Say Hello [Indonesian]

Say Hello [Indonesian]

 

Disclaimer : I don’t own this story and the characters. Story belong to riceisnice. Casts belong to SM Entertainment.

 


Say Hello

written by: riceisnice

translated by: amusuk


 

“I lost my mind, neoreul cheommannasseulttae~

Baekhyun memetik gitarnya seindah suaranya yang memenuhi udara. Orang-orang berlalu-lalang melemparkan uang dan koin ke kotak gitarnya, takjub akan nyanyiannya.

 

 

Baekhyun adalah seorang mantan anak SMA, drop-out. Dia pergi untuk mengejar kariernya sebagai penyanyi di umur 17, setahun sebelum kelulusannya. Sekarang dia berumur 19 dan tinggal di motel usang, dan sedang mencari penghasilan untuk hidup walau sangat pas-pasan.

Baekhyun mengakhiri lagunya dan memutuskan untuk beristirahat. Ia duduk dan meminum airnya, beberapa pikiran mengalir di benaknya.

 

“Baekhyun. Ibumu dan aku bercerai.”

 

“Baekhyun. Pacarmu bunuh diri kemarin.”

 

“Baekhyun. Seseorang merampok kamarmu.”

 

“Baekhyun. Aku harap kau mati.”

 

“Baekhyun. Baekhyun. Baekhyun. Baekhyun” semua yang bisa ia dengar. Ia mengehembuskan nafasnya dan menangkupkan wajahnya.

“Terima kasih, semuanya… Terima kasih banyak.”

 


 

Dia berdiri dan mengalungkan gitarnya, berusaha untuk rileks kembali. Musik selalu menenangkan dirinya.

Neoi sesangeuro yeorin barameul tago. Ne gyeoteuro eodieso wannyago~

 

Baekhyun menutup matanya selagi ia bernyanyi, memblokir semua suara. Segalanya hening baginya. Dia bahkan tidak dapat mendengar dirinya bernyanyi, suara gitar, tangisan bayi, obrolan siswa-siswa. Hingga…

 

Kling, kling.

 

Baekhyun membuka matanya. “Eh, t—terima kasih.” Ia tersenyum.

Di hadapannya berdiri seorang laki-laki yang sangat tinggi, kurus, dengan helai coklat gelap keriting. Matanya besar dan giginya sempurna. Dia tersenyum lebar dan berkata, “Sama-sama. Kau menyanyi dengan hebat.” Dan kemudian ia pergi.

Baekhyun melanjutkan bernyanyi namun tetap memperhatikan laki-laki itu berjalan pergi.

“Hmm…” pikirnya, “tidak seorang pun pernah menembus keheninganku sebelumnya…”

 


 

Keesokan harinya, Baekhyun berjalan lagi ke tempat yang sama di taman dan bernyanyi lagi, berharap mendapatkan lebih banyak uang dan, uh, melihat dia lagi.

 

 

 

Sudah pukul 15.00 dan Baekhyun menjadi sedikit kesal. Dia begitu ingin melihatnya lagi. Dia belum pernah melihatnya di sekitar sini sebelumnya… Dan Kota Cha-Mul adalah kota yang cukup kecil.

Baekhyun menutup matanya untuk kesekian kalinya dan terus bernyanyi, berusaha melupakan orang asing yang elok ini. Dia kembali ke keheningannya dan tenang kembali.

 

Momen dimana dia lupa…

 

 

 

 

Kling, kling.

 

Baekhyun membuka matanya lagi dan tersenyum. “Terim—“

“Tidak. Terima kasih padamu. Suaramu memang merdu.”

Orang itu tersenyum pada Baekhyun dan berbalik, berjalan menjauh. Wajah Baekhyun memerah begitu ia melanjutkan nyanyiannya.

“Siapakah dia?” batinnya.

 


 

Satu minggu berlalu sudah dan orang itu datang setiap hari. Hal ini berlangsung hingga ke titik dimana Baekhyun tidak dapat lagi menunggu esok hari untuk datang. Dan dia juga tidak merasa terlalu depresi lagi.

 

 

Suatu hari, hujan turun, sangat deras.

“Sial…”

Dengan harapan di hatinya, dia mennyambar hoodie dan gitarnya dan bergegas ke luar, berlari ke taman.

Tidak banyak orang di luar, dan hujan adalah alasan utama mengapa. Para pemilik toko memandangi Baekhyun begitu ia mengeluarkan gitarnya dan mengalungkannya. Dia melambaikan tangannya pada beberapa dari mereka dan mulai bernyanyi.

Neol saranghage dwaebeorin nan ije deo isang doraga goshi eobseoyo nalgaereul geodwagasyeotjyo. Oh, no~”

 

 

 

 

Setelah beberapa jam, para pemilik toko memberinya uang karena sudah menyanyi di tengah hujan. Baekhyun basah kuyup sekarang dan jarinya-jarinya mulai mati rasa, tapi dia tetap bergeming. Hanya untuk orang itu.

“Baekhyun. Menyerahlah. Pulanglah. Kau tidak akan mendapatkan lebih banyak uang.” Salah seorang pemilik toko berkata begitu setelah memberinya beberapa keeping koin.

Terkejut, Baekhyun berhenti bermain. Bulat keputusannya untuk tinggal maka ia berkata, “Maafkan aku, ahjussi. Aku tidak menginginkan uang. Atau setidaknya, tidak lagi… Paman bisa mengambil kembali uang itu kalau mau. Aku tidak membutuhkannya.”

Baekhyun tersenyum dan memandang ke arah gitarnya. Dia menjilat bibirnya dan lanjut memetik gitarnya, menyanyikan semua isi hatinya.

Mulut si pemilik toko itu membentuk ‘O’ namun berubah tersenyum lembut perlahan. Dia meletakkan tangannya di bahu Baekhyun dan berkata, “Kau anak baik, Baekhyun. Simpan uangmu.”

 


 

Baekhyun tersenyum tulus ketika bernyanyi, wajah orang itu berkeliaran di pikirannya. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika wajah orang itu berkelebatan di matanya, membuatnya menyanyi lebih keras dan bermain lebih bagus. Para pemilik toko hanya duduk di balik konter dan memandangnya dengan kagum. Seorang anak muda 19 tahun menyanyi di tengah hujan.

Seorang perempuan tua, pemilik toko juga, berjalan melewatinya dengan membawa payung dan berkata, “Ini, Baekhyun. Ambillah payungku. Kau bisa terkenal flu nanti.”

Baekhyun menggelengkan kepalanya. “Aniyo, ahjumma. Aku hanya ingin bernyanyi.”

“Untuk siapa? Tidak ada siapa pun di sini selain kita, para pemilik toko. “

“Aku tidak percaya aku mengatakan ini tapi,” Baekhyun menertawakan dirinya sendiri, “aku bernyanyi untuk seseorang yang tidak kukenal.”

 


 

Sudah hampir pukul 17.00 sekarang dan hari mulai gelap. Hujan masih terus turun dan Baekhyun masih bernyanyi, menunggu orang itu untuk lewat dan tersenyum. Biasanya, Bekhyun yang lama, yang depresi, akan menangis dan membenci dirinya sendiri di jam-jam ini tiap hari. Tapi, orang itu, yang ia temui hanya sekitar delapan atau sembilan kali, memberinya tenaga. Setiap kali Baekhyun merasa tidak yakin, wajah orang itu akan berkelebatan di pikirannya dan Baekhyun menyanyi lebih keras. Dia sedang jatuh cinta.

Semua pemilik toko menutup jendela dan pintu tokonya dan berjalan pulang dengan membawa payung mereka.

“Cepatlah pulang, nak. Hari mulai gelap.”

Baekhyun mengangguk dan melanjutkan bernyanyi. Tidak ada seorang pun terlihat tapi itu tidak masalah bagi Baekhyun. Dia tersenyum dan berpura-pura menyanyi untuk dia, laki-laki unik itu, seorang.

 


 

Sudah hampir pukul 19.00 namun Baekhyun masih di luar menyanyi di tengah hujan deras. Baekhyun tertawa kecil begitu ia bernyanyi dan membayangkan apa yang akan orang itu katakan saat ia melihat Baekhyun seperti ini.

Baekhyun menutup matanya untuk yang kesekian kali dan memblokir semua suara. Ia tahu hari sudah semakin larut tapi, begitu lembut, samar-samar, begitu perlahan, ia bersumpah ia mendengar sesuatu.

Berusaha fokus menyanyi dengan mata tertutup, dia mendengarkan lagi keheningannya.

 

 

 

 

 

 

 

Kling, kling.

 

Baekhyun menghentikan nyanyian dan permainannya dan tersentak. Perlahan ia membuka matanya dan tersenyum. Air mata berkumpul di balik matanya.

“Aw, kenapa kau berhenti?”

Di balik tetes hujan yang bening dan terang itu, di sana ia berdiri. Orang asing yang elok itu yang telah Baekhyun tunggu selama sembilan jam lamanya. Wajahnya bersinar mengalahkan langit kelabu dan awan mendung kini. Baekhyun tidak bisa berkata apa-apa. Dia begitu rupawan. Matanya terlihat ramah dan senyum yang ia berikan memberikan sensasi kehangatan dan keramahan. Dia memegang sebuah payung hitam di tangan kirinya dan segenggam koin dan beberapa lembar uang di tangan kanannya.

“Oh. Ini semua untukmu.” Sambil tertawa kecil, ia menaruh uangnya di kotak gitar Baekhyun. “Aku bekerja lembur untuk memberikannya padamu.”

Secercah kebahagiaan menyerang Baekhyun dan semua air matanya mulai mengalir keluar perlahan, dan sudah tidak mungkin dibedakan lagi karena ia sudah basah kuyup oleh hujan.

“Apa kau kedinginan? Ini.” Ia melepas jaketnya dan memasangkannya di bahu Baekhyun, menutupinya dengan payungnya.

Baekhyun benar-benar kaget melihat betapa tingginya dia dalam jarak dekat. Ia mendongak ke atas dan melihat orang itu sedang tersenyum.

“Tidak apa-apa.” Orang itu berkata dengan kencang, berusaha untuk didengar di tengah hujan deras, “Orang-orang memandangku seperti itu setiap waktu. Aku sepertinya memang sangat tinggi, haha.”

Baekhyun tersenyum, masih melihatnya.

“Di mana kau tinggal? Akan kuantar kau ke sana.” Orang itu melihat ke bawah dan berkata, “Oh. Ini, letakkan kotak gitarmu. Aku akan membawanya untukmu.”

Baekhyun menurutinya dan memberikannya pada orang itu. “Te—terima kasih.”

Mereka saling mengunci tatapan dan orang itu berkata, “Tidak masalah. Apa pun untuk pemuda dengan suara malaikat.”

 


 

Baekhyun memegang payungnya, dan berjalan dengan orang itu menuju motelnya. Sesampainya mereka di sana, hujan pun berhenti.

“Benar-benar. Reda begitu kita sampai di sini, huh? Heh…” Dia menyerahkan kotak gitar Baekhyun dan tersenyum. “Kau hati-hati, ya?”

Dia berbalik dan Baekhyun berteriak, “Tunggu!”

Pemuda tinggi itu pun berbalik dan berkata, “Ya?”

“K—kau lupa payungmu.”

“Nah, kau bisa menyimpannya. Lagipula sudah tidak hujan.”

Baekhyun merasa wajahnya memanas. “Terima kasih, eh…”

“Oh. Bodohnya aku. Aku Park Chanyeol.”

Baekhyun melangkah mendekat. “Namaku Baekhyun.”

“Hmm… Kedengaran seperti Bacon.”

Baekhyun terkikik. “Ya, banyak orang yang memanggilku begitu.”

“Baiklah, aku akan menemui besok, Bacon.” Chanyeol melangkah maju dan memeluk Baekhyun erat.

Dia melepasnya dan tersenyum lebar. “Kuharap bisa mendengar suaramu besok.” Chanyeol pun berbalik lagi dan berjalan menjauh, menolehkan kepalanya sekali untuk melambai. Baekhyun berdiri di depan kamar motelnya, melihatnya berjalan menjauh. Tepat sebelum ia berbelok di ujung, Baekhyun menjatuhkan barang bawaannya ke tanah dan berlari mengejarnya.

“Hey!”

 

“Ya—“

 

 

Baekhyun memeluk Chanyeol erat di lengannya dan segenap kekuatan yang ia punya di kaki kecilnya, ia berjinjit dan meletakkan bibirnya di bibir yang satunya. Dengan insting, Chanyeol melilitkan tangannya di sekitar pinggangnya dan membalasnya.

“Aku akan menemui besok, Chanyeol~” Dan Baekhyun berlari masuk.

 


End


 

note: aiih, fluffy bener ceritanya~ >w< Terima kasih buat riceisnice untuk cerita imutnya ini. Cerita aslinya bisa dilihat di sini.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ellin_kim #1
Chapter 1: ihh so sweet aneeed ><
lightseeker
#2
Chapter 1: Odg ini fluffy banget;3 love this! Cukup dengan tutup matamu, and then Chanyeol bakalan langsung muncul di hadapanmu. Ugh coba bisa dipraktekin /ga. Thankyou banget udah nyempetin ngetranslate fanfiksi keren ini;;; fighting!
yixinghyeong #3
Chapter 1: Aw love at first sight kah ? X3 baek hidupmu ngens banget tapi seenggaknya ada chanyeol :3 fluff fluff suka banget ff-nya >w<
dabeasteu #4
Chapter 1: fluffy banget ya ampun ;;;u;;;
woonlicious #5
oh gosh entah kenapa aku ga sadar langsung nangis setelah baca ff ini ;; keep writing buat kak author dan makasih banyak buat kak amusuk utk translasinya~ cantik bgt transnya dan ga kaku :)
gungyii #6
Chapter 1: singkat banget ceritanya, pdahal bagus..
chanbaek ^^b
baekhyunbaek #7
Chapter 1: aaa padahal bagus kenapa harus oneshoot sih ? nothing sequel ? uuuuu padahal bagus nih karakter si duo baekyeol disini :)
BaekSung
#8
Chapter 1: As always uri chanbaek is cute XD
Manissss....banget ceritanya
flo1996
#9
Chapter 1: Ceritanya simple tapi bagus ;A; gomawo translete nya author nim
YuaRei #10
Chapter 1: Ceritanya manis bnget. ^^