Fairy Godmother

I'll Show You 1

Author

 

"Taman?" Akhirnya Myungsoo berbicara. Jiyeon mengangguk pelan. "Memangnya apa yang bisa dilakukan di taman?" tanyanya.

"Maaf," ucap Jiyeon menunduk. "Jika kau tidak suka kita bisa langsung pulang." Myungsoo terperanjat karena Jiyeon sudah berbalik berjalan ke arah sebelumnya.

"Y-ya, yeoja berkacamata!" panggil Myungsoo segera.

Gadis itu berhenti, dia menoleh ke belakang, "Iya?"

"Apa-apaan.. Kenapa kau begitu cepat marah?" protes Myungsoo seperti tidak pernah mengaca.

Jiyeon terlihat heran, "Siapa? Aku tidak marah."

"Oh.." Ekspresi tidak bersalah Jiyeon itu langsung meyakinkan Myungsoo. "Kalau begitu, untuk apa langsung pergi?"

Jiyeon terdiam sebentar, dia merasa sedang ditanya hal yang sudah jelas. "Karena kau tidak suka tempat ini."

"Mwo? Kapan aku bilang- Argh, lupakan!" Myungsoo berkacak pinggang menatap Jiyeon yang bingung di depannya. Susah juga berbicara dengan anak yang terlalu polos. "Kau membuatku semakin pusing.. Terserah saja, sekarang benar-benar terserah. Jalan-jalan alamu yang membosankan juga boleh." 

Jiyeon tersenyum.

Mereka berdua berjalan mengitari taman luas yang hijau itu. Sore itu cukup banyak orang yang bermain di taman itu. Dari anak-anak sampai nenek kakek. Mereka bermain bola, piknik kecil-kecilan, atau sekedar bersantai di bawah pohon rindang. Saat bertemu penjual hotteok, Myungsoo berhenti. Jiyeon ikut berhenti.

"Kau mau itu..?" tanyanya.

Myungsoo menoleh, "Tidak.Setelah menjawab Myungsoo langsung melanjutkan jalannya. Dia memperhatikan anak yang sedang duduk bersama kedua orang tuanya, memakan hotteok bersama orang tuanya. Cukup lama ia memperhatikan mereka, sampai Jiyeon muncul di sampingnya.

"Kemana saja kau?" tanya Myungsoo. Dia sadar tadi Jiyeon tidak berjalan di belakangnya dan baru kembali sekarang.

"Ini untukmu," kata Jiyeon menyodorkan satu hotteok dari tangan kanannya. Asap keluar dari makanan itu, menandakan itu masih panas.

                                                                          Myungsoo melirik makanan itu sebentar, lalu membuang muka

Myungsoo melirik makanan itu sebentar, lalu membuang muka. "Sudah kubilang aku tidak mau."

"Cobalah dulu, ini sangat enak." Jiyeon kembali menyodorkan hotteok tadi.

"Aku tidak mau!" Myungsoo menangkis tangan Jiyeon sampai makanan tersebut jatuh.

Jiyeon agak terkejut dengan aksi tiba-tiba Myungsoo. Dia terdiam sebentar memandang hotteok yang terkapar di atas rumput.

Myungsoo segera menyesali ulahnya. Dia sendiri merasa asing dengan perbuatannya barusan. "Jiyeon, aku.."

Melihat ekspresi bersalah Myungsoo, Jiyeon langsung menyahut, "Tidak, tidak apa-apa."

"Maaf.. maaf," ucap Myungsoo sungguh-sungguh.

Jiyeon tersenyum, "Gwaenchanha, lupakan saja kalau kau tidak mau makan."

Myungsoo mengangguk, "Mari cari tempat duduk," ajaknya.

"Disana saja, itu tempat duduk terbaik." Jiyeon menunjuk ke arah kursi panjang yang berada di bawah naungan pohon berdaun lebat. Tidak jauh dari kursi itu, ada kolam ikan yang cukup besar lengkap dengan air mancurnya.

Mereka duduk bersebelahan. Jiyeon menggigit hotteok-nya perlahan sementara Myungsoo hanya diam mengamati gadis itu. Saat Jiyeon menoleh padanya, Myungsoo langsung mengalihkan pandangannya.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Jiyeon ragu-ragu.

Myungsoo menjawab, "Bukannya kau sudah bertanya?"

Jiyeon tertawa sebentar mendengarnya, "Benar juga.."

Laki-laki di sebelahnya menghembuskan napas panjang. "Tanyalah apa saja, ajak aku bicara agar aku punya hal untuk dilakukan di acara jalan-jalan alamu yang membosankan ini.."

Jiyeon menggembungkan pipinya, merasa terus diejek sejak tadi. Tapi dia juga tidak kuasa memprotes apapun yang Myungsoo katakan. Lagipula, dimintai mengajak jalan-jalan dengan paksa saja dia sudah sangat senang. "Kalau begitu.. Apa kau sedang ada masalah?"

Sepi sejenak. Myungsoo baru menoleh beberapa detik kemudian, "Apa wajahku menunjukkan aku punya masalah?" tanyanya menunjuk wajahnya sendiri.

Jiyeon menggeleng, "Hanya saja-" Perkataan Jiyeon terpotong saat Myungsoo tiba-tiba menggigit hotteok yang dia pegang.

Laki-laki itu mengunyah dan menelan sementara Jiyeon memandangnya dengan mata terbelalak. "Hm, kau membiarkannya menjadi dingin," ucap Myungsoo.

"Ne?"

"Berikan padaku, aku jadi lapar," kata Myungsoo. Jiyeon dengan pasrah memberikan makanan itu padanya. Kini gadis itu yang memandangi Myungsoo. Laki-laki itu makan dengan perlahan.

Wajahnya terlihat manis sekali saat makan.

"Enak, kan?"

Myungsoo menyelesaikan kegiatan mengunyahnya dulu sebelum menjawab. "Sebenarnya aku sudah pernah makan ini, dulu sekali. Tapi kau benar, ini enak," ujar Myungsoo dan Jiyeon tersenyum.

Setelah gigitan terakhir, Myungsoo beralih pada Jiyeon. "Sekarang aku yang bertanya," katanya. Jiyeon mengangguk setuju. Myungsoo menyentuh lutut kanan Jiyeon dengan jari telunjuknya. Karena itu Jiyeon refleks bergeser menjauh, gadis itu terkejut. Myungsoo menatapnya lalu tersenyum miring, "Apa kau suka menyiksa dirimu sendiri?" tanyanya. "Tadi aku mau bertanya begitu."

Jiyeon mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti. Dua detik kemudian dia baru sadar. Myungsoo berbicara tentang lututnya yang lebam. Luka itu didapatnya kemarin, saat dua laki-laki teman Wonkeun mendorongnya hingga tersungkur di gudang olahraga. "Ini.." Otak Jiyeon dipaksa berputar cepat untuk mengarang jawaban. "Kemarin sore aku terjatuh di tangga rumahku."

"Benarkah?"

Satu kata itu membuat Jiyeon sedikit khawatir. Ekspresi Myungsoo menunjukkan dia mengetahui sesuatu dan ingin memastikannya. "Mm, tentu saja," kata Jiyeon berusaha meyakinkan walaupun dia tahu dia tidak pandai berbohong.

"Aku sudah tahu kau sangat sangat bodoh dan ceroboh. Sebenarnya tadi aku hanya memastikan," kata Myungsoo. Perkataannya tidak membuat Jiyeon marah atau tersinggung, dia mengerti Myungsoo bukan bermaksud jahat. Lagipula dia menjadi lega karena ternyata Myungsoo tidak curiga tentang alasannya. "Apa reaksi orang lain di rumahmu melihatmu jatuh? Tunggu.. sebenarnya, kau tinggal dengan siapa?"

"Hmm, aku tinggal dengan nenekku."

Myungsoo mengangkat sebelah alisnya, "Orangtuamu?"

Jiyeon tersenyum tipis, "Mereka meninggal saat aku masih kecil.." Jawaban dari gadis itu membuat Myungsoo tertegun.

"Pertanyaanku pasti mengganggumu," katanya.

"Anniya, tidak masalah sama sekali," sambung Jiyeon. Myungsoo tersenyum sebentar. "Bagaimana dirimu..?"

"Eum.., sendiri," jawab Myungsoo singkat.

"Kau punya saudara kandung?" tanya Jiyeon lagi. Myungsoo menggeleng. "Oh.."

"Kau baru tahu?"

Jiyeon tertawa kecil, "Aku tahu, sebenarnya aku hanya memastikan." Jiyeon meniru perkataan Myungsoo tadi. Myungsoo pun ikut tertawa. Entah keberuntungan apa yang sedang Jiyeon terima, hari ini sangat membuat dirinya bahagia.

 

.............................................

 

박지연 - Park Jiyeon

Keesokan Harinya (H-3)

 

Kelas sudah hampir penuh dengan murid-muridnya. Tapi aku belum melihat Myungsoo ataupun Sungjong. Kupandangi pintu kelas, mataku menangkap empat gadis masuk dengan tertawa. Hwayoung, Eunji, Chorong, dan Naeun pasti sedang bercanda. Hwayoung melihatku dari sana dan melambaikan tangannya mendekat.

"Hari ini kau tampak senang sekali, apa aku melewatkan sesuatu kemarin?" tanya Hwayoung memperhatikan wajahku.

"Tampak seperti itu kah?" tanyaku cukup terkejut Hwayoung menyadari itu.

"Sungguh, jangan ragukan perkataanku," jawab Hwayoung.

Aku tersenyum malu-malu. Jalan-jalan dengan Myungsoo kemarin benar-benar membuatku merasa senang. Jalan-jalan biasa, memang. Tapi tidak akan kulupakan hari kemarin. Hanya saja, aku baru tahu aku terlihat begitu senang sampai detik ini. Kurasa aku tidak bisa dan tidak perlu menutupnya, apalagi dari Hwayoung.

Sekelilingku aman. Baiklah, aku pun menceritakan tentang kemarin. Hanya intinya saja, kami jalan-jalan berdua. Sebuah senyuman lebar mengembang di bibir Hwayoung.

"Bagaimana, kau masih ragu untuk datang ke pestanya?" tanyanya.

Kugelengkan kepalaku seraya tersenyum, "Tidak." Kegiatan kemarin sore membuatku lebih percaya diri. Entah kenapa aku jadi yakin Myungsoo memang mengundangku sungguh-sungguh.

"Kalau begitu, sore ini kita langsung shopping," putus Hwayoung. Aku hanya mengangguk. Dia pasti bisa membantuku memlilih segalanya untuk pesta, hal yang tidak kupahami. Hwayoung berkata setelah melihat ponselnya yang berbunyi. Notifications. "Waktu yang baik sekali, sedang ada berita bagus."

"Berita apa?" tanyaku penasaran.

"Koleksi baru baju prom-night di Glitz Girl," jelasnya. "Bagus! Kita akan ke mall yang lain."

"Oh.." Ternyata berita seperti itulah yang jadi pemberitahuan penting bagi seorang model sepertinya.

"Ngomong-ngomong, dimana Sungjong?" tanyanya memandang sekeliling tidak mendapatinya berada di kelas.

"Entahlah. Aku belum melihat dia dan Myungsoo sejak pagi," kataku membuat kening Hwayoung berkerut.

"Apa mereka berdua membolos kelas?" tanyanya.

"Mereka membolos?"

"Mungkin saja, entahlah," koreksinya. "Harusnya kau lebih tahu kan?"

