Geu Namja

I'll Show You 1

박지연 - Park Jiyeon

07.10 AM

 

Laki-laki itu memasuki ruangan kelas yang sepi ini dan menaruh tas ranselnya di kursi terdepan. Dia lalu menoleh padaku, satu-satunya orang yang berada di kelas saat ini. Yah.. siapa lagi anak yang sudah siap di sekolah dari jam tujuh kurang sementara sekolah dimulai jam delapan? Kurasa hanya aku.

Saat laki-laki itu menoleh padaku, aku langsung menunduk dan membenarkan posisi kacamataku. Sedikit aksi saja darinya, aku akan merasa salah tingkah.

"Kau sudah ada disini?" tanyanya heran. Pasti ia tidak tahu kebiasaan berangkat pagiku ini karena ia biasanya berangkat lebih akhir.

Aku mengangguk, "Sejak 10 menit yang lalu."

Laki-laki itu menggeleng tidak habis pikir. "Perempuan aneh," ucapnya lalu keluar ruangan.

Aku tahu itu bukan pujian, tapi aku tersenyum. Dia berbicara padaku saja adalah suatu kebahagiaan. Bagaimana tidak? Aku, Park Jiyeon, gadis cupu dan kuno ini, masih dianggap oleh laki-laki paling tampan dan populer di Danggeuk Junior High School. Pasti dia tidak tahu betapa senangnya aku hanya dengan memandangnya dari jauh.

Kim Myungsoo. Haah.. dari namanya pun.. aku sudah tahu dia itu laki-laki yang sangat keren.

 

Saat Istirahat

 

Tidak ada meja kosong lagi di kantin besar ini. Setiap meja diduduki sekelompok anak. Dan yang pasti, aku tidak termasuk di kelompok manapun. Aku membalikkan badanku, berencana membawa nampan makanan ini untuk makan di tempat lain. Mungkin kelas ide yang bagus.

"Jiyeon-ah!" seseorang memanggilku. Benarkah? Ini merupakan hal yang hampir tidak pernah terjadi selama aku bersekolah di sini.

"Park Jiyeon!" panggil suara itu lagi. Aku membalikkan badan dan melihat perempuan-berambut-coklat-muda-bergelombang-yang memanggilku menghampiriku.

"Iya?" aku memandangnya heran.

Dia tersenyum, "Ayo, duduklah bersama kami. Masih ada satu kursi untukmu," ucapnya langsung menarik tanganku. Itulah Ryu Hwayoung, anak baru sekaligus gadis terpopuler di sekolahku. Aku tidak tahu mengapa sering berbaik hati padaku. Kami berhenti dekat mejanya. Teman-temannya menatapku dengan tidak senang, membuatku mengurungkan niatku duduk bersama mereka.

"Aku rasa.. aku akan cari tempat lain sa.."

Kalimatku terpotong karena Hwayoung menarikku duduk di sampingnya. "Tidak perlu repot-repot cari tempat lain, Jiyeon," kata Hwayoung. Aku tersenyum kecil.

"Hwayoung, mengapa kau mengajak anak ini?" tanya Chorong dengan kesal.

"Semua kursi sudah dipakai, kan?" tanya Hwayoung.

"Iya, tapi disini tempat anak-anak cantik dan populer." Eunji ikut memprotes. Ia menekankan kata "cantik dan populer" saat menatapku "Dia tidak pantas disini," tambahnya.

Aku berdiri dengan kikuk bersiap meninggalkan meja, tapi Hwayoung menahanku dan berkata pada teman-teman segengnya. "Tidak ada yang seperti itu. Jiyeon kan teman kita juga.."

Ketiga temannya mengeluh, "Dasar.." Hwayoung tersenyum padaku memintaku duduk kembali.

 

 

Author

 

"Ya," panggil Myungsoo pada Sungjong saat mereka berjalan di salah ssatu lorong. "Kita sudah lama tidak bermain billiard bersama Hoya, mari pergi besok malam."

Sungjong menoleh pada Myungsoo, "Kalau besok malam aku tidak bisa. Mian," ucapnya. "Aku sudah ada acara."

"Jangan berbohong. Sejak kapan kau membuat acara tanpa aku..?" tanya Myungsoo sedikit tertawa.

Sungjong hanya tersenyum, "Kurasa sejak sekarang." Melihat ekspresi Sungjong yang asing, Myungsoo menjadi curiga.

"Memangnya apa yang mau kau lakukan besok malam?" tanya Myungsoo menginterogasi. Dia menatap sahabatnya dengan serius.

"Mungkin.. berkencan."

"Mwo?" Myungsoo terkejut mendengar perkataan Sungjong yang diucap dengan santai itu. "Kau.., jangan bilang kau sudah berpacaran dengan Hwayoung!" seru Myungsoo menunjukkan jarinya pada Sungjong.

Yang ditunjuk malah tertawa, "Begitulah."

"Aish, anak ini.. kenapa tidak memberitahuku." Myungsoo meninju pelan bahu Sungjong.

"Hei, kalian yang di sana, kemari!" teriak seseorang. Myungsoo dan Sungjong segera memandang ke depan di mana Jung-sonsaengnim berdiri. Mereka berdua pun mendatanginya. "Bantu aku mengangkut buku-buku ini ke perpustakaan," suruhnya menunjuk ke beberapa kotak kardus yang ada di dekatnya.

"Sebenarnya kami baru saja mau bertemu Choi-sonsaengnim. Eum, jadi-" Sungjong mencoba membuat-buat alasan dan Myungsoo menganggukinya.

Jung-sonsaengnim tertawa pendek, "Jangan coba membohongi guru, hari ini Choi-sonsaengnim absen." Mendengar ucapan guru itu, mereka berdua saling menatap.

Begitulah, akhirnya mereka terpaksa melakukan pekerjaan mulia itu. Myungsoo dan Sungjong berjalan dengan malas membawa tumpukan buku di tangan mereka menuju perpustakaan. "Ini salahmu, kalau saja kau membuat alasan yang bagus, kita tidak perlu menderita begini," kata Myungsoo saat dia masuk ke perpustakaan.

Sungjong membela diri. "Kau sendiri tadi hanya diam saja kan?" Dia berusaha menjaga keseimbangan agar buku-buku yang dia bawa tidak jatuh. "Sudahlah, terima saja. Anggap kita sedang berbuat kebaikan."

"Hei, jalan yang benar," kata Myungsoo. Dia merasa terganggu oleh Sungjong yang menyenggolnya. Myungsoo pun bergeser ke kiri, sayangnya di sana ada meja. Kaki kiri laki-laki itu pun menabraknya, membuat semua buku yang dia bawa berjatuhan.

 

 

박지연

Park Jiyeon

 

Kulihat Myungsoo menabrak meja di sebelahnya, buku-buku yang dia bawa berjatuhan. "Arrgh! Jeongmal!" serunya kesal sekaligus kesakitan.

"Myungsoo, kau menjatuhkan semuanya! Kenapa kau menabrak meja?" tanya Sungjong. "Meja itu tidak bersalah, kan!"

Myungsoo menoleh, ekspresinya masih kesakitan. "Ah, cerewet sekali kau ini, bantu aku!" suruh Myungsoo sambil memegangi kakinya.

"Baiklah." Sungjong menaruh buku-buku yang ada pada tangannya ke atas meja lalu berjongkok untuk merapikan buku-buku yang berserakan di lantai.

 

  눈앞에 나타나
 네가 자꾸 나타나
 눈을 감고 누우면
  얼굴이 떠올라 oh~

[Wae nae nunape natana
Wae nega jakku natana
Du nuneul gamgo nuumyeon
Wae ni eolguri tteoolla oh~]

 

Myungsoo langsung menoleh pada Sungjong karena mengenali suara ringtone itu. "Yeoboseyo?" Sungjong menjawab telepon. "Rupanya kau Hwayoung.. Baiklah, kita bertemu di sana. Aku akan ke sana, iya." Dia pun mengakhiri panggilan telepon dari pacarnya.

"Apa? Jadi kau akan ke sana?" Myungsoo terlihat ingin memprotes namun Sungjong menepuk bahunya sambil tersenyum.

"Kau sahabat baikku, Myungsoo," ucap Sungjong sambil terkekeh.

"Ya! Teriak Myungsoo pada Sungjong yang sudah berlalu. Dia merutukinya. Bilang sahabatnya tapi tega meninggalkannya sendiri bersama buku-buku. "Arrgh!" Myungsoo menendang buku-buku yang ada di lantai dengan kesal sementara aku justru memandangnya tersenyum. Ekspresinya lucu sekali. Mungkin aku gila, tapi dia jadi terlihat menggemaskan.

"Apa yang kau lihat?"

Oh. Dia menangkap basah diriku! Aku langsung membalikkan badanku, menghindar dari tatapannya. Pasti dia kembali berpikir aku ini aneh. Ya ampun, tolong aku. Apa yang harus kulakukan..?

