Unbelievable First Week Already

FOR THE SIMPLE LIFE

1 Week :

Ha Na

Ha Na membuka matanya dengan malas. Ia mendapati wajah Hee Chul yang hanya berjarak beberapa senti darinya. Ia sudah tidak terkejut lagi seperti pagi-pagi sebelumnya, terutama pagi pertamanya disini yang sungguh memalukan itu. Diam-diam sebenarnya ia bersyukur bahwa wajah tampan Hee Chul-lah yang pertama kali dilihatnya setiap pagi. Tidak bisa di pungkiri, suaminya itu lebih dari sekedar tampan. Ia sangat rupawan tanpa cela,  walaupun sedang tidur dengan matanya masih terpejam rapat dan rambut kusutnya berkliaran menutupi dahi.

Dengan perlahan Ha Na menyingkirkan bedcover dan bangun dari tempat tidurnya. Sambil menguap ia keluar kamar dan mencuci tangannya di wastafel dapur. Kemudian Ha Na mulai sibuk menyiapkan sarapan seperti pagi-pagi sebelumnya. Genap 1 minggu ia disini dan ia mulai terbiasa melakukan aktifitasnya di ruangan-ruangan yang ada di rumah ini. Dapur dengan kitchen set yang lengkap dengan peralatan makan dan terlihat sebelumnya jarang digunakan. Ruang Games saat ini juga digunakan-nya sebagai ruang tempat laptopnya tersimpan diatas meja lipat kecil yang bisa mudah dipindahkan, dan satu ruangan lagi yang penuh dengan koleksi Hee Chul beserta beberapa box peralatan rumah tangga hadiah pernikahan mereka yang masih tersusun belum tersentuh. Ha Na memindahkan hadiah-hadiah yang tadinya ada di ruangan Games ke ruang koleksi agar ia juga bisa menggunakan ruangan games itu sebagai tempatnya membuka Laptop mengingat perangkat konesi wifi internet ada disana.

Dengan cepat seperti sudah terbiasa,  ia meraih frying pan dan membuka pintu kulkas untuk menggambil beberapa telur. Ketika ia menutup pintunya, ia mendapati jadwal kerja Hee Chul yang terpampang jelas di depan pintu. Karena memang beberapa hari sebelumnya Hee Chul mengatakan bahwa jadwal kerjanya akan terupdate di pintu kulkas. Saat itu Ha Na hanya tersenyum mendengarnya dan berpikir bahwa Hee Chul mungkin ingin Ha Na tidak terlalu khawatir atau menunggunya pulang, tetapi ketika ia melihat jadwal hari ini yang mana seharusnya Hee Chul memulai kerja jam 8 pagi, dengan reflek ia melihat jam dinding yang menujukkan pukul 7.20. Oppa akan terlambat … pikir Ha Na. dengan cepat ia kembali ke kamar dan menggoyangkan bahu Hee Chul untuk membangunkannya.

HN : Oppa, ini sudah jam 7.20. Kau seharusnya sudah di bawah, manager-nim pasti sudah menunggumu dari tadi.

Hee Chul menggeliat sejenak kemudian menarik bedcovernya lebih rapat menutupi setengah kepalannya.

HN : Oppa … kau akan terlambat. Sekarang sudah 7.20

Hee Chul mendadak terkejut seakan baru menyadari apa yang diucapkan Ha Na. Ia bergegas berdiri dan meraih HP-nya yang mati total.

HC : Aku lupa belum mengisi baterainya, makanya weakernya tidak menyala.

NH : Pakai saja Powerbank milikku. Sekarang lekas cuci muka sebelum Manager-mu menerobos pintu depan.

Ha Na bergegas membuka laci samping tempat tidurnya dan mencolokkan kabel powerbank-nya ke HP Hee Chul sementara Hee Chul sudah menghilang di pintu kamar mandi. Setengah berlari Ha Na meraih lagi pintu kulkas dan meraih beberapa lebar sandwitch siap saji dan melemparkannya ke oven dengan cepat. Ia meraih lagi HP Hee Chul dan menyalakannya. Display layar HP menyala dengan terang dan ia dapat melihat ada puluhan Misscall tertera disana.

10 menit kemudian Ha Na sudah menyiapkan kantung makan dan memperhatikan Hee Chul sedang mengikat tali sepatunya.

HN : Aku hanya bisa menyiapkan ini, kau bisa memakannya dalam perjalanan.

HC : Mungkin tidak akan sempat ..

HN : Manager-nim mungkin sudah ada dibawah mengingat dia miscall begitu banyak. Maaf kalau aku membuka HP-mu, ketika ku colokan dengan kabel untuk mengisi daya, HP-nya terbuka begitu saja.

Hee Chul selesai mengikat tali sepatunya dan mengadahkan kepalanya menatap Ha Na yang tangannya masih terulur dengan kantong sarapannya. Ia segera bediri dan meraihnya, mencium wangi kantong itu membuat perutnya bergemuruh.

HN : Aku hanya menyiapkan 1 bungkus untukmu karena waktunya tidak sempat lagi, jadi jangan membaginya dengan Manager atau driver dan lekas habiskan.

HC : Yaah … istriku sangat sigap. Entah bagimana biasanya aku melewatkan hari tanpamu selama ini dan bahkan masih tetap hidup, hah?

Ha Na tersenyum sambil mendorong Hee Chul dengan wajahnya yang tersenyum senang ke pintu dan membukanya. Ia kembali mendorong Hee Chul yang berbalik kearahnya sambil tersenyum cerah.

HN : Untuk Hidup yang lebih nyaman.

Serunya sambil melambaikan tangan.

HC : Untuk hidup yang lebih nyaman. Benar … aku brangkat.

Hee Chul melambaikan tangannya yang memegang bekal makannya kemudian menghilang di balik pintu yang tertutup.

1 minggu ini ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya. Beberapa kali ia menerima ucapan selamat dan dukungan dari beberapa nomer telepon yang tidak dikenalnya. Hee Chul sebelumnya sudah memberitahunya bahwa beberapa temannya mungkin akan mengubunginya melalu pesan chat dan beberapa paket akan datang ke rumahnya karena teman-temannya akhirnya percaya dengan pernikahan mereka. Dan benar saja … bebrapa paket besar-besar datang dan ia sibuk meletakannya dan menatanya di sekitar rumah, beberapa belum dibukanya. Kartu-kartu ucapan di susunnya di ruang tamu untuk Hee Chul baca sepulang kerja. Ketika Hee Chul dan melihat ada beberapa barang baru yang tertata di sekeliling rumah, ia hanya mendengus dan berkata terserah Ha Na saja akan menatanya seperti apa.

Ha Na juga sudah mulai sibuk kembali dengan meneliti kontrak bisnisnya. Ia benar-benar berharap bulan depan outlet fashion yang sedang dikerjakannya dapat soft opening. Beberapa kali ia menemukan ada beberapa bagian yang harus di revisi pad akkontrak itu dan ia juga sudah melakukan interview beberapa orang untuk membantunya mengelola outlet nanti. Survey beberapa lokasi untuk outletnya udah di lakukan secara online. Hanya tinggal menghampiri lokasinya dan mempelajari secara menyeluruh maka semua akan oke.

Ha Na melangkah ke ruang Games dan mengambil Leptopnya kemudian memindahkannya ke ruang tengah sambil menunggu sandwitchnya matang di pemanas. Dan ia memandang kartu hitam yang tergeletak di atas meja makan.

 

Flashback :

Ha Na membuka matanya dan mendapati ia masih sendirian di atas kasur, kemudian ia menoleh kearah jam di dinding yang menunjukan pukul 2 pagi. Ia menyibakan bedcovernya dan berdiri dari tempat tidur sebelum akhirnya keluar kamar mengambil air minum untuk membasuh tenggorokannya yang kering. Mendadak Ha Na mendengar suara dari ruang Games yang agak ribut, maka Ha Na membelokan langkahnya menuju ruangan tersebut dan membuka pintunya. Ia mendapati Hee Chul dengan earpohone yang menempel di telinganya sedang berdebat seru sambil mengotak atik mouse dan keyboardnya.

HN : Oppa … sudah pulang? Kenapa tidak langsung istirahat dan malah main games?

Hee Chul mendongakan wajahnya, memandang Ha Na yang masih mengantuk menatapnya dengan ragu. Kemudian ia berseru pada speaker di earphoennya yang besar.

HC : Yaaa … aku pause dulu.

Hee Chul mengklik sebuah tombol sebelum akhirnya melepaskan earphonenya.

HC : Kau terbangun, apa aku terlalu berisik?

Ha Na menggeleng.

HC : Aku ingin main games sebentar sebelum tidur dan minum ini.

Hee Chul mengangkat botol Sojunya yang sudah tinggal separuh.

HN : Oppa, jangan terlalu banyak minum. Tidak baik untuk kesehatanmu.

HC : Arra … aku hanya akan minum 1 botol selama 1 minggu. Kecuali jika ada urusan dengan pekerjaan. Mau menemaniku minum?

Ha Na menggeleng lagi  kemudian ia menguap juga.

HN : Aku tidak suka minuman alcohol. Aku hanya ingin minum dan kembali tidur.

Hee Chul mendadak berdiri dan mengikutinya keluar ruangan. Ia memperhatikan Ha Na yang mengambul gelas serta air dingin dari kulkas serta meminumnya sementara Hee Chul sendiri merogoh saku celanya dan dompetnya kemudian menyerahkan selembar kartu hitam ke atas meja makan.

HC : Ha Na-ya .. aku lupa memberikan ini dari kemarin. Kau bisa gunakan untuk keperluanmu.

Ha Na menoleh sambil melirik kartu itu.

HN : Apakah itu kartu kredit?

Hee Chul mengangguk dan tersenyum.

HC : Pakailah.

HN : Aku juga punya kartu kredit.

HC : Aku tau. Aku sudah meminta nomornya ke Ayahmu dan aku akan membayar tagihannya juga. Tapi lebih baik pakai punyaku saja, yang ini unlimited.

Ha Na meletakan gelasnya yang sudah kosong keatas wastafel dan menghela nafas.

HN : Aku masih bisa membayar tagihanku sendiri, Oppa. Sebenar lagi bisnisku akan opening dan aku bisa mengurus finansialku sendiri

Hee Chul melangkah untuk mendekat, tangannya terulur dan memegang kedua pundak Ha Na.. Wajahnya menatap Ha Na sementara Ha Na hanya mengedip-kedipkan matanya berusaha fokus pada percakapan penting mereka daripada pada wajah Hee CHul yang mendekat, menatapnya dengan tenang.

HC : Ha Na-ya … saat ini kau adalah istriku. Aku berterima kasih karena kau sudah mengurus seiisi rumah termasuk makanan, belanja, laundry … yang bahkan aku tidak memintanya, tapi kau sudah melakukan peranmu sebagai istri. Jadi biarkan untuk hal yang satu ini, aku sebagai suami yang mengurusnya. Lagipula aku sudah janji kan, kau ingat tidak?

Ha Na menghela nafasnya. Samar-samar ia ingat perkataan Hee Chul di malam pertama mereka bahwa Hee Chul tidak akan berkencan dengan wanita lain, akan menafkahi, menjaga, dan memberikan dukungannya. Saat itu Ha Na tidak terlalu yakin laki-laki ini akan ingat apa yang ia katanyan, tapi ternayta dia ingat.

HN : Uuwah … apa aku juga bisa membeli rumah dengan kartu itu?

Hee Chul tertawa sambil mepelaskan pegangannya pada bahu Ha Na dan mundur selangkah untuk memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan pandangan seolah tidak percaya.

HC : Dan selama ini ku pikir kau adalah gadis baik-baik yang tidak matre.

Flashback end.

 

Ha Na mengambil kartu tersebut dan memperhatikan namanya terseal pada emblem kartu. Sepertinya Hee Chul memang sudah mempersiapkan kartu kredit tambahan ini untuknya, dan Ha Na tersenyum. Mungkin suaminya benar-benar orang yang perhatian dibalik tingkahnya yang kadang konyol itu. Sepertinya untuk kehidupan yang lebih nyaman benar-benar bisa terwujud dengan Hee Chul ada di sampingnya.

 

To Be Continue ...

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
3lolita
I hope you enjoy the story

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet