Love Love Love

Kai, The Young Lover

 

 

 

Kai ngakak lihat balasan dari Borin. Setelah itu dia langsung nelepon si pacar. Pikirnya sih ngapain chat, kalo denger suara Borin lebih menyejukkan daripada embun di pagi hari? Padahal semalem Kai sama Borin udah teleponan 3 jam sampai tidur.

"Hei," kata Kai begitu terdengar tanda panggilannya udah diterima di seberang sana.

"Apa?" tanya Borin.

"Bareng gue ya. Gue tunggu di halte dekat rumah lo. Bilangin sama Yoora noona nggak perlu nganter. Bilang aja pengen cari suasana baru gitu, jadi naik bis aja."

Borin ketawa. "Iyaaa. Bawel banget."

"Bawel tanda sayang."

Borin ketawa lagi dong. "Udah sarapan belum?"

Kai masih senyum-senyum karena berhasil bikin Borin ketawa. "Belum nih."

"Kok belum sih? Makan dong. Emang eomonim nggak masak? Buruan, sarapan itu penting. Awas kalo nggak makan." Borin ngancem.

"Lah buset bawel banget nih si tuan putri."

"Kan katanya bawel tanda sayang?"

Tawa Kai meledak. Hatinya rasanya meleleh tak terhingga. "Iya iya ini juga mau makan kok. Lo udah makan blm?"

"Udah dong." Suara Borin terdengar cute. "Cepet sana makan!"

"Oke, Cantik. Ntar kalo otw halte aku chat. See you soon."

"See you."

Setelah memutus panggilan telepon buat Borin, Kai langsung senyum-senyum. Jadi begini rasanya mencintai dan dicintai pujaan hati?

"JONGIN, SARAPAN DULU! NGGAK USAH SOK DIET MAU PUNYA SIX PACK SEGALA KAMU." Teriakan eomma menggelegar dari dapur di lantai bawah.

Kai langsung ketawa karena dia sadar wanita-wanita dalam hidupnya bawel semua kalo soal makan.

 

*****

 

Waktu naik bus dan otw ke sekolah, Kai dan Borin bukannya ngobrol mesra malah adu argumentasi soal merk sepatu apa yang paling nyaman buat ke sekolah. Semuanya berawal saat Kai bilang pengen beli sepatu. Kai tetap tim Adidas. Borin pilih Skechers. Gaya mereka kayak diendorse aja.

"Dunia juga tau betapa berkualitasnya Adidas."

"Nggak usah dengerin kata dunia dan ikut tren, yang penting comfortable. Dan itu gue dapet dari Skechers."

Sampe jalan ke gedung sekolah pun mereka masih ribut soal ini. Makanya kalo ada yang bilang mereka baru jadian, pasti nggak bakal ada yang percaya.

Adu mulut mereka baru berhenti saat Borin mau menuju ke kelasnya, sedangkan Kai masih harus naik tangga. Mereka berdua saling berpandangan sejenak.

"Ntar jadi minta diajarin fisika?" Tanya Kai.

"Jadi dong. Tungguin gue ya."

"Istirahat nanti ke kantin nggak?"

"Kayaknya nggak. Mau ke perpus sama Yuju buat tugas sosiologi."

"Oke. Kalo kangen chat aja." Kata Kai sambil menepuk-nepuk kepala Borin.

"Dih ngapain kangen?" Borin menjulurkan lidah.

"Karena gue pasti bakal kangen lo sih."

Pipi Borin langsung nge-pink. "Hmm alay. Udah ah gue mau ke kelas dulu. Sampe jumpa nanti di rooftop."

Kai mengangguk tapi nggak langsung jalan menuju kelasnya. Dia memandang Borin yang lagi jalan. Kayaknya merasa kalo lagi diperhatiin, Borin menoleh ke belakang dan ketawa liat Kai yang masih berdiri di tempat yang sama. Borin lalu pake isyarat tangan nyuruh pacarnya buat buruan naik tangga.

Kai cuma senyum-senyum ganteng. Setelah ngasih tanda salut buat Borin, akhirnya dia naik tangga juga.

 

****


Kai udah di rooftop. Semangat banget dia. Setelah denger bel pulang bunyi, dia emang langsung lari keluar. Tadi Borin ngechat nyuruh dia buat duluan ke rooftop. Untung sih nggak lama, sepuluh menit kemudian kekasih yang dinanti pun datang.

Begitu mata mereka bertemu, Borin dan Kai saling melempar senyum. Dia langsung duduk di samping Kai.

"Yuk mulai. Kita belajarnya sambil makan," kata Borin, sambil pindah duduk ke lantai dan menjadikan bangku yang barusan ditempati duduk bareng Kai sebagai bangku.

Kai nurut dan pindah duduk juga kayak Borin yang lagi sibuk ngambil sesuatu di tasnya. Kai nggak bisa menyembunyikan rasa kaget dan senang saat Borin menyerahkan kotak makan kecil untuknya.

"Buat gue?" Tanya Kai, penuh senyum.

Borin mengangguk. "Mulai sekarang, kalau gue sempet, gue bikinin bekal juga buat lo. Tapi nggak janji tiap hari sih. Belum tentu juga tiap minggu bakal ngasih."

Kai rasanya nggak bisa menutupi rasa bahagianya. Dibukanya tutup box makan perlahan. Dilihatnya nasi yang diatasnya ada ayam dan beberapa macam sayuran. Ini kedua kalinya Kai dapat bekal dari Borin, tapi rasa bangga masih tetap terasa di hati. "Makasih ya," kata Kai, masih melihat makanan makan siangnya yang tampak menakjubkan di matanya.

"Dimakan dong."

Kai mengangguk dan mengambil sendok yang juga dibawakan Borin. Kai mengambil sedikit nasi dan ayam. Dia rasanya ingin menangis terharu karena rasa enak segera menghiasi lidahnya. Atau mungkin dia terharu karena perhatian Borin.

Borin juga makan di samping Kai. "Enak nggak?"

"Banget. Ini apa?" Jawab Kai mantap.

"Nasi chicken teriyaki. Dihabisin ya kalo gitu."

"Pasti." Kata Kai dan menyantap makan siangnya dengan lahap.

Setelah makanan habis dan setelah Kai berkali-kali bilang 'makasih' sampai Borin ngancem mau kasih lakban di mulut pacarnya, mereka akhirnya belajar Fisika. Borin bilang masih ada yang bikin bingung soal dinamika partikel.

Berhubung Borin dasarnya cepat nangkep pelajaran yang jelasin juga sabar dan cerdas, acara belajar fisika ini cuma berlangsung setengah jam.

"Ah gini ternyata. Kenapa kemarin kayak rumit gitu sih," kata Borin nggak sengaja sambil manyun.

"Homeschooling sama gue aja kayak gitu. Lebih berkualitas gurunya. Nggak dibayar juga gue ikhlas kok."

"Ih sombong sekali, Pak Jongin."

Kai mengacak-acak rambut Borin. "Halah buktinya juga selalu minta ajarin gue kan?"

"Kan lo yang nawarin dulu." Borin menjulurkan lidah lalu mengemasi buku, alat tulis dan box makan.

Kai cuma ketawa. Dia lalu pindah duduk di atas bangku yang tadi buat meja, sambil bersandar pada dinding. Setelah tasnya rapi, Borin juga melakukan hal yang sama.

Sejenak Kai dan Borin diem-dieman. Bukan bertengkar, tapi mereka cuma menikmati suasana mellow yang tiba-tiba tercipta, diiringi tiupan angin sepoi sore hari.

Dalam hati, Kai berkali-kali berterima kasih pada Semesta, karena telah menjadikan Borin sebagai miliknya. Kai janji akan selalu menjaga, menyayangi, dan membuat Borin bahagia.

"Borin, kita perlu ngasih tau orang-orang soal kita nggak?" tanya Kai memecah kesunyian.

Borin melirik kekasihnya. "Hmm kalo menurut gue sih, nggak usah. Lama-lama mereka juga bakal tau sendiri. Gue aja belum cerita sama Yuju."

"Emang selama ini lo curhat ke Yuju soal gue?"

"Nggak sih. Tapi kayaknya dia tau aja kalo sumber kegalauan gue selama ini ya lo."

Kai ngakak mendengar istilah sumber kegalauan barusan. "Utututu kasian yang sering galauin gue."

Borin memukul lengan Kai pelan dan pura-pura marah. "Nyebelin sumpah."

"Maaf maaf. Abis ini jangan galau-galau lagi ya." kata Kai sambil menatap Borin penuh cinta.

Seperti biasa, pipi Borin langsung memerah saat mengangguk dengar kata-kata Kai barusan. "Oh iya, jangan kasih tau Chanyeol oppa juga deh. Rese banget pasti. Biar dia tau sendiri."

"Baik, Yang Mulia. Hamba siap laksanakan perintah."

"Ih apaan sih?" Borin ketawa bahagia.

"By the way nih, kayaknya dulu ada yang mau nraktir gue burger king."

"Siapa emang?" Borin senyum-senyum menggoda.

"Melupakan janji itu dosa lho."

"Hmm iya iya. Besok gimana?"

"Besok ya? Bentar gue cek schedule dulu."

"Sok-sokan ih. Ya udah kalo nggak mau." Borin buang muka.

"Mau. Mau banget. Besok pulang sekolah gue nganggur kok. Eh tapi gue aja deh yang nraktir."

"Lah kan lo yang menang? Jadi gue dong yang nraktir."

"Tapi kan gue yang cowok, masa ditraktir sama ceweknya? Nggak sopan lah."

"Masih jaman ya mikir gitu. Nggak bisa, pokoknya besok gue yang nraktir. Lo kapan-kapan aja nraktirnya. Kalo nggak mau, ya udah batal."

Kai rasanya leleh banget lihat Borin ngomel dengan cute begini. Seumur hidup rasanya dia rela deh diomelin kayak gimana. Bukannya sebel, Kai malah menatap Borin dengan takjub dan sayang.

"Jongin? Gimana? Mau nggak?"

Kai akhirnya fokus lagi. "Mau. Apa sih yang nggak buat lo?"

"Stop gombalnya."

Borin malu-malu lagi. Kai menahan tawa lalu menggenggam tangan gadis kesayangannya. Mendadak nggak sabar buat kencan di Burger King besok.

 

Menatap ke dalam matamu
Dalamnya langit tidak berbatas ada di dalam matamu
Hanya dirimu yang menerangiku, aku bisa melihat masa depanku
Kau membuatku terlahir kembali
Dan aku tidak bisa hidup tanpamu
Mengapa ini masih tidak terasa nyata, apa ini mimpi?

Aku bahkan tidak bisa mempercayainya, apa kau manusia?

Cause you're my Earth, air, water, fire

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
abigailileo
#1
Chapter 1: ceritanya mungkin bagus kalo part 2 nya udh ada...tapi untuk part 1 ini rasanyaterlalu datar2 aja...maksudnya nih, ga ada yg bikin gw penasaran buat selanjutnya...terlalu datar dan ga ada konflik jga harusnya di part 1 ini bikin nya lebih menarik dan bikin org penasaran buat nunggu selanjutnya...Itu c menurut gw aja dari pihak pembaca aja...toh gw jga bukan org yg jago nulis jga....?