut kau tenang saja.” Satu yang lainnya,menggenggam tangan Mi Hwa kasar. Memaksanya untuk mengikuti mereka.

“Tidak. Kumohon__”

‘Bugh’

‘Aku mati!’

“Kyaa!” Mi Hwa berteriak ketika tiba-tiba salah satu dari mereka terpental dihadapannya. Ia menutup matanya takut melihat apa yang terjadi.

Ia tak ingin menjadi saksi mata adegan sarkartis dihadapannya. Ia masih ingin hidup. Tak lama seseorang menarik tangannya, membawanya pergi setelah mendengar banyak pasang kaki yang melarikan diri. Ia masih menutup matanya, hingga namja itu berbicara.

“Dimana rumahmu?” Mi Hwa membuka matanya. Sesosok namja tampan berambut blonde ikal bertanya padanya. Ia sedikit terpaku melihat namja disebelahnya ini. Namja yang berpenampilan seperti bad boy, tapi wajahnya tak menampakkan kejahatan. Mi Hwa tahu, namja ini bukan komplotan namja-namja yang mengganggunya. Namja ini menolongnya.

“Rumahku 3 belokan dari sini.” Jawab Mi Hwa. Namja itu mengangguk mengerti. Mi Hwa terpaku, tak ingin memalingkan tatapannya dari namja yang telah mempesonanya ini.

‘Aku tertarik padanya. Dia begita keren dan, tampan. Bahkan tak tersenyumpun, ia masih tetap mempesona.’

“Yang mana rumahmu? Sepertinya kita sudah sampai.”

“Eh?” Namja itu membuyarkan pikiran Mi Hwa. Mi Hwa menatap sekelilingnya, saat tahu rumahnya sudah ada dihadapannya.

“I-iya. Ini rumahku. Gomawo karena telah menyelamatkanku dan...” Untuk pertama kalinya, Mi Hwa bow pada seseorang. Dan bahkan orang ini tidak lebih tua darinya, suatu kehormatan bagi namja  berambut blonde ini. Namja tinggi itu pergi begitu saja meninggalkan Mi Hwa yang tercengang saat ditinggalkan. Ia sedikit tak rela, ditinggalkan begitu saja oleh namja penolongnya itu.

“Hei! Siapa namamu? Terima kasih telah mengantarkanku pulang!” Teriaknya. Namja itu hanya mengangkat tangan kanannya tanpa berbalik.

 

 

‘He’s like a Zero. So mysterious.’

Sungguh, namja itu telah berhasil mengalihkan kebencian Mi Hwa pada hidupnya.

To Be Continue

 

A/n : Oops! Ada kesalahan di Chap kemarin. Typo. Well, mianhae. Diusahakan update seminggu sekali. Tapi jika kalian memiliki akun wattpad, bisa search dengan judul dan pen name yang sama. Disana ceritanya udah jauh -_-V (Aku hanya menyarankan, bagi yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya.)

And then, mohon dukungannya. *Bow

Jjang!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anmade #1
Chapter 6: hey! ceritanya bagus ^^ knp nggak dilanjutkan? hehe
lovidovi #2
Chapter 2: baru baca sampe chapter 2 dan.... suka! bagus deh ceritanya.
aku sebenarnya tidak terlalu mencari cerita dengan tag tvxq, tp ini lg browse2 ff dgn tag bahasa dan tertarik membaca yg ini tanpa sengaja.
ceritanya bagus PinguLulu!
Kamu baru saja mendapatkan new subscriber, hehe.
lovelovelyloving
#3
Chapter 5: Hiks.. sedih bacanya…… hayoung jahat!
lovelovelyloving
#4
Chapter 4: i like it~^^ update soon!!
lovelovelyloving
#5
Chapter 2: woah~! aku suka!!! ><
lovelovelyloving
#6
lanjut yaa! fighting ><