Kupilih Dia [Versi tidak jelas]

Balas Jasa Skripsi
Please Subscribe to read the full chapter

Request: genre fantasy zaman kerajaan atau demon ma angel gitu

Hallo, anon! Saya punya beberapa ide yang bisa diolah, namun pilihan jatuh pada cerita ini. Terima kasih sudah mengisi angket penelitian saya. You save me, really. Maaf jika tidak sesuai dengan harapan kamu.

 

Sinopsis:

Woohyun tahu pernikahan politik sebanding dengan kehidupan tanpa cinta. Toh, lagipula ia tidak sedang menyukai siapapun. Makanya, saat Raja Jungyeop memintanya hadir di jamuan makan malam kerajaan, Woohyun bersedia saja. Terserah dijodohkan dengan siapa, ia rela. Namun, mengapa ia harus memilih antara Sung si malaikat atau Gyu si iblis? Tidak bisakah ia menjadi panglima perang biasa saja?

Disuatu tempat pada masa antahberantah...

 

Woohyun melarikan bola mata ke kanan dan kiri, memperhatikan dua sosok kontras yang duduk didepannya.

"Jadi, kalian bukan kembar?" tanya Woohyun. Sung dengan rambut putihnya menggeleng. Woohyun bisa melihat pipi gembulnya ikut bergoyang dengan kepala. Sementara itu, Gyu melipat tangan didada kemudian menyilangkan kakinya angkuh.

"Manusia, harusnya kau bersikap lebih sopan. Makhluk agung sepertiku tidak pantas disamakan dengan dirinya." Gyu mendengus, surai legamnya dihembus udara panas. Wah, membuat seorang iblis tersinggung bukanlah keputusan yang tepat.

Woohyun menyandarkan punggung ke kursi, memperhatikan kembali dua sosok didepannya. Sung merupakan perwujudan malaikat. Kulitnya putih tanpa cela, menandingi rambutnya yang berkerlip diterpa cahaya. Pipinya gembul, wajah tak ubahnya bayi dengan jari lentik dan iris serupa lelehan emas. Bibirnya sewarna sakura, sesekali basah karena meneguk air dari gelas.

Berbeda dengan sang malaikat, Gyu si iblis jauh dari kata murni. Tatapannya sensual oleh kohl hitam sepanjang garis mata, iris membara seperti api berkilat saat ia meneguk wine mahal dari gelas, surai legamnya berantakan, y bed hair kalau istilah manusianya. Kulitnya juga seperti porselein, garis rahangnya tegas, tapi yang paling menggoda adalah bibir sewarna apel yang merekah. Merah dan terlihat lezat untuk disantap.

Woohyun menggelengkan kepala. Melepas belenggu nafsu yang baru saja disodorkan Gyu. Ia mengetuk jari, memikirkan dua wujud yang serupa namun beda jenis.

"Aku masih tidak bisa mencerna dengan baik. Bagaimana bisa, dua makhluk berbeda seperti kalian memiliki rupa yang sama persis?" Woohyun mengangkat kaki kemudian menyilangkannya, memangku pedang yang selalu ia bawa kemanapun kemudian mengusapnya. Mencoba merilekskan diri dari situasi asing.

Sung menelengkan kepala, bertingkah polos kemudian mengerjapkan mata tak mengerti. Gyu kembali meneguk wine, jakunnya bergerak naik-turun saat cairan itu melepas sedikit dahaga.

"Itu bukanlah sesuatu yang perlu kau pikirkan, manusia." sang iblis meraih apel dari meja, meremasnya sedikit hingga apel itu berselimut api namun tidak membakar. digigitnya sedikit kemudian ia berdesah nikmat--berlebihan jika kalian tanya Woohyun--dengan mata sayu menggoda.

"Rupa kami yang sebenarnya tidak perlu diketahui. Kamu hanya perlu memilihku, sebagai perwakilan dari Utara, atau dia sebagai perwakilan dari Selatan. Barulah setelah kamu memilih, pasangan aslimu akan kami perlihatkan."

Woohyun memasang senyum kaku, kemudian mengangkat telunjuk kanan sebagai isyarat. "Tunggu sebentar."

**^^**^^**

Begitu keduanya memberi izin, Woohyun langsung menemui Raja Jungyeop di ruangannya, melempar protes yang sudah sang Raja perkirakan.

"Yang Mulia, saat saya setuju dengan perjodohan ini, yang saya pikirkan adalah mengenal calon saya lebih dekat tanpa harus memilih utusan dari Utara atau Selatan seperti ini."

Raja Jungyeop mengangguk paham. "Mau bagaimana lagi, kedua kerajaan itu mengirimkan wakilnya, khawatir putra mahkota mereka celaka. Lagipula mereka cukup mewakili masing-masing kerajaan itu. Utara yang bekerja sama dengan cahaya, Selatan dengan kegelapan. Tinggal pilih saja kok repot."

Perempatan siku-siku muncul dipelipis Woohyun. "Masalahnya mereka bisa saja meremukkanku jika aku menyinggung salah satu atau bahkan keduanya, Yang Mulia."

"Kurasa kamu sudah membuat kesal salah satunya karena terlalu lama pergi." celetuk Myungsoo sang penasehat kerajaan. Woohyun mengumpat pelan kemudian berlalu kembali pada dua makhluk yang ia tinggalkan tadi.

**^^**^^**

"Jadi, apa kau sudah mendapat jawaban, manusia?" Gyu sang iblis bertanya. Woohyun menggeleng. Iblis itu berdecak, ia bangkit dari duduknya kemudian mendekati Woohyun. Tanpa aba-aba, sosok itu melompat ke meja didepannya kemudian membuka kaki lebar, menumpukan tubuh kebelakang sehingga Woohyun terkurung antara pahanya. Sung terkesiap, tidak terima dengan aksi yang dilakukan Gyu.

"Tidakkah ini membantumu memilih?" suara Gyu berubah serak. Ia dan Woohyun bertukar pandang. Ketertarikan seksual antara keduanya meningkat, apalagi saat Gyu menggigit bibirnya penuh hasrat sementara mata menelusuri tubuh berotot Woohyun.

"EHEM!" kursi Woohyun tertarik kebelakang. Sung berdiri ditengah, leleh emasnya memekat oleh ketidaksukaan. "Tidak benar bagi kalian bertukar nafsu saat kalian belum terikat hubungan apapun!" tegasnya. Gyu memutar bola mata, jengah dengan Sung.'Dasar malaikat dan segala kesuciannya'.

"Tunggu sebentar." Woohyun kembali mengangkat jari dan berlalu.

**^^**^^**

"Yang Mulia, salah satu dari mereka berusaha memakanku hidup-hidup! Aku tidak merasa mampu untuk memenuhi ketertarikan dua makhluk itu." Woohyun mengeluh. Raja Jungyeop menyeruput tehnya nikmat.

"Apa anda yakin ia ingin memakan anda hidup-hidup bukan bercinta dengan anda sepanjang hari?" Myungsoo berceletuk sambil menyajikan kue kering pada raja. Woohyun memijit pelipisnya pelan.

"Well, aku tidak bisa membedakan karena dia adalah iblis yang bukan incubus atau succubus. Jelas ketertarikannya padaku lebih kepada melahap jiwaku dibandingkan memenuhi nafsu." gerutunya.

Raja Jungyeop mengangguk paham. "Kalau begitu pilihlah perwakilan Utara. Jelas malaikat tidak memiliki hawa nafsu maupun keinginan gelap."

"Namun hidup seperti itu cukup sulit karena tidak ada gairah. Aku tidak bisa membayangkan sepanjang sisa hidup hanya berbuat baik tanpa gairah sama sekali." Itu Dongwoo, sarjana kerajaan yang bergabung dengan raja untuk menikmati teh.

Woohyun kembali menghela napas. Bukan seperti ini perjodohan yang ia harapkan!

"Mengapa kamu tidak menghabiskan sisa hari ini dengan keduanya? Ada waktu hingga matahari terbenam sebelum keputusan akhir kamu berikan pukul delapan malam."

Woohyun memperhatikan jam dinding. Sekarang pukul dua siang, yang berarti tersisa waktu empat jam baginya untuk memil

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet