s e c o n d

my youth is yours

Pacar barunya Hoseok bulan ini, Kang Seulgi, mendatangi Taehyung di luar kelasnya begitu bel pertanda jam istirahat berbunyi. Dan apa yang dikatakan gadis itu sukses membuatnya keheranan.

“Maksudnya gimana, noona?”

Taehyung bersumpah dia tidak punya gangguan pendengaran. Nilai-nilainya di kelas juga bukan yang paling buruk, walau tidak bagus-bagus amat pula. Tapi yang dikatakan Seulgi sama sekali tidak mampu ditangkap nalarnya.

“Iya, aku kenalin sama Sooyoung mau, nggak?” Seulgi untungnya selain berparas cantik juga memiliki kesabaran luar biasa, dia dengan baik hati masih sudi mengulang kata per kata yang sebelumnya sudah dia sampaikan beberapa detik lalu pada adik kelasnya yang mendadak telmi. “Dia kelas satu, anaknya cantik, kayaknya cocok sama kamu, Taehyung-ah. Nanti kita bisa double date.”

Double date. Kencan ganda.

Idih, apaan, sih. Taehyung bahkan tidak (mau) punya pacar.

“Aku tahu Park Sooyoung yang mana, aku cuma nggak ngerti kenapa noona pengen aku nge-date sama dia.”

“Kenapa, nggak? Sooyoung cantik, kan?”

“Cantik, sih...” Taehyung akan dikatai gila oleh seluruh anak laki-laki di sekolah ini jika mengatakan sebaliknya, dia mengacak belakang kepalanya yang tidak gatal. “Tapi hari Jumat itu...”

“Makanya, karena hari Jumat kita udah setuju buat double date—“

“Aku belum bilang setuju—“

“—jadi agenda main PS kamu dan Hoseok bisa ditunda kapan-kapan aja, kan? Oke?”

Taehyung masih belum yakin dia mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan Seulgi, tapi gadis itu sudah keburu memasang senyuman manis sambil melambaikan tangan dan pamit untuk kembali ke kelasnya yang ada di lantai tiga. Taehyung ditinggal sendirian dengan tanda tanya besar di kepala.

Perempuan memang makhluk yang sulit dimengerti.

 

*

 

Hyung, aku mau kencan hari Jumat nanti.”

“Sama aku?”

“Iya, sama Park Sooyoung dan Seulgi-noona juga.”

“Mereka mau ikut main PS?”

“Nggak, Seulgi-noona udah beli tiket ke theme park buat kita berempat.”

“Jadi Seulgi memaksaku untuk pergi ke sana dengan menggunakanmu? Ck, dia memang cerdik.”

“Terlalu cerdik untukmu, hyung.”

“Iya, aku sukanya yang bodoh kayak kamu.”

“Sialan.”

“Jendela kamarku sudah dibuka, omong-omong.”

“Oke, aku ke sana.”

 

*

 

Kamar Hoseok lebih luas dari kamar Taehyung yang sempit dan dijejali banyak barang—sampai napas saja susah di sana, kalau kata Hoseok, yang akan langsung diprotes Taehyung, “Nggak usah tidur di sini lagi kalau cuma bisa menghina!”—ranjangnya juga lebih besar dengan ukuran king size, dan membuat mereka bebas untuk berguling ke sana kemari tanpa takut terjengkang ke lantai.

Tapi untuk yang satu ini sebenarnya tidak berpengaruh banyak. Selebar apa pun spasi kosong yang ada di ranjang, ujung-ujungnya toh Hoseok akan nemplok ke Taehyung juga.

Seperti sekarang, Taehyung tengah tengkurap sambil memainkan game di ponselnya, sementara Hoseok mengistirahatkan kepalanya dengan nyaman di punggung lelaki yang lebih muda sambil membaca One Piece volume terbaru.

Hyung, kenapa Hyung pacaran sama Seulgi-noona?”

“Kamu sudah lihat Seulgi, kan? Dia seksi, nilainya 8 dari 10.”

Hm, bukan alasan yang buruk. Semua anak di kelasnya Taehyung selalu menatap ke arah lapangan sekolah tiap jam pelajaran olahraga kelas 3 hanya untuk melihat Kang Seulgi dalam balutan seragam olahraga.

Tapi itu tidak cukup untuk Taehyung.

“Cuma karena seksi?”

“Dia jago masak dan sering bawain aku bekal.”

Hoseok memang tukan makan, porsi makannya sudah seperti memberi makan kuda. Taehyung pernah mengemis-ngemis minta bekal pemberian Seulgi saat kelaparan di jam istirahat, Hoseok baru luluh untuk menyuapkan sesendok karena Taehyung pakai mengancam mau pingsan segala.

Dan bekalnya memang enak, Seulgi sudah lolos kriteria menantu idaman.

Tapi masih tetap belum cukup untuknya.

“Terus apa lagi?”

“Apa lagi apa? Memangnya aku harus memberitahu semua alasan dari pilihan yang aku ambil padamu?”

Taehyung mengerucutkan bibir karena pertanyaannya dihempas begitu saja. Hoseok masih mengistirahatkan kepala di punggungnya, dan saat ini dia tergoda ingin menggeser tubuhnya agar pemuda itu tahu rasa. “Nggak juga, sih. Aku cuma pengen tahu pacaran tuh kayak gimana.”

“Kamu kan mau kencan dengan Park Sooyoung Jumat nanti.”

“Iya, makanya aku ingin tahu orang kalau kencan ngapain aja.”

“Pegangan tangan. Ciuman. Standar aja.” Hoseok memberi jawaban dengan ringan, masih fokus pada bacaan di tangan.

Taehyung mengerjap beberapa kali, lalu mengeluarkan celetukan yang terdengar begitu polos. “Kalau begitu setiap malam kita kencan, dong?”

Kalau yang dimaksud Hoseok dengan kencan hanya tentang pegangan tangan dan ciuman, mereka melakukannya hampir setiap malam. Mereka berdua sudah akrab sejak kecil, tapi awal dari rutinitas menghabiskan malam di ranjang yang sama bermula saat Taehyung kelas 1 SMP, Hoseok kelas 2, lalu kebablasan sampai sekarang hingga dia pikir itu hal yang lumrah.

Hoseok adalah ciuman pertamanya, walau Taehyung ragu dia juga adalah yang pertama untuk Hoseok saking lihainya pemuda itu dalam memainkan lidah.

Taehyung mau baper pun sudah keburu malas duluan—ngapain juga baper ke Hoseok yang sudah dikenalnya sejak mereka masih bocah ingusan?

Ya, anak ini gila, ya?” Hoseok menepuk kepala Taehyung dengan manga di tangannya pada celetukan barusan.

Nah, kan, apa Taehyung bilang. Yang kayak begini gimana mau bikin baper, belum apa-apa saja dia sudah kena tabok.

Taehyung memutuskan untuk pantang mundur. “Aku suka kencan dengan Hyung.”

“Itu karena kamu belum pernah kencan dengan orang lain, Tae. Coba saja lihat nanti dengan Park Sooyoung.”

Itu juga ada benarnya. Taehyung sekarang sudah kelas 2 SMA, dan dia belum pernah berkencan dengan perempuan mana pun. Atau laki-laki, opsi itu tidak akan sepenuhnya dia coret berhubung konsep mengenai seksualitas masih membingungkan untuknya.

Kim Taehyung, singkatnya, minim pengalaman jika dibandingkan dengan Jung Hoseok yang kehidupan cintanya lebih beragam. Mulai dari mantannya Hoseok yang cemburuan sampai yang agresif bukan main, Taehyung tahu semuanya. Sementara Hoseok, jika gantian ditanya pacarnya Taehyung yang mana, dia akan tertawa keras sambil berkata, ‘anak itu mana ngerti pacar-pacaran’.

Karena, ya, memang benar, Taehyung tidak ngerti.

Tiap malam tidur satu ranjang dengan Hoseok tidak bisa disebut pacaran, kan?

Taehyung akhirnya menaruh ponselnya di ranjang, kepalanya ditelengkan untuk menoleh ke arah Hoseok yang masih menjadikan punggungnya sebagai sandaran. “Hyung lebih suka kencan dengan Seulgi-noona daripada denganku, kalau gitu?”

Hoseok mengangkat alis, dia balas menatap Taehyung yang tengah memberinya pandangan polos seperti anak anjing yang minta disayang-sayang, dan dia akhirnya ikut meletakkan manga-nya.

“Pertama, kita nggak sedang kencan.” Tandasnya, lalu tubuhnya bangkit dari posisi tiduran dan tangannya yang bebas menyentuh tengkuk Taehyung untuk menarik pemuda itu mendekat. Hoseok memberikan kecupan singkat di bibir Taehyung yang selalu terasa manis—pasti karena dia doyan ngemut permen—lalu menambahkan, “kedua, ya, aku lebih suka denganmu.”

Taehyung menatapnya tanpa berkedip, sementara Hoseok hanya memasang cengiran tanpa dosa.

Kalau kamu pikir mereka akan berhenti hanya dengan satu kecupan, kamu belum mengenal mereka. Taehyung yang lebih dulu maju untuk menginisiasi ciuman yang lebih dalam, dan Hoseok tidak akan pernah menolak. Tidak ada yang namanya gengsi jika menyangkut urusan kontak fisik, mereka selalu saling lapar satu sama lain jika sudah ada yang memulai. Jari-jari Hoseok menelusuri hela-helai rambut belakang kepala Taehyung selagi mereka masih sibuk beradu lidah, sementara tangan Taehyung sendiri menelusup ke balik kaus putih Hoseok untuk merasakan punggung polos pemuda itu. Kalau sudah begini, mau sedingin apa pun AC kamar Hoseok, suasana di antara mereka berdua akan selalu terasa panas.

Setelah beberapa saat, Taehyung berada dalam posisi berbaring dengan rambut acak-acakan, sementara Hoseok berada di atasnya dengan menahan beban tubuhnya sambil memberikan kecupan-kecupan kecil di sepanjang garis rahang Taehyung.

Dahulu, Taehyung versi anak SMP akan deg-degan luar biasa dengan perlakuan Hoseok. Karena Hoseok adalah orang pertama yang membuatnya merasakan sensasi campur aduk dan bagian tubuhnya bereaksi. Hoseok juga memberikannya kehangatan dan kelembutan yang sebelum ini adalah barang mewah untuk Taehyung.

Sekarang, sebutlah dia sudah terbiasa. Keseringan dimanjain Hoseok pun membuat Taehyung menjadi lebih tamak dan agak lupa diri, inginnya selalu menuntut lebih dan lebih. Walau dia juga tahu apa yang dilakukan Hoseok padanya di kamar mereka hanya bisa dilakukan di dalam kamar.

Begitu mereka keluar dari kamar, itu adalah cerita yang berbeda.

Seperti fakta bahwa Hoseok punya pacar yang tentunya juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan dengan Taehyung sekarang.

Pikiran itu kadang mengganggu Taehyung walau tidak pernah mau dia akui keras-keras.

Hyung, kalau kita ciuman kayak begini apa artinya Hyung selingkuh dari Seulgi-noona?” Tanyanya dengan mimik serius.

Hoseok bahkan tidak perlu berpikir lama untuk menjawab. Tangannya mengelus lembut pipi Taehyung seakan tengah menyentuh karya seni yang tidak boleh sampai rusak. “Kalau aku ciuman sama perempuan lain baru namanya selingkuh.”

Ha, benar juga, sih.

“Jadi kalau dengan laki-laki tidak dihitung?”

Hoseok terkekeh pelan sebelum menjawab, dia mengecup kilat bibir Taehyung untuk terakhir kali, lalu bangkit dari posisinya yang sebelumnya menindih lelaki yang lebih muda. “Kalau denganmu tidak dihitung, aku ogah ciuman dengan laki-laki lain. Membayangkannya saja geli.”

Taehyung juga setuju, dia ogah membayangkan Hoseok ciuman dengan laki-laki lain. Dia sudah cukup puas dengan status sebagai satu-satunya laki-laki yang bisa berciuman dengan Hoseok.

“Tapi Seulgi-noona pasti tetap akan marah kalau dia tahu.”

Sudah bukan barang baru jika pacar-pacar Hoseok selalu marah dan cemburu pada hubungan mereka berdua. Kalau mereka tahu apa yang dilakukan Hoseok dan Taehyung tiap malam, mungkin sudah lebih ngamuk lagi.

“Makanya dia tidak perlu tahu.” Hoseok ikut membaringkan tubuh di sisi Taehyung, dia memiringkan posisinya untuk menatap Taehyung lebih jelas. Satu tangannya digunakan untuk menyisir poni Taehyung yang sudah hampir mencapai mata. “Lagian, kita kan teman.”

Teman.

Benar, mereka kan berteman.

Pacar datang dan pergi, tapi teman itu selamanya.

“Kalau gitu aku boleh pakai banmal denganmu karena kita teman?”

Ya, jangan gila!”

Taehyung terkekeh sambil menyusrukkan wajahnya ke dada Hoseok yang bidang. “Jangan pernah tinggalkan aku, ya, Hyung.”

Kamu boleh bersama Seulgi-noona atau siapa pun pacarmu selanjutnya, mereka pada akhirnya akan selalu kamu tinggalkan dan diganti dengan yang baru. Tapi jangan pernah tinggalkan aku, jangan pernah ganti aku dengan yang lain.

“Kamu salah makan, ya? Bicaranya jadi aneh gini.” Hoseok merangkulnya erat sambil mengecup pucuk kepalanya dengan gestur menenangkan. “Tidak akan pernah, Taehyung-ah.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
spreadloveyeah
#1
♥️please be happy and remember you are loved!♥️