"Iya.. seharusnya." Mengingat bahwa Hwayoung adalah murid baru, berarti aku sudah lebih lama menjadi teman sekelas Myungsoo dan Sungjong. Aku paham kalau Myungsoo sering tanpa sepengetahuan siapapun (maksudku, bahkan Sungjong) membolos sekolah. Tapi sekarang kalau Sungjong ingin membolos kelas, setidaknya memberitahu Hwayoung, kan?

"Nah, itu dia!" Hwayoung membalikkan badannya ke arah laki-laki yang baru memasuki kelas. "Sungjong, kenapa kau berangkat terlambat hari ini?"

Sungjong mengangkat tangan kanannya sebagai pengganti 'halo'. "Itu, aku sudah sampai di sekolah 15 menit lalu. Tapi Myungsoo meneleponku dan kami berbicara cukup lama, geuronikka.."

"Myungsoo tidak datang?" tanyaku langsung. Bukan kebiasaanku memotong perkataan orang seperti ini, tapi aku melakukannya.

Sungjong terdiam sebentar lalu menjawab, "Mm, dia bilang ingin membolos. Kalian tahulah bagaimana dia.." Hwayoung mengangguk-angguk. Jadi Myungsoo memang tidak datang hari ini.

"Myungsoo membolos?" tanya Eunji. Kami bertiga baru sadar dia berdiri di belakang Sungjong. Pastilah dia mendengar kami berbicara.

"Geuron ne.."

"Kenapa- Mm, sayang sekali dia tidak masuk.." Jung Eunji hendak berseru, tapi dia meralatnya. "Aku mau bertanya tentang pestanya.."

Hanya alasan, aku tahu itu. Sebenarnya dia merasa tidak semangat karena Myungsoo tidak masuk. Aku juga begitu. Bedanya, aku masih punya tujuan formalku untuk belajar. Aku mengakui kalau aku selalu mencari kesempatan berlama-lama memandanginya dari jauh di kelas, atau di manapun di sekolah. Jadi aku merasa kehilangan seseorang yang penting saat ini.. Ah, Park Jiyeon bodoh.

 

............................................................................

 

Tidak berbeda dengan saat pertama kali Hwayoung mengajakku shopping. Di sebuah toko baju pesta berlabel Lumination, Hwayoung mengumpulkan banyak baru yang sekiranya cocok untukku dan menyuruhku mencoba semuanya, satu persatu.

Kemudian kami mengunjungi Glitz Girl, Hwayoung mendapatkan gaun koleksi terbaru dari sana. Dia sempat bertanya padaku saat bingung memilih antara dua gaun. Aku tidak mengerti, makanya hanya bisa mengatakan bahwa dua-duanya bagus. Hwayoung menganggapnya terlalu serius hingga dia bertambah bingung. Akhirnya dia membeli dua-duanya.

"Satu untuk pesta ulang tahun Myungsoo, dan satunya lagi.. entahlah." Begitulah katanya.

Destinasi terakhir adalah toko make-up. Aku lebih tidak mengerti yang ini daripada baju. Kurasa aku tidak pernah memakai make-up sebelumnya. Lagi-lagi Hwayoung bilang dia yang akan membereskannya untukku. Dalam pikirannya dia sudah mengira-ngira penampilanku dari atas sampai bawah. Dia mencocokkan eyeshadow dengan gaunku, begitu juga warna lipbalm.

Jujur saja aku lelah berganti baju bolak-balik ke kamar pas juga mencoba puluhan sepatu. Aku pusing melihat begitu banyak peralatan make-up yang tidak kumengerti. Tapi ini terasa sangat mengasyikkan, terlebih ketika mengingat tujuan kami berbelanja.

 

Aku bersemangat sekali bersiap untuk pesta itu.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
HyesunIm
I'll Show You ini di publish di wattpad juga ya, di akun @HyesunIm. Aku baru mau coba upload di sini.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet