First Night as a Couple

FOR THE SIMPLE LIFE

Ha Na

Ia menatap tumpukan bajunya yang sudah rapih di lemari besar yang besar pada sisi kanan, kemudian membuka pintu lemari di sisi kiri dan menatap tumpukan baju-baju yang asing. Baju mereka sudah bersebelahan dengan rapi dalam lemari besar dan saat ini adalah hari pertamanya tinggal disini, di rumah suaminya yang mulai hari ini akan menajdi rumahnya juga. Membereskan baju dan beberapa aksesorisnya membutuhkan waktu 10 menit tetapi otaknya sudah berpikir dengan kecepatan 250 KM/Jam.

Mulai hari ini ia adalah istri dari seseorang. Seseorang yang bahkan nyaris tidak dikenalnya. Saat ini sudah pukul 5.30 sore dan sebentar lagi malam tiba. Ini bukan saja hari pertamanya tetapi juga malam pertamanya. Ia menoleh menatap tempat tidur besar di tengah kamar yang tertata rapi dengan bedcover berwarna merah terang seperti sofa yang ada di luar. Bukannya ia tidak pernah memikirkan hal ini ketika ia akhirnya menyetujui pernikahan ini, hanya saja saat ini  terlihat begitu nyata. Kemarin ia berpikir bahwa apapun yang terjadi pada malam pernihakannya nanti, maka terjadilah … ia menyadari bahwa ia dan Hee Chul juga sudah dewasa dan ia juga tidak ingin mengambil manfaat berlebihan dari pernikahan ini seperti misalnya menolak atau mempermalukan dirinya sendiri. Tapi saat ini, detik ini, ditempatnya berdiri memandangi tempat tidurnya yang terlihat nyaman ini, dan kenyataan itu menimpanya dengan keras. Sekarang apa … dia harus bagaimana … bisakah dia menolak … apakah ia benar-benar akan menolak … kalau tidak apakah mereka akan melakukannya begitu saja … laki-laki itu memang tampan tapi apakah ini benar-benar harus terjadi … pertanyaan demi pertanyaan bertubi-tubi menghantam kepalanya.

 

Hee Chul

Ia mematikan televisi yang menyala dan bangun dari duduknya. Saat ini di dalam kulkasnya tidak ada makanan apapun selain tomat dan beberapa botol yoghurt. Apa yang akan disuguhkan untuk makan malam nanti, apa ia makan malam atau sedang berdiet. Atau apakah ia langsung pesankan saja JJangmyeon atau ayam goreng dari resto langganannya. Tapi Ha Na besar di luar negri, mungkin ia tidak suka makanan cepat saji seperti itu. Apa yang harus dilakukannya?

Hee Chul bangkit dan berdiri dari sofanya dan membuka pintu kamarnya, menapati Ha Na berdiri kaku dengan matanya yang membesar menatap tempat tidurnya.

HC : Apa kau mau kupesankan sesuatu untuk makan malam?

Ha Na menoleh dengan kaget dan menatapnya seakan ia hantu yang mendadak muncul disana.

HC : Aku hanya ingin tanya kau mau makan apa, karena aku sedang diet sehingga di kulkas hanya ada tomat dan …

Ha Na masih memandangnya dengan pucat sebelum akhirnya menunduk dan mendadak tertarik dengan jari-jari kakinya sendiri, tetapi Hee Chul sempat memperhatikan wajah gadis itu memerah, apa yang terjadi …

HC : Kau baik-baik saja?

Hee Chul melangkah mendekat sementara Ha Na mundur menjauh dengan kaku. Ia memperhatikan Ha Na yang bahkan dengan aneh menghindari tatapannya sebelum akhirnya ia menyadari bahwa selain menghindarinya, gadis itu juga terlihat menghindari tempat tidur dan hanya mundur menjauh dengan canggung. Dan seperti ada lampu yang menyala di kepalanya ia mengerti. Dengan santai ia merjalan kearah tempat tidur, id duduk sambil melipat kaki dengan santai.

HC : Duduklah sini denganku.

Ia memperhatikan bahwa Ha Na yang masih menunduk dengan canggung dan tidak bergerak.

HC: Ayo kita bicara sebentar seperti orang dewasa.

Beberapa saat kemudian Ha Na menghela nafas sebelum akhirnya ia mengangkat wajahnya dengan canggung dan menghapirinya, duduk disebelahnya kemudian menatapnya.

HC : Ha Na-sii … hmm… mari kita bicara mau bagaimana dengan pernikahan ini ,dan pertama-tama bagaiman kita akan memanggil satu dengan lainnya. Santai saja …

Ha Na masih memandangnya sebelum akhirnya kembali menunduk dan menggangguk.

HC : Ini adalah hal yang baru untukku, jadi sebenarnya aku juga merasa canggung sama sepeti yang kau rasakan. Jadi tidak usah khawatir dan ayo kita berkomunikasi dengan baik seperti orang dewasa, Ha Na-sii.

Ha Na mulai tersenyum tipis dan kembali menatapnya walau masih terlihat kaku.

HC : Tadi adalah terakhir kalinya aku akan memanggilmu dengan sebutan –sii. Mulai saat ini aku akan memanggilmu dengan Ha Na-ya, supaya tidak terlalu canggung. Dan kau akan memanggilku … apa?

HN : Oppa?

Oppa? Tidak buruk sebenarnya, tetapi kalau ada teman-temannya yang mendengar istri seorang Hee Chul memanggil suaminya dengan sebutan Oppa, pasti ia akan jadi bahan tertawaan. Tapi ia juga tidak punya ide lain karena panggilan lainnya akan terlalu canggung untuk suasana seperti ini.

HC : Oppa. Oke. Dan selanjutnya … karena di rumah ini hanya ada 1 kamar yang lengkap yang bisa digunakan untuk tidur ..  bukannya aku tidak ingin menjadi gentlemen dengan tidak mau mengalah dan tidur tanpa tempat tidur yang layak, tapi karena kondisi tubuhku yang tidak memungkinkan dan aku juga tidak mau membiarkan wanita yang mana dalah istriku saat ini untuk  tidur di bawah atau kamar lain yang tidak ada tempat tidurnya, maka …

Ia terdiam sejenak dan menatap Ha Na mencoba membaca apa sebenarnya wanita dihadapannya ini menangkap apa yang ia maksud dengan baik atau stidak, tapi wajahnya terlampau datar.

HC : maka … kita akan tidur disini. Bersama-sama di tempat yang sama diatas kasur ini.

Nah kan … sekarang wanita itu mulai terlihat mengernyitkan dahi dan seperti akan protes.

HC: Aku janji kau akan aman denganku. Aku tidak akan menyentuhmu. Kita hanya akan tidur melepas lelah setelah seharian bekerja. Hanya itu dan tidak ada hal lainnya. Aku janji.

Ia berkata dengan cepat dan dengan intonasi sejelas mungkin. Ia ingin menegaskan hal yang sangat mendasar ini agar kecanggungan ini hilang. Ia kembali memperhatikan bahwa gadis itu mulai sedikit melepaskan kekakuannya. Ia mencoba mengulanginya lagi.

HC: Aku akan banyak bekerja dan kelelahan setelahnya, jadi aku benar-benar tidak bisa tidur tanpa tempat tidur yang nyaman. Maaf kalo ini terdengar egois, tapi kau … mengerti maksudku kan?

Ha Na menghela nafas panjang sejenak sebelum akhirnya menggangguk. Mau tidak mau ia memperhatikan kembali untuk memastikan bahwa wanita ini benar-benar mengerti apa yang ia maksudkan.

Sebenarnya ia sudah memikirkan hal ini beberapa waktu yang lalu. Ada 3 ruangan di apartment ini, ia gunakan untuk kamar tidur, ruangan tempat ia main games dan memang ada kasur lipat disana dan beberapa barang lainnya, dan satu ruangan lagi adalah kamar tamu yang mana belum ada tempat tidurnya dan hanya ada meja kerja serta rak buku yang berisi miniatur koleksi, dvd dan hadiah serta surat dari fans. Beberapa temannya yang menginap biasanya bisa tidur dengannya di kamarnya atau di ruangan itu dengan kasur lipat di ruang games, tapi ia tidak mau menyarankan Ha Na tidur disana karena biar bagaimanapun wanita itu adalah istrinya dan bagaimana kalau sampai ia mengadukan hal tersebut dengan keluarganya, mereka belum saling mengenal.

 

Ha Na :

HC : Syukurlah kalau kau paham.

HN : Tapi … apa benar kau bisa melakukan itu?

HC : Apa?

Ha Na menatapnya dan kali ini dengan tatapan tajam seolah mencari keyakinan dan itu membuat Hee Chul menajdi kembali tidak nyaman.

HN : .. tidak menyentuhku?

Hee chul menghela nafas kemudian tertawa.

HC : Yaa … aku sudah sering melakukannya. Maksudku tidur tanpa menyentuh …

Apa gimana? Kenapa laki-laki di hadapannya ini berbicara dnegan kalimat yang tidak lengkap.

HC : Ha Na-ya.. aku ini selebriti, aku punya banyak kenalan termasuk gadis-gadis cantik dan mereka …

Hee Chul berhenti berkata sejenak seakan sedang mencari kata yang tepat untuk ia ucapkan. Dan itu bagus, karena otak Ha Na merasa tidak bisa mencerna kata-kata yang keluar dari mulutnya dengan baik.

HC : Bagini saja, kalau ada satu hal yang baik dariku, maka itu adalah aku adalah namja yang selalu menepati janji. Kau mungkin akan banyak mendengar dari orang-orang kalau aku ini adalah orang yang brengsek, tapi aku orang brengsek yang terhormat. Kau bisa memegang kata-kataku untuk yang satu itu, bahwa aku selalu menjunjung tinggi martabat dan kehormatan setiap orang yang kutemui.

Ia memperhatikan Hee Chul dengan seksama, seolah meneliti mencari tanda-tanda kebenaran yang laki-laki itu tampkkan dengan jelas dalam mimik mukanya. Dan ia seperti menyatakannya dengan jujur.

HC : Ha Na-ya … aku ingin berhasil dengan ini. Dengan kita. Walau aku tidak tau bagaimana ujungnya nanti tapi aku memulainya dengan niat yang tidak jahat, jadi aku akan berusaha dengan baik dan berharap kau juga berusaha menjadi istri yang baik. Kita tidak mengenal satu dengan lainnya tapi kita sudah menikah, benar-benar menikah. Jadi saat ini kita adalah suami dan istri. Entah sampai kapan, walau aku juga tidak berharap banyak mengingat sifatku yang egois dan sensitive, tapi aku ingin kita berhasil. Paling tidak sampai kau muak denganku.

Ha Na dapat merasakan bahwa Hee Chul mencoba membuat suasana rileks dengan sedikit candanya, dia sangat berusahan terlihat nyaman agar Ha Na juga merasa nyaman. Ia sangat menghargai hal tersebut. Walau tidak mengenalnya, ia merasa laki-laki di hadapannya ini adalah orang yang baik. sejauh yang bisa ia rasakan saat ini.

HN : Atau kau yang muak denganku.

HC : Justru biasanya akulah yang jadi biang masalah, aku ini sangat self center dan menyebalkan. Banyak yang bilang begitu dan aku tidak perduli selama aku masih tampan.

Oke, dia memang baik tetapi punya gangguna kejiwaan sedikit.

HC : Pertama, aku akan menjadi suami yang baik untukmu semampuku. Aku tidak akan berkencan dengan wanita lain, aku akan menafkahi-mu, menjagamu, memberikanmu dukunganku untuk semua hal baik yang akan kau lakukan. Pastikan kau hanya melakukan hal baik ya dalam bisnismu itu. Kedua, aku akan menghormatimu sehingga aku tidak akan menyentuhmu sampai kau sendiri yang mengijinkanku untuk …

Apa gimana? Apa tadi yang ia katakan? Ha Na baru saja akan meminta Hee Chul untuk mengulangi perkataannya di kalimat terakhir ketika Hee Chul memundurkan tubuhnya dan tertawa memandang wajahnya yang ia sadari bertul sedang mengernyit.

HC : Maksudku … come on … kita kan sudah dewasa.

HN : Bukankah seharusnya kau bilang ‘sampai kita saling mencintai’. Apa kau benar-benar bisa ‘tidur’ dengan wanita manapun tanpa mencintainya?

Ha Na masih menatap Hee Chul yang kini kembali tertawa dengan muka merah sebelum akhirnya ia mendengar kembali laki-laki itu berkata.

HC : Ha Na-ya … aku ini pria yang normal, dan sebenarnya semua pria bisa tidur dengan wanita manapun tanpa perlu cinta. Orang akan berkata bahwa aku playboy tapi aku ingin kau mendengarnya dari mulutku sendiri bahwa, aku sangat mudah untuk menyukai wanita dan aku sudah sering berkencan. Aku tidak akan menutup-nutupinya dari orang lain ataupun darimu, bahwa menurutku wanita adalah mahluk yang indah jadi aku senang saat bertemu orang yang aku suka dan berkencan dengannya kemudian menyentuhnya.

Ha Na bukan anak baru lahir belasan tahun yang lalu, ia juga sudah dewasa dan mengerti akan hal itu, hanya saja sisi naifnya selalu berpikir bahwa tidak ada laki-laki yang akan mengatakannya dengan mudah seperti itu di hadapannya, apalagi ternyata laki-laki yang akhirnya mengatakan hal tersebut adalah suaminya. Haloo …

HC : Jadi, saat aku mengatakan bahwa aku tidak akan berkencan lagi dengan wanita lain selama aku denganmu, hal ini akan sulit untukku tapi aku sangat serius dengan pernikahan ini jadi aku akan menghormatimu sebagai istriku.

Hee Chul kali ini menghela nafas seakan ia lega sudah mengatakan hal tentang-dirinya dihadapan Ha Na dengan jujur.

HC: Hal pertama yang harus kita bangun saat ini adalah kepercayaan maka aku akan jujur padamu tentang diriku. Kau juga harus seperti itu. Mari kita saling percaya dan jujur, dan membuat pernikahan ini berhasil sampai kita saling muak satu dengan lainnya. Bagaimana?

Ia bahkan tidak tau harus berkata apa. Otaknya berusaha mencari kata-kata yang tepat tetapi sepertinya yang memenuhinya saat ini adalah rasa … kasihan. Laki-laki dihadapannya ini terlihat besar dan dewasa tetapi tidak dengan hatinya. Karena Ha Na dapat merasakan dibalik itu semua sebenarnya Hee Chul hanyalah anak yang bahkan belum pernah serius dalam mencintai seseorang untuk seumur hidupnya.

HN : Sepertinya kau belum pernah benar-benar mencintai seseorang.

HC : Sudah ku bilang, aku sangat sering berkencan ..

HN : Itu berbeda. Kau belum pernah mencintai seseorang dengan tulus dari hatimu.

HC : Apa kau sudah?

HN : Dulu.

HC : itu akan kita bahas nanti. Intinya adalah aku akan berusaha menjadi suami yang baik dan aku berharap kau juga akan jadi istri yang baik. Mari kita berkomitment demi kehidupan yang lebih nyaman untuk kita berdua.

HN : Pertama, aku setuju dengan kita akan berusaha sebaik-baiknya untuk menjalankan peran kita, Oppa sebagai suami dan aku sebagai istri. Kita akan saling jujur dan mempercayai satu dengan lainnya. Kedua, kau tidak akan menyentuhku sampai kita benar-benar saling mencintai.

HC : Yaa … seeprtinya kau masih belum yakin dengan hal yang kedua.

HN : aku akan berusaha mempercayai-mu.

Hee Chul tertawa.

HC : Ha Na-yaa …tidak ada lagi memanggil “kau “ terhadapku. Aku Oppa, ingat kan?

HN : Baik. Oppa juga tidak ada lagi berkata milikku, kamarku, rumahku. Ini adalah kita. Bukan “Ku”

 

Hee Chul kembali tertawa. Ia merasakan perasaan yang positif bahwa ini akan benar-benar berhasil. Dengannya dan dengan gadis yang terlihat manis di hadapannya.

Dan malam pertama ini berlalu dengan tertidur pada sisi tempat tidur masing-masing dengan senyum dan berdoa semoga awal yang baik ini akan berlangsung selamanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
3lolita
I hope you enjoy the story

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet