Prank

Teach Me!!
Please Subscribe to read the full chapter

CHAP 4

***

 

Ini sudah hari ketiga Amber tinggal di rumah Kris, teman kelasnya yang jenius freak, oh tidak, tepatnya tinggal di kediaman keluarga Wu. Membosankan bagi seorang Amber untuk tetap berada di rumah sepanjang waktu. Yup, kini Amber tidak lagi dapat pulang larut malam, bermain bersama teman-temannya ke mall atau ke club, ataupun membolos saat jam pelajaran. Setiap gerak-gerik Amber seakan terus diawasi oleh mata tajam Kris yang berkilat dari balik kacamatanya.

 

Kris tak pernah membiarkan Amber melakukan kenakalan sedikitpun. Kris bahkan tau tentang permusuhan Amber dengan Minho yang semakin memanas akibat perkelahian terakhir mereka. Saat Amber berniat untuk memberi perhitungan pada Minho yang sudah membuat hidupnya sekacau ini, Kris dengan cepat memberikan tatapan peringatannya dan menghentikan aksi Amber.

 

Amber bukannya takut pada Kris, jelas itu tidak mungkin. Hanya saja Kris suka bertindak semena-mena padanya dengan alasan dia adalah guru Amber, dan Amber harus menuruti perkataannya sebelum dia mengadukan kelakuan Amber pada ayahnya. Amber jelas tidak ingin hal itu terjadi dan membuatnya berada lebih lama tinggal bersama seorang Kris Wu yang jelas-jelas tak pernah sedikitpun Amber sukai.

 

Entah bagaimana persisnya Amber mulai tidak menyukai Kris. Hanya saja Kris merupakan leader dari EXO, sebuah perkumpulan murid laki-laki dengan latar belakang kelas atas dan bodoh—oke, mereka jelas tidak dapat dikategorikan sebagai bodoh- tapi Amber hanya tidak menyukai gaya mereka yang seolah-olah merupakan kelompok paling benar. Tentu saja itu karena kebanyakan dari mereka adalah anggota kesiswaan sekolah yang hobi membuat peraturan ini dan itu, dan coba tebak, Kris adalah pemimpin mereka. Amber jelas tak menyukai mereka karena dia adalah salah satu siswa yang paling suka melanggar peraturan dan membuat keonaran. Peraturan dibuat untuk dilanggar, pikirnya.

 

Jadi di sinilah Amber, duduk di atas jok belakang motor Kris dan melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda itu sambil merutuk kesal sesekali. Dia lagi-lagi tidak dapat mengiyakan ajakan teman-temannya untuk bermain setelah jam pelajaran usai, apa lagi yang dia harapkan? Amber bahkan belum sempat menemui ayahnya untuk memprotes semua hal yang membuat kepalanya hampir meledak.

 

“Aku pulang,” seru Amber tak bersemangat dan segera menuju lantai atas tempat kamar sementaranya berada. Meninggalkan Kris di belakangnya dan menghiraukan maid-maid yang menyambut kedatangan mereka.

Amber segera menghantamkan tubuhnya ke ranjang luasnya setelah dia sampai di kamar sementaranya. Menarik napas dalam-dalam sejenak sambil memejamkan matanya. Dalam waktu tiga hari kamar ini sudah dipenuhi aroma Amber di setiap bagiannya. Dia ingat jelas bagaimana ruangan ini beraroma seperti campuran bunga mawar dan lemon. Belakangan Amber menyadari aroma mawar berasal dari entah apa yang Nyonya Wu pakai. Setelah beberapa saat penuh ketenangan, Amber memutuskan bangkit dari tidurnya dan berganti pakaian sebelum turun ke bawah untuk menuju dapur lalu mengecek beberapa cemilan untuk di bawa ke kamarnya.

 

Sampai di dapur kediaman keluarga Wu, Amber menaikan kedua alisnya melihat seseorang sedang entah melakukan apa. Aneh sekali dijam-jam seperti ini ada yang sibuk di dapur. Bukankah masih ada cukup banyak waktu sampai jam makan malam?

Amber segera menyadari orang itu adalah bibi Jung, —ketua maid dapur keluarga Wu- setelah dia berada beberapa langkah lagi dari sosok wanita paruh baya itu. Seakan menyadari kehadiran Amber, bibi Jung menoleh lalu dengan cepat membalikan tubuhnya setelah mengetahui siapa yang ada di belakangnya dan segera membungkuk hormat.

 

“Oh, Nona Liu, ada yang bisa saya bantu?” tanya bibi Jung tanpa berani menatap mata Amber.

Amber memutar bola matanya malas. Duh, dia sungguh tidak suka dengan kebiasaan orang-orang di sekelilingnya yang terlalu memperlakukannya terlalu istimewa. Tidak dapatkah mereka memperlakukan Amber selayaknya manusia normal lainnya?

Amber mengibaskan tangannya dan berdesis. “Tidak perlu bersikap formal padaku, bibi Jung,” katanya mengambil tempat di samping bibi Jung. Memerhatikan apa yang sedang di kerjakan bibi Jung sebelum berhenti karena kedatangannya.

Bibi Jung mengangkat kepalanya untuk melemparkan tatapan bingungnya pada Amber. Menyadari suasana yang berubah aneh, Amber menoleh hanya untuk melihat kerutan dahi bibi Jung. Amber tersenyum kikuk. “Aku tidak terlalu terbiasa dengan hal itu, lagipula aku juga tidak menggigit jika bibi tidak bersikap formal padaku,” jelas Amber berusaha benar benar tersenyum kali ini.

Bibi Jung masih sedikit keheranan dengan tingkah penghuni baru kediaman keluarga Wu ini, tapi Amber segera mengganti topik dengan menanyakan apa yang sedang bibi Jung lakukan sebelum dia datang. Bibi Jung tersenyum dan menjelaskan pada Amber bahwa dia sedang membuat secangkir kopi untuk Kris. Amber sempat heran mengapa Kris minum kopi disiang hari. Itu memang bukan sebuah keanehan, tapi Amber hanya heran saat bibi Jung mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan Kris meminum kopi setelah pulang sekolah, tidak ada yang tahu apa sebabnya, dan satu hal lagi, Kris hanya mau meminum kopi buatan bibi Jung.

“Ah, ngomong-ngomong ada apa Nona kemari?” tanya bibi Jung, nada suaranya menjadi lebih friendly sekarang. Itu karena dia menemukan sosok hangat dan ceria yang Amber tunjukan selama perbincangan ringan mereka di dapur.

“Untuk beberapa kudapan, mungkin?” kata Amber dengan kekehan.

“Ah, tentu saja.” Bibi Jung tersenyum sambil mengangguk mengerti. “Akan aku ambilkan beberapa cemilan, tetap di sini, oke?” kata bibi Jung sambil menepuk pundak Amber lalu pergi meninggalkan gadis itu entah ke bagian sudut dapur yang mana—Amber tak terlalu memerhatikan-.

Amber membalikan tubuhnya dan menumpukan kedua tangannya pada meja. Kedua mata indahnya berkeliling menjelajahi seluruh benda di atas meja hingga terhenti tepat pada secangkir kopi hangat dengan krim di permukaannya. Amber menyeringai jahil, tiba-tiba saja terlintas ide cemerlang di otaknya. Lalu matanya beralih, hanya untuk menemukan benda bertuliskan ‘Garam/Salt’.

 

***

 

Tak ada yang aneh, semua dilakukan seperti hari-hari biasanya, bibi Jung dengan penuh kesopanan mengantarkan secangkir kopi hangat dan sepiring penuh beberapa jenis buah di atas nampannya ke kamar satu-satunya pewaris semua kekay

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
miamimutz #1
Chapter 5: Okay where are you author nim....senangat!!!
miamimutz #2
Chapter 4: Kenapa ya dia kesel babget sama kris? Kris itu aslinya temen sekelasnya atau gurunya? Atau siapa? Kok udah kesal duluan?
erinasa #3
Chapter 5: Thor plis next dong
Janidly
#4
Chapter 5: tolong lanjutin dong.....jgn berhenti sampai dsni
llamawu #5
Chapter 5: Hiks thor ga dinext lagi hngg :'(
watdaaa #6
Chapter 5: Gua masi boleh ngarep ff ini dilanjutin gak sih thoorrr fuh greget bat gua bolak balik baca ff ini T.T
dewipur
#7
plliiissss.. lanjutin ffnya...
lestaricho #8
woah baru nemu ff ini, keren
linanabila #9
Chapter 5: Next plissss
xxxluili #10
Ditunguuu author...