Pertemuan

Lari!

Selasa, 7 Maret 2023, 20.08.

                “Arahin kameranya ke gedung tinggi dulu terus turun perlahan ke jalan raya ya.”, Hae memberikan arahannya. “Okay, ready, start!”.

Semua staff diam, tak bersuara, membiarkan suara alami dari malam dan kendaraan di Surabaya yang akan menjadi BGM dari rekaman kali ini. 15 menit berlalu, Hae masih belum memberikan arahan untuk berhenti merekam. Mungkin ini yang menjadi ciri khas dan nilai jual sutradara satu ini, banyak footage sama dengan banyak pilihan scene terbaik. Tapi disisi lain, banyak juga yang harus ditonton dan di edit,  dalam kalimat lain, BAKAL LAMA UNTUK SELESAI.

Hae menatap monitor dengan tangan yang menopang dagu. Di telinganya terdengar jelas suara bising kendaraan di jalan. Project kali ini adalah musik video sebuah band baru, tema yang diambil adalah lonely. Keseluruhan music video diserahin ke Hae, dia pun ngambil keputusan untuk menggabungkan beberapa video rutinitas banyak orang yang terdengar bising namun terlihat hampa. Kamera pun perlahan turun untuk merekam sisi jalan raya. Hae menatap monitor dengan cermat, setiap sudut ingin didapatnya dengan sempurna, sampai arah matanya menatap lama di halte bus. Hae menghampiri kamera dan menggerakkannya sedikit ke kanan untuk lebih focus ke arah wanita yang sedang duduk di halte.

Hae menatap wanita itu dari jauh, bukan lagi dari kamera di sebelahnya. Wanita itu memakai setelan hijau muda dengan blouse putih. Tatapan wanita itu tidak berubah, dia hanya memperhatikan sepatu hak putih nya, tak peduli apapun yang terjadi di sekitarnya. Dia menggerakkan kakinya sesekali, mengetuk jari telunjuknya di bangku halte namun tidak merubah arah tatapannya. Dia terus melihat kebawah, ke arah sepatu hak tinggi nya, seperti sedang menimbang sebuah keputusan. Apa yang sedang dia pikirkan ? Ada apa dengan hak tingginya ? Mengapa dia terlihat begitu… gundah ?

37 menit kemudian.

                “CUT!” Hae akhirnya memberikan arahan.

                “Kita selesai untuk hari ini ya guys, semua bisa langsung pulang setelah beres beres ya. Hmm aku mau kesana dulu untuk minta ijin, kita pakai dia jadi model. Terima kasih semua!” ucap Hae sambil berjalan ke arah wanita itu.

 

                “Permisi” Hae berkata sambil mendekat, wanita itu langsung menoleh, membuyarkan fokusnya.

                “Hai, nama saya Dong Hae biasa dipanggil Hae, saya baru aja selesai syuting disana, hmm kebetulan, bukan kebetulan juga sih ya, tapi kamu masuk ke rekaman kita dan I like the mood that u make, its somehow really suitable with the concept that I want. Tapi kalo kamu ga berkenan kita pakai videonya, juga gapapa kok.” Jelas Hae

                Wanita itu hanya menatapnya dan mengganguk.

                “Mungkin kamu mau lihat dulu rekamannya?” Tanya Hae lagi, tidak yakin dengan arti anggukan wanita itu.

                “Pake aja, gapapa.” Jawab wanita itu.

                “Tenang aja kok, kamu pasti dapat fee dari Project ini. Jadi kita butuh kontak kamu untuk bicarain tentang tanda tangan perjanjian kontrak gitu. Hmmm apa boleh saya minta nomor hpnya ya?”

                Dia menghembuskan nafas kecil, seperti enggan untuk berinteraksi seperti ini.

                “It’s okay. Just… use it.” Jawabnya sambil menatap Hae. “I’m fine with it”

Hae menatap wanita ini, penasaran dengan apa yang sedang dipikirkannya. Kenapa semudah itu dia berkata iya? Kenapa dia seakan-akan tidak peduli dengan gambar dirinya yang dipakai orang lain? Kenapa dia menatap sepatu hak tingginya selama itu?

                “Why…” ucap Hae tanpa sadar.

                Wanita itu kembali menatap Hae.

                “Why did you stare at your high heels that way?” Tanya Hae dan menunjuk sepatu hak tinggi wanita itu.

                Tatapan wanita itu kembali ke sepatu hak tingginya.

                “Kalau lari dengan ini, pasti akan rusak, ya kan?” wanita itu menatap Hae seakan menunggu jawaban.

                “Ya, pasti sepatunya akan rusak.”

                Wanita itu tersenyum, “So, Can I run barefoot?” Tanya wanita itu dengan menatap Hae dalam.   “ I really want to run.”

                “Then run. Run as much as you want.” Jawab hae.

Wanita itu tersenyum menatap Hae. Di meletakkan tasnya di bangku halte, melepas sepatu hak tingginya dan berlari. Entah kenapa, punggung wanita itu terlihat sangat ringan ketika dia mulai berlari. Walau tanpa arah dan tujuan, dia terlihat begitu bebas. Hae mengambil tas dan sepatu hak tinggi wanita tersebut. Dan disaat ini Hae sadar, bagaimana bisa dia membiarkan wanita itu berlari dengan kaki telanjangnya, apakah sepatu ini lebih berharga daripada dirinya sendiri?

Hae mengambil mobilnya dan menyetir ke arah wanita itu berlari. Sepatu hak tinggi dan tas wanita itu berada di bangku sebelahnya. Dia menyetir dengan pelan disisi jalan berharap cepat menemukan wanita itu agar luka di kakinya tidak semakin parah. Sudah hampir 20 menit dia menyetir sepanjang jalan dan masih belum menemukan wanita itu. Apakah Hae melewatkannya? Hae memutar arah mobilnya, banyaknya orang di sepanjang jalan itu membuatnya tidak fokus. Hae pun berhenti dan melihat pinggir jalanan itu dengan lebih teliti, sampai dia menemukan seorang wanita yang duduk di bangku dengan kaki telanjangnya.

                “I find you..” kata Hae sambil berusaha menyebrang jalan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
likeadiamond
english version still in progress

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet