Chapter 5

Let it all go

Jae In perlahan membuka matanya, ia melihat kesekelilingnya. Ia mendapatkan Kim Tae Yoen masuk ke kamarnya setelah memastikan kondisi Wendy baik-baik saja. 

"Paman," Jae In berusaha bangkit, namun tubuhnya tak mau bekerja sama sehingga ia harus berbaring kembali karena tubuhnya terasa begitu sakit. 

"Terima kasih paman, karena sudah datang tepat waktu." 

"Aku terlambat Jae In-ah, kalian tidak harus sampai seperti ini jika saja aku datang tepat waktu." Jae In bersyukur bahwa pamannya mau membantunya.

"Bagaimana dengan Wendy paman?"

"Kondisinya sudah stabil, luka di lehernya tidak terlalu dalam, namun saat ini ia masih tidur karena kondisinya yang sangat lemah dan syhock berat."

"Ayah?" 

:"Ayahmu tidak bisa diselamatkan, ia kekurangan banyak darah dan meninggal dalam perjalan kerumah sakit." Jae In terdiam, ia tidak ingin semuanya berakhir seperti ini. Ia ingin ayahnya bisa kembali menyayangi mereka, bukannya meninggalkan mereka seperti ini. Ia menangis dalam pelukan Tae Yoen yang berusaha menenangkan Jae In yang cukup terpukul dengan semua kejadian ini. 

"Sebaiknya kau melihat kondisi Wendy Jae In-ah, paman yakin ia membutuhkan mu saat ini." Jae In mengangguk pelan, dengan dibantu oleh pamannya ia menaiki kursi roda menuju ruang rawat Wendy. 

"Oennie ..... oennie," racau Wendy yang masih menutup matanya. 

"Wan-ah, oennie di sini." Jae In memegang tangan Wendy yang dingin. 

"Wan-ah." akhirnya Wendy bisa lebih tenang dan perlahan membuka matanya.

"Oennie." kedua kakak beradik itu saling berpelukan, menguatkan satu sama lain. 

 

Ketika kondisi kedua kakak beradik itu sudah jauh lebih baik, pemakaman sang ayah pun dilakukan. Jae In meminta pada pamannya dan staff pribadi sang ayah untuk merahasiakan penyebab kematian sang ayah. Ia tidak ingin nama baik ayahnya rusak karena insiden malam itu. Semua orang datang untuk memberikan penghormatan terakhir mereka. Jae In tak pernah melepaskan tangan Wendy. Adiknya itu tidak bisa membendung kesedihannya, ia menyesal atas semua yang terjadi. Ia bahkan berfikir bahwa kematian sang ayah merupakan kesalahannya. Namun Jae In meyakinkan Wendy bahwa ini semua sudah menjadi jalan Tuhan, agar ayahnya terlepas dari siksaan atas kehilangan sang ibu. 

"Wah-ah, kita harus merelakan kedua orang kita pergi, dengan begitu kita bisa menjalani kehidupan kita. Oennie yakin ayah dan ibu sudha bertemu di atas sana, dan mereka akan bahagia jika melihat kita juga bahagia di sini." Wendy hanya mengangguk dan memeluk kakaknya sambil terus menangis.

  Pengacara sekaligus asisten pribadi tuan Son menceritakan apa yang sebenarnya menimpa tuan Son. Pria itu mengalami depresi berat setelah ditinggal oleh sang istri. Berkali-kali ia berkonsultasi kepada psikiater, banyak obat yang harus ia minum. Namun depresinya bertambah saat begitu banyak tekanan di perusahaan. Tuan Son mulai berhenti minum obat dan beralih ke minuman keras, sampai-sampai ia harus melampiaskan semua rasa frustasinya pada kedua anaknya. Jae In dan Wendy tidak pernah membeci ayah mereka, namun mereka tidak mampu untuk menolong sang ayah yang sangat tertututp. 

Pada pagi hari insiden itu, tuan Son memanggil pengacaranya dan membuat sebuah surat wasiat untuk ke dua putrinya. Bahwa semua harta yang ia miliki akan jatuh kepada kedua anaknya dan jika ia sudah pergi dari dunia ini. Ia ingin Jae In yang melanjutkan semua kerja kerasnya yang sudah ia lakukan bertahuun-tahun. Pengacara tuan Son cukup terkejut, namun ia tidak menanyakan apapun dan hanya menyetujui keinginan tuan Son. 

 

"Irene ah, ayo" Seulgi meraih tangan Irene, mereka berjalan bersama menuju kantin.Karena usaha Seulgi yang gigih untuk menghibur Irene di saat ia merasa sedih dan berusaha selalu ada untuk Irene. Hati Irene pun luluh dan menerima cinta Seulgi. Setiap hari, Irene hanya duduk termenung di kursinya sambil berkali-kali menghela nafas menahan air mata yang selalu ingin jatuh saat ia memikirkan Wendy yang menghilang begitu saja dari kehidupannya. Seulgi yang memperhatikan hal itu, selalu berusaha untuk menghibur Irene dan membuat gadis itu tersenyum lagi. 

Wendy menghilang dari sekolah selama 2 bulan lamanya, tidak ada yang tahu di mana keberadaan gadis itu kecuali kepala sekolah dan wali kelas Wendy. Melihat kondisi Wendy, dokter memutuskan untuk melakukan terapi di rumah sakit agar kondisinya menjadi jauh lebih baik. Jae In pun mendapatkan terapi yang sama, agar kejiwaan kedua gadis itu menjadi jauh lebih stabil. Wendy meminta Jae In untuk pindah dari rumah kedua orang tuanya ke rumah yang lebih nyaman seperti yang di sarankan oleh dokter mereka. Wendy memilih rumah yang ada taman dan kolam renangnya, karena ia merasa sangat tenang jika berada di dalam air. Sementara mengenai urusan perusahaan, Jae In meminta pamannya untuk mewakilkan dirinya sampai ia cukup umur untuk mengambil alih perusahaan, karena hanya Kim Tae Yoen lah satu-satunya wali sah Jae In dan Wendy. Awalnya Tae Yoen menolak, namun setelah diyakinkan oleh istirnya Tae Yoen pun menyetujui keinginan Jae In. dengan banya dibantu oleh pengacara Han, kondisi perusahaan sudah mulai stabil. 

 

"Ini hari pertamamu kembali ke sekolah Wan-ah." 

"Iya Onnie." Wendy sedikit bersemangat karena akhrinya ia akan bertemu lagi dengan Irene. Jae In mengecup dari adiknya, memberi semangat pada Wendy. Selama masa penyembuhan kepala sekolah mengirimi guru agar Wendy tidak ketinggalan pelajaran. Wendy menelusuri lorong sekolah dengan perasaan yang lebih ringan.

"Irene," panggil Wendy, Irene menoleh ke arah ke arah yang tidak bisa ia pungkiri sangat ia rindukan. Wendy berlari ke arah Irene, keduanya saling menatap. Wendy sangat bahagia akhirnya bisa kembali melihat Irene, gadis yang sudah lama mencuri hatinya. Namun kebahagiaan itu pudar saat Seulgi tiba-tiba datang mengecup pipi Irene. 

"Wendy," ujar Seulgi.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Seulgi santai sambil merangkul kan tangannya di pinggul Irene. Wendy hanya menjawab dengan baik. 

"Apa kalian berpacaran?" tanya Wendy ragu.

"Iya," jawab Irene datar. Wendy tersenyum mengucapkan selamat pada pada mereka sebelum berlalu meninggalkan keduanya menuju kelas. Walaupun Wendy sedikit kecewa namun, ia bahagia jika Irene juga bahagia. 

Wendy melewati hari pertamanya di sekolah dengan sangat baik. Ia bahkana sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru Kim. Guru Kim senang meihat perubahan Wendy yang sudah kembali seperti Wendy yang dulu dalam hal pelajaran. Namun ia belum bisa dekat dengan siapapun karena ia belum siap, dan saat makan siang ia hanya duduk sendiri sambil memperhatikan kedekatan Irene dan Seulgi. Ia menghela nafas panjang dan melanjutkan makannya, namun tanpa ia sadari Irene juga memperhatikannya. Irene ingin berlari ke arah Wendy dan memeluknya, karena ia sangat merindukan gadis itu, namun tentu saja ia tidak bisa melakukan hal itu lagi. Ia menunduk menahan tangisannya, namun ia kembali menegakkan kepalanya agar tidak ada yang menyadari kesedihannya. 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Well, this is the ending..
Maaf kalau endingnya terlalu cepat.
Makasoh buat yang udah baca cerita aku dan komen di cerita ini. Bye bye enjoy the story

Comments

You must be logged in to comment
Yoyonjin
#1
Chapter 8: This is so beautiful 💗💗💗
Erichan07 #2
Chapter 8: Yeaaay akhirnya mereka bersama 🥰
Chynade #3
Chapter 5: Keren bangettt plotnya thorr, penasaran sama lanjutannya nihh 🤣 thank you for updating❤
Erichan07 #4
Chapter 4: Ini bagus, saya ingin melihat kelanjutannya.. terimakasih sudah menulis cerita. Semangat author-nim;D
Junariya #5
Chapter 1: I really like your story please continue the story 🙂
I wanna know what happen next.