Wendy membukakan pintu mobil untuk Irene, mereka berdua duduk di belakang. Wendy belum boleh membawa mobil, karena Yuri tidak mau terjadi sesuatu pada Wendy. Irene tidak percaya saat melihat ayahnya melambaikan tangan pada Wendy dan Irene ketika mengantar mereka ke mobil.

“Apa yang kau katakana pada ayahku?”

“Tidak banyak, hanya meminta izin dan akan mengembalikanmu tepat waktu.”

“Tidak mungkin,” Irene masih tidak percaya.

“Banyak yang ingin mengajakku berkencan dan mereka semua gagal dan bahkan ada yang lari sambil dibawakan senanpang panjang sama ayah.”

“Wah ayahmu seram juga ya, sama kayak anaknya.” Goda Wendy dan ia pun mendapat tamparan di bahunya.

“Serius Wendy, kamu ngomong apa sama ayah?”

“Aku Cuma bilang mau minta izin makan malam dan mengembalikan anak paman tepat waktu.” Irene tidak percaya begitu saja, ia tahu ayahnya orang yang sangat ketat jika mengenai hubungannya dengan seseorang.

“Sejujurnya aku sedkit takut tadi, saat ayahmu menanyakan nama dan sekolahku. Tapi entah mengapa aku menjadi sangat tenang setelah ia menceritakannya ke khawatirannya padaku mengenai kamu Irene.”  Irene melihat Wendy tak percaya.

“Ayah mengatakan kecemasannya padamu?”

“Ayahmu bilang ia percaya padaku untuk dekat denganmu, karena aku membuat dampak baik padamu.” Irene tersenyum.

“Kau membawa dampak positif bagi ku Wendy, aku yang awalnya malas-malasan ke sekolah menjadi bersemangat ke sekolah karena aku tahu kau pasti sudah menungguku di gerbang sekolah, dan memberiku semangat dari jauh dengan semua yang kau lakukan untukku.”

“Lalu, mengapa kau selalu berusaha mebuatku jauh darimu.”

“Perlakuan mu terlihat tidak nyata untuk ku Wendy. Aku selalu berfikir kalau  suatu saat kau akan bosan padaku dan meninggalkan ku begitu saja, tapi kenyataannya tidak, kau selalu berada di dekatku, walaupun aku telah menyuruh mu untuk pergi.” Wendy tersenyum ke arah Irene, dan merangkul gadis itu ke dalam pelukannya. Irene benar, Wendy tidak benar-benar meninggalkannya, ia masih tetap menunggu Irene di gerbang sekolah, baik sebelum masuk atau setelah pulang. Ia meminta supir Jung untuk memberikan payung pada Irene di saat hujan turun dengan deras. Ia bahkan memasak bekal makan siang dan ia simpan di atas meja Irene, ia tidak pernah meninggalkan Irene sedikitpun.

“Appa mau ke mana pagi-pagi gini?”

“Appa sudah janji sama Wendy dan kakaknya untuk main golf.”

“Irene boleh ikut ngak?”

“Boleh dong sayang, ayo cepat ganti baju, 15 menit lagi kita berangkat.”

Irene masih tidak yakin ayahnya merangkul Wendy dan melupakan Irene yang berjalan dengan Yuri dibelakang mereka. Kedua nya terlihat sangat akrab, dan Irene tidak pernah melihat ayahnya begitu akrab dengan seseorang. Walaupun ia bingung namun ia sangat bahagia melihat senyum yang hadir di wajah dua orang yang ia cintai dalam hidupnya.

“Kak Jessica?”

“Hey Wendy.” Jessica memeluk dan mengecup pipi Wendy. Irene yang awalnya terharu dengan kedekatan sang ayah dan Wendy, ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, ia sangat marah pada Wendy yang membiarkan Jessica mengecup pipinya.

“Hey sayang,” Jessica mengecup bibir Yuri yang langsung merangkul pinggan mungil Jessica. Wendy yang juga tidak mau kalah langsung menarik pinggang Irene dan mengecup bibir Irene.

“Aku sayang kamu banyak banyak Irene.” Irene tersenyum dalam rangkulan Wendy.

“Bagaimana bisa Jessica sama kakak kamu pacaran?” bisik Irene.

“Nanti kuceritakan,” senyum Wendy sambil terus menghujani Irene dengan kecupan-kecupan ringan di wajah kesayangannya.

“Kalian jangan pacaran saja, ayo kita mulai main golf nya.” Irene dan Wendy berjalan sambil bergandengan tangan sambil menyusul tuan Bae.