"Aish! Michyeota! " Ketika mendengar seruan kesalnya, aku menoleh. Melihat dirinya sedang duduk di lantai dan dengan malas menumpuk buku-buku di sekitarnya. Dia mengacak-acak rambutnya. Kubalik tubuhku menghadapnya, melangkah mendekatinya. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kulakukan. Aku selalu menjauh dari orang-orang, tapi aku tidak bisa membiarkannya kesulitan.

Aku duduk bersimpu di depannya, ikut memungut buku-buku tersebut. Tanpa sengaja,tangan kami memegang buku yang sama. Myungsoo mengangkat wajahnya untuk memandang orang yang ada di depannya.

"Kau.." Laki-laki tampan itu mengernyitkan dahinya heran. "Sejak kapan?

Baiklah, ternyata dia baru menyadari bahwa aku ada di depannya. Seperti orang pada umumnya yang tidak pernah menyadari keberadaanku. Sebelumnya, aku menarik tanganku yang memegang buku terlebih dahulu, lalu membenarkan letak kacamataku sambil menunduk.

"Satu menit yang lalu..?" kataku sangat pelan.

"Bukan. Maksudku, sejak kapan kau berganti kacamata? Sepertinya itu bukan yang biasanya."

"Ne?" kata itu yang spontan keluar dari mulutku. Butuh beberapa detik lebih untuk mencerna perkataannya. Bagaimana bisa dia mengetahuinya? Bahwa aku berganti kacamata. Karena, ini tidak berbeda jauh dengan yang sebelumnya, hanya bagian pinggirnya yang berwarna abu-abu tua. Bahkan seperti hitam jika dilihat dari jauh.. Jadi, apa 'biasanya' dia melihat padaku?

'Apa yang ada dipikiranku ini..? Park Jiyeon, kau terlalu berharap. Jangan lakukan itu.'

"Aku baru menggantinya," jawabku seadanya.

Demi bintang-bintang di langit, aku tidak bisa melihatnya pada jarak dekat seperti ini. Dengan gerakan lebih cepat dari lompatan jantungku, aku mengumpulkan buku-buku itu dalam satu tumpukan lalu berdiri. Myungsoo juga berdiri dengan tumpukan buku di tangannya.

"Harus ditaruh di mana?" tanyaku lirih karena malu.

"Di rak ujung sana saja," jawab Myungsoo lalu berjalan ke tempat yang di maksud. Aku menyusulnya.

Laki-laki itu berjinjit sedikit untuk menata buku-buku tersebut di rak teratas. Aku mencoba berjinjit, tidak sampai. Melompat, juga tidak sampai. "Berikan padaku," kata Myungsoo langsung mengambil buku-buku dari tanganku. Dia dengan mudahnya meletakkan semuanya di atas. "Tidak usah terlalu rapi. Enak saja Jung-sonsaengnim itu, menyuruhku melakukan hal tidak penting begini. Sungjong juga! mentang-mentang pacarnya yang menelepon, anak itu meninggalkanku sendirian bersama para buku sialan ini. Mereka pik-"

Dia tidak melanjutkan bicaranya. Myungsoo menoleh padaku, dia mengerjapkan matanya beberapa kali dulu sebelum berkata, "Mmm, aku terbawa kesal sampai malah bercerita padamu. Dan aku tadi mengejek 'buku si sahabatmu' itu, Mia-"

"Anniya, gwaenchanha," sahutku memotong. "Tidak masalah kau bercerita padaku, justru aku senang mendengarnya." Iya, aku senang sekali dia bercerita padaku, rasanya dia menganggapku sebagai temannya.

"Begitukah.. Aku akan mengambil buku yang di sana dan meletakkannya," kata Myungsoo menunjuk tumpukan buku yang ada di atas meja tempat Sungjong tadi menaruhnya.

"Oke..," responku.

Tidak langsung ke sana, laki-laki itu masih berdiri di sebelahku. Laki-laki itu menoleh padaku, "Jiyeon-ahgomawo," ucap Myungsoo singkat namun membuatku tersipu setengah mati. Ini pertama kalinya dia memanggilku dengan namaku, bukan sebutan 'kau' atau 'gadis cupu' atau juga, 'yeoja berkacamata'. Sambil meredam rasa senang aku mengangguk,

 

 

"Cheon maneyo, Myungsoo."

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
HyesunIm
I'll Show You ini di publish di wattpad juga ya, di akun @HyesunIm. Aku baru mau coba upload di sini.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet