ch 1

Confusion

“Meski Suho-shi pindah sekolah, selamanya aku tetap suka padamu!!”

“..bicara apa, sih? Omong kosong..”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Haneul’s POV

 

“waa…”

“hei, dia perempuan, kan?”

“sedang apa dia datang ke sekolah sambil menggendong seorang perempuan?”

Tak ku gubris perkataan yang sedang ku dengar. Sudah biasa.

“Sudah sampai” ucapku sambil menurunkan adik kelasku – yang terjatuh.

“terimakasih, Haneul sunbaenim” katanya sambil membungkuk. “tidak apa-apa, maaf kalau aku tidak bisa mengantarmu sampai keruang kesehatan” dia hanya mengangguk, lalu bergegas pergi – tak lupa melambaikan tangannya kepadaku.

 

“Haneul-ah.. kau ini” ucap sahabtku sambil menghirup nafas panjang – sangat panjang malahan. “Seperti biasa, selalu jadi perempuan nakal”. Ku rapihkan baju seragamku – tidak kotor, sih, “nakal? Jangan ngomong begitu, deh. Bilang saja aku tidak feminim”

“kamu kan perempuan baik-baik, tapi kenapa tidak pakai seragam?!” kesal sahabatku itu.

“aku pakai kaos rancangan sekolah, kok”

“bicaramu juga tidak sopan!”

“itu kan, kebebasan pribadi”

“berusahalah jadi perempuan yang benar!!”

Aku hanya bias menghela nafas, sahabatku – Jieun – selalu saja begini. “Sebagai teman kecilmu, aku khawatir. Kalau begini terus, Haneul bias berubah jadi lelaki tampan” dia menghela nafas. Aku terkekeh pelan, “jangan bicara seperti itu. Aku ingin, sih, menjadi perempuan sepertimu, hanya saja ak—“

 

“jangan lakukan ini lagi!”

“ung, kau tak perlu bilang itu berkali-kali”

“haaah.. lagi pula siapa yang mau makan kue seperti ini?”

 

Bluk.

 

“C-chanyeol”

“jangan ikuti aku!”

“hiks..”

 

“huwa, dasar kejam” ucap Jieun.

“aku.. aku tak bisa membiarkannya…”

“H-Haneul?”

“terutama membiarkan orang bodoh yang membuat seorang perempuan menangis seperti itu!!!!” teriakku kesal lalu menghampiri lelaki bodoh itu.

 

Drap drap drap drap

 

“ada ap—“

 

PLAK!

 

“rasakan itu!” teriakku di depan mukanya.

“y-yah! Apa yang kau lakukan!?” teriaknya balik. Tapi aku sudah lebih dulu meninggalkannya.

 

“yah, kau tak perlu menamparnya seperti itu” ucap Jieun sambil menggelengkan kepalanya. “masa bodoh” ku rapihkan – lagi—seragam ku lalu berjalan menuju pintu belakang sekolah.

“memangnya kau tidak tahu siapa dia?” Tanya Jieun mengikutiku. “tidak tahu dan aku tidak mau tahu” balasku. Dia hanya menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya. “nanamnya  Park Chanyeol. Jagoan klub basket.” Aku berjalan lebih cepat, masa bodoh dengan Wu – siapa namanya? “kau bisa memanggilnya Chanyeol!!” teriak Jieun di belakangku. “aku akan menemui Jongin sebentar! Hati-hati di jalan!!” teriaknya lagi. Aku hanya menghela nafas – hari yang melelahkan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Normal POV

 

“namanya Haneul, huh?” lelaki bertubuh tinggi itu mendengus kesal kalau harus mengingat kejadian kemarin. “nama yang aneh untuk seorang perempuan” gelengnya. Dia arahkan pandangannya ke seluruh sekolah, berharap menemukan orang yang berani menamparnya kemarin.

 

---

 

“belakangan ini, perempuan yang dibuat menangis oleh Chanyeol sunbaenim berkurang, ya”

Perkataan itu secepat kilat menyambar perhatian perempuan berambut pendek yang sedang bersembunyi debelakang mesin minuman. “iya, soalnya dia sedang berkonsentrasi mengejar musuhnya, jadi tak sempat menghancurkan kue” kekeh perempuan di depan kamar mandi bersama temannya.

 

‘musuh? Aku?’ pikir Haenul.

‘biarlah, setidaknya kue yang dihancurkan olehnya berkurang’ pikirnya lagi, lalu bangkit dari duduknya – berniat pergi menuju perpustakaan, tetapi sebuah tangan menggenggam tangannya erat. Mata Haneul membesar dengan seketika.

 

‘gawat’

 

Dengan cepat, Haneul mulai berlari melewati lorong-lorong sekolah.

“ya! aku anak klub basket, tak akan mungkin kalah darimu!” teriak suara di belakang Haneul.

 

Drap drap drap

 

Bruk!

 

Terdengar deruhan nafas keduanya yang tak beraturan, mereka nampak kehabisan nafas.

Lelaki di depan Haneul itu menyeringai lalu menggenggam pergelangan tangan Haneul – berniat untuk tidak membiarkannya pergi. “Hari ini kau tak akan kulepaskan” ucapnya. “oh, rupanya yang menamparku KO dengan satu pukulan, anak seramping ini?! Tanganmu kecil” gumamnya. “l-lepaskan!”  lelaki itu tidak peduli. Seperti katanya tadi, dia tidak akan melepaskannya.

 

“yah! Jangan bermain-main saja kau, pabo!” teriak seseorang dari belakang lelaki itu. Haneul tersenyum lebar. “Kau sudah smeinggu bolos latihan basket! Hari ini latihan!!” teriak lelaki separuh baya itu – namanya Soga sensei. Pelatih basket pindahan dari Jepang. “t-tapi!” bantah jagoan basket itu sambil melepaskan tangan Haneul. “menurut saja!”

Haneul tersenyum puas. “huh, untung saja aku tertolong..” gumamnya sambil mengelus pergelangan tangannya.

 

----

 

“hey, hari ini ayo bertanding basket denganku!”

Haneul menghela nafasnya panjang. Anak itu lagi. “aku sibuk” balas Haneul sambil menyeruput jus jeruknya. “ternyata Chanyeol masih mengejar Haneul, ya” goda Jieun yang sedri tadi duduk disebelah Haneul. “memang kenapa, hah?! Pertandingan antar lelaki itu selesai kalau salah satu dari kami kalah! Makanya aku ingin mengajaknya bertanding!” balas Chanyeol ketus. “antar…lelaki?” gumam Jieun bingung.

 

“Chanyeol sunbae!” panggil seseorang di belakang. Ah, anak perempuan waktu itu. “i-ini… aku, watu itu sunbae bilang tidak ingin kue… jadi, hari ini aku buatkan sandwich” ucapnya dengan senyuman, lalu membukakan kotak makan berwarna coklat dan menyodorkannya kepada Chanyeol. “kamu ini bodoh, atau apa?! Aku kemarin tidk meniramnya bukan karena aku ingin yang lain! Itu karena aku tidak ingin makan apapun buatanmu!” ucap Chanyeol dengan suara lantang. Lalu menepis tangan Ara – anak yang membawa kotak makan – sehingga kotak makannya terjatuh. Haneul  membelalakan matanya, tak tega menahan amarah setelah apa yang ia lihat di depannya. “yang bodoh itu kamu, tahu!!!” teriak Haneul tepat dikuping Chanyeol, membuat lelaki itu kaget. “laki-laki tidak berperasaan! Jagoan klub basket macam apa, kamu! Kamu itu hanya orang menyebalkan!” lanjutnya. “ayo!! Hari ini kita bertanding…” ucapan Chanyeol  terhenti ketika ia melihat raut wajah Haneul berubah. Matanya mulai berkaca-kaca. “kamu sama sekali tidak tahu, dibutuhkan keberanian besar untuk menyampaikan perasaan!” teriak Haneul, membuat seluruh kantin menjadi (agak) sepi.

 

Chanyeol menghela nafas, “kenapa wajahmu mendadak berubah seperti itu, huh!!!?? Kamu kan laki-laki! Masa melihat begitu saja sampai menangis! Ucap Chanyeol  kesal. “dasar” gumamnya kesal lalu berjongkok, mengambil sandwich yang terjatuh di lantai. “waaa” seru Jieun kaget. Jagoan klub basket itu baru saja memakan makanan dari lantai. Uh…

 

“Chanyeol, hentikan”

“iya, itu sudah kotor”

Panggil beberapa teman Chanyeol yang menatapnya dengan aneh.

“kalau ekspresi wajahmu masih begitu, perasaanku jadi tidak enak!’ gumamnya sambil  mengunyah, “lagi pula, mungkin aku sedikit bersalah”

“bukan sedikit. Tapi memang semua salahmu” ekspresi Haneul kini berubah lagi. “mwoya?!” teriak Chanyeol sambil melempar sisa sandwich yang baru saja iya makan – dengan berat hati – kelantai. “tidak. Aku juga minta maaf, ternyata kamu anak yang..um, sedikit baik”  balas Haneul sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum. DEG… ‘kenapa aku jadi berdebar-debar begini?!’ ucap Chanyeol  dalam hati. “ah, aku lupa! Aku dapat tugas harus ke TU saat istirahat, aku pergi dulu~” seru Haneul meninggalkan Jieun dan Chanyeol di meja tempat Haneul makan tadi. “aneh. Kenapa…… Kim Haneul kan laki-laki” gumam Chanyeol – tetapi telinga Jieun cukup tajam untuk mendengarnya. “Haneul itu perempuan.” Ucap Jieun datar. “ne?” Tanya Chanyeol bingung. Apa ia tidak salah dengar? “sekali lagi, Haneul itu perempuan. Namanya saja sudah Haneul” dengan secepat kilat, mata Chanyeol membesar sempurna. “perempuan?!”

 

---

 

“aaah, istirahat siang sudah selesai” gumam Haneul sambil berjalan di lorong sekolah. “H-Haneul-shi” panggil seseorang. Astaga, Haneul sudah lelah berhubungan dengan orang ini. “kamu, kamu ternyata perempuan, ya?” Haneul hanya menatapnya lucu, “memang iya. Kalau sudah tau, terus kenapa. Memangnya—“

 

“aku menyukaimu”

 

Hening. Lorong yang sudah benar-benar sepi itu kini bertambah keheningannya. “sepertinya.. sepertinya aku menyukamu, Haneul-shi” wajah Chanyeol memerah sempurnah. Sedangkan Haneul hanya membulatkan matanya.

 

‘sejak hari itu.. kupikir cinta sudah menghilang dari dunia ku. Tapi…’ pikiran Haneul terputus ketika lelaki berambut hitam mengahmpiri mereka.

“yang dipilih Haneul pastilah, aku” lelaki tampan berambut hitam itu menyunggingkan senyumnya. “karena akulah cinta pertamanya”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet