A Dream

Forever, Always By Your Side

 

Aku dan Hyoyeon bersama-sama menatap mata dokter, dokter mengambil nafas, "sebenarnya begini...," tatapanku menajam, "hhh," dokter mengambil nafas lagi, ia membawa kami ke tempat yang tidak dekat dengan kamar rawat inap Gwiboon.
 
Tatapan dokter berubah menjadi serius, "ia sakit kanker otak... stadium dua."
 
Mataku dan Hyoyeon terbelak kaget, kami memelototi dokter, "d... Dokter bercanda kan??," aku berusaha memastikan. Dokter menggeleng-geleng kepalanya. Aku serasa nyawaku melayang. Dokter ini pasti bercanda!
 
"Dokter jangan bohong!," Hyoyeon mulai berkaca-kaca. "Tidak, saya tidak berbohong," dokter menepuk-nepuk pundak kami, "ia harus dikemo terapi, setelah itu dioperasi."
 
Aku merasa sangat tidak percaya Gwiboon terkena penyakit ini. "Dok...," ucapku lemas. "Ya? Kenapa?," tanya dokter itu sambil menatapku dengan tatapan yang kosong, "bagaimana kalau kita merahasiakan ini saja pada Gwiboon?," Hyoyeon dan dokter menyetujuinya. 
 
Aku dan Hyoyeon kembali menuju kamar dengan lesu, namun kami berdua mencoba untuk berakting di depan semuanya. Aku dengan terpaksa membohongi Gwiboon, dan berkata ia hanya flu berat. Gwiboon menatap mataku dan tersenyum, ia ternyata percaya.
 
Hari sudah menunjukkan jam 7 malam, semua anggota member SHINee sudah pulang terkecuali aku, memandangi Gwiboon yang daritadi menonton TV sambil berbaring. Aku berbaring di sofa yang bisa dijadikan tempat tidur sambil memainkan twitterku, tak terasa, setetes air mata jatuh dan membasahi pipiku yang kering karena dinginnya AC di rumah sakit. Kuhapus air mataku cepat-cepat, tidak mau Gwiboon melihatnya.
 
"Jonghyun...," Gwiboon memanggilku. Aku kini berdiri di sebelah kasurnya, "iya, ada apa?," tanyaku. "Sebaiknya, kamu pulang saja. Hari sudah malam," matanya yang tajam menatapku sambil tersenyum manis. "T... Tapi...," sebelum mengelak, Gwiboon memotong pembicaraanku, "kan ada Hyoyeon."
 
Aku mengambil barang-barangku, dan pergi meninggalkan rumah sakit, sebelumnya tak lupa aku mengucapkan salam dan melambaikan tangan pada Gwiboon dan Hyoyeon.
 
--
 
Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, bahkan aku tidak bisa tidur, dari tadi kepalaku pusing, namun aku tidak mau membangunkan Hyoyeon yang sedang tidur nyenyak.
 
Akupun baru teringat, aku belum sikat gigi tadi. Aku berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar rawat inap ini, sambil memegangi infus yang tadi dipasang suster.
 
Setelah selesai menyikat gigiku, aku berjalan kembali menuju tempat tidurku. Nyut! "Aduh sakit sekali!," aku memegangi kepalaku. Pandanganku menjadi kabur lagi.
 
-- 
 
Aku mendengar ada suara sesuatu yang terjatuh, sumber suara itu dari kamar mandi. Saat aku melihat ke ranjang Gwiboon, Gwiboon tidak ada di kasurnya itu. Aku mulai berpikiran bahwa yang jatuh itu adalah Gwiboon.
 
Aku berlari menuju kamar mandi. Gwiboon terbaring lemah di lantai kamar mandi yang kering.
 
"Gwiboon!," aku langsung berlari kearahnya, menggendongnya dan membaringkannya kembali ke kasur. Aku panik dan memanggil suster. Kata suster tidak ada hal yang serius, jadi ia pergi sambil menyuntikkan sesuatu ke infus Gwiboon. Aku memperhatikan muka Gwiboon sejenak, lalu tidur kembali.
 
Pagi telah datang, matahari sudah bersinar terang. Gwiboon masih terlelap, atau pingsan. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, oh, itu dokter.
 
"Ada apa dokter?," tanyaku yang masih dalam keadaan berantakan.
"Gwiboon sebaiknya dirawat di rumahnya saja, kecuali saat kemo terapi baru dia datang ke sini"
"Oh, begitu... Yasudah deh, dok. Ngomong-ngomong kemo terapinya kapan saja?"
"Hari ini dan lusa, ngomong-ngomong, saya sudah menulis resep obat, nanti ditebus ya," jelas dokter sambil memberi resep obat.
"Oh, yasudah."
 
Aku menutup pintu kamar setelah dokter pergi, menyiapkan barang-barangku dan Gwiboon dan memasukkan barang-barang kami ke dalam koper.
 
Menunggu Gwiboon bangun, aku mengambil obat. Saat lagi mengantri, ada seseorang yang menepok pundakku, "hoy!," saat aku menengok, ternyata itu Jonghyun. "Lagi ngapain di sini?," matanya melihat tanganku yang sedang memegang resep obat. "Lagi ngambil obat," jawabku. "Gimana keadaan Gwiboon?," tanyanya lagi sambil memasukkan tangannya ke coat yang ia pakai. "Kemaren ia pingsan, tapi kata suster baik-baik saja," jelasku, "hari ini setelah kemo terapi, kami pulang," Jonghyun terdiam sejenak dan melanjutkan pembicaraannya, "pingsan lagi?," Jonghyun mengerutkan keningnya, "pulang? Nggak dirawat inap aja?," ia menatapku. "Iya, dokter mengusulkan begitu saja," aku balik menatapnya.
 
