Two

Daddy's Girl

「Daddy's Girl」

04.02.2013

Yoongi baru saja menyelesaikan pekerjaannya setelah 20 jam membuat tato pesanan pelanggannya. Tato di bahu dengan detail luar biasa itu menghabiskan sekian banyak waktunya, punggungnya pegal, tangannya mati rasa, dia ingin merebahkan tubuhnya sebentar saja ketika suara bel terdengar. Mengumpat sedikit sambil berjalan, dia sempat melirik ke arah jam di dinding, pukul 9 pagi. Dia berpikir sejenak, "Aku sudah mematikan lampu tanda buka di depan," Ucapnya sambil menatap saklar lampu di hadapannya, ini terlalu pagi untuk seorang pelanggan. Suara bel terdengar lagi, Yoongi berdehem kemudian membuka pintu. Matanya membulat ketika dia menangkap sosok yang sangat tidak asing baginya, sosok yang selama beberapa hari terakhir mengilang tanpa kabar.

"Namjoon?"

Si pemilik nama itu tersenyum lebar, menampilkan lesung pipinya yang dalam.

"Kau-" Yoongi menggantungkan kalimatnya ketika sadar, Namjoon membawa keranjang di tangan kanannya. Sebuah keranjang dengan