Beautiful Lies
Description
Gadis itu menghela nafas panjang dengan perasaan lega luar biasa yang muncul dari dalam hati kala mengetahui ia perjuangan panjang telah berakhir sesuai dengan harapannya. Ia saja melewati masa-masa kritisnya, detik-detik di mana nyawanya berada di ujung tanduk, detik-detik di antara hidup baru dan mati, demi menyelamatkan satu nyawa yang ada di tubuhnya.
Ya, sayang. Seorang bayi.
Ia mendengar suara tangisnya yang membahana di ruang operasi tersebut. Sang dokter yang membantu persalinannya menggendong bayi mungil yang masih terisi darah itu dan seorang perawat langsung memotong pusarnya yang melilit tubuh lemahnya. Beberapa perawat yang lainnya langsung bergerak mendekati gadis itu yang sedang memejamkan kedua matanya, tampak berusaha untuk menormalkan kembali dirinya yang sejak sejam tadi seperti lari marathon. Mereka menghapus peluh di dahi si gadis yang sudah berhasil menjadi ibu tersebut dengan perlahan.
“Chukkae, bayinya perempuan,” seru sang dokter sambil tersenyum hangat. Ia masih menimang bayi itu, yang kini sudah bersih dan dibalut oleh kain tebal berwarna putih.
“Dan dia sangat cantik sekali sepertimu,” sambung salah seorang perawat.
“Kau ingin menamakannya siapa? Apakah sudah terfikirkan olehmu?”
Gadis itu mengangguk lemah. Ia tersenyum kecil dan memandangi buah hatinya dengan perasaan sayang yang membuncah luar biasa. Kedua manik matanya berkaca-kaca.
“Ayahnya sudah memberikan nama,” lirih gadis itu. “Lauren Hana. Ne, Lauren Hanna namanya,”
Foreword
Mereka Bilang kita dipisahkan oleh Takdir, tapi apakah takdir kita bisa ditentukan oleh kekuatan cinta kita?
Comments