Tanpa basa-basi lagi, Jonghyun meninggalkanku yang sedang antri menebus obat. Aku tahu, pasti dia akan menemui Gwiboon. Manis sekali...
 
--
 
Aku membuka pintu pelan-pelan dan melihat Gwiboon sudah terbangun dan menatap cahaya matahari dari jendela.
 
"Gwibooooooon!!!," teriakku sambil tersenyum. Ia menengok ke arahku, tersenyum lebar dan berlari-lari kecil. "Oppa!!," ia terlihat ingin memelukku tetapi kesulitan karena infusnya. "Gwiboon mau makan?," aku mencubit-cubit pipinya. "Enggak," jawabnya datar. "Kalau aku yang nyuapin??," aku menaikkan satu alisku dan tertawa, Gwiboon ikut ketawa dan nyengir, "mau hehehehe...." Aku tersenyum dan meminta makanan untuk Gwiboon kepada suster.
 
Saat makanan datang, Gwiboon sudah duduk manis di kasur. Aku menyuapi Gwiboon bubur, "pesawatnya akan mendarat di Daegu... Aaaaaaa," aku menyuapi Gwiboon layaknya anak kecil, "ammm!!!," ujarnya. Aku tertawa melihat tingkahnya. Aku mengulanginya lagi, "pesawat menghadapi badai!," ku goyang-goyangkan sendok itu, "lalu berhasil mendarat di Tokyoo... Aaaaa," aku menatap matanya yang sengaja memejamkan matanya, "aaammmm," aku tertawa lagi. Kali ini Gwiboon ikut tertawa. 
 
Akhirnya bubur itu habis juga, Gwiboon memandangku sambil malu-malu. Tampangnya yang malu itu sangat lucu bagiku. Setelah itu kami menonton TV dan bermain PSP yang sebenarnya punya Minho.
 
"Permisi," suster memasuki kamar, "ayo, Gwiboon," ajak suster. "Mau ngapain sus?," tanyaku. "Kan, kemo terapi," bisiknya padaku.
 
Gwiboon memegangi tanganku, kami pergi keluar kamar dan berjalan mengikuti suster, "kita mau kemana oppa? Ngapain?," Gwiboon memegang erat tanganku. Aku menggeleng, pura-pura tidak tahu. Gwiboon pun memasuki ruangan kemo terapi, aku menunggu di luarnya.
 
Beberapa menit kemudian, entah berapa menit, aku tak menghitung. Gwiboon keluar dari ruangan itu dengan sempoyongan. "Gimana rasanya?," tanyaku. "Aneh," jawabnya.
 
 
Hyoyeon sudah selesai menebus obat, membayar biaya pengobatan, dan menge-pack barang-barang. Aku juga sudah siap mengantarkan Gwiboon pulang kerumahnya. Kami pun berangkat, menuju rumah Gwiboon.
 
Sesampai di rumahnya, Gwiboon langsung tidur siang tanpa disuruh. Orang tua Gwiboon sedang berada di luar negri.
 
Ternyata Gwiboon tidur lumayan lama, aku sedikit bosan duduk di depan TV dan memainkan PSP melulu, aku menelfon member-member SHINee yang lain untuk menemaniku. Dorm SHINee tidak jauh dari rumah Gwiboon, pasti mereka akan datang cepat.
 
Tak lama kemudian...
Ting! Tong!
Bel berbunyi, aku yakin mereka Onew, Key, Minho,  dan Taemin! Yak! Ternyata memang benar.
 
Mereka membawakan Gwiboon buah-buahan dan coklat untuk Gwiboon, "di mana Gwiboon?," tanya Onew hyung. "Lagi di kamarnya, tidur siang," jawabku. "Hyung aku bawa makanan juga buatmu," Key mengeluarkan bekal makanan dan memberikannya kepadaku, "hyung bahkan belum sarapankan??," aku mengangguk, "terimakasih Key."
 
"UWAAAAA!," terdengar suara Gwiboon berteriak, aku kaget dan langsung berlari ke kamarnya. "OPPA!!," teriaknya, ia berdiri dan memelukku erat-erat. "Ada apa Gwiboon?," tanyaku heran. "Aku mimpi...," kini ia menangis. "Mimpi apa?," aku menepok punggungnya, ia tidak menjawab dan tetap memelukku dengan erat. Onew hyung, dongsaeng-dongsaengku dan Hyoyeon hanya bisa berdiri penuh dengan rasa penasaran.
 
"Aku ingin terus di sampingmu oppa...," Gwiboon masih memelukku, "tapi... Tidak lama lagi kita akan berpisah," bisiknya. Aku kaget mendengar omongannya. Maksudnya apa?
 
"Gwiboon! Itu kan cuman mimpi... Lagian kamu mimpi apaan sih!?," aku menatap Gwiboon dengan serius. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaanku.
 
Dia... Mimpi apa? Kenapa serius banget? Sampai nangis kayak begitu?
 
Apa ia tahu apa penyakit sebenarnya yang ia derita?
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fannie1190
#1
Pleade update itt, i'm really curious about the next part..
nooo, semoga fanfic nya happy ending ;A; Jonghyun and Gwiboon are meant to be together /sobs/
blingestshawol
#2
Chapter 1: PLEASE DO CONTINUE UPDATING X3 SO CURIOUS
Marciakslp #3
This seems nice, I'll be waiting for you to update it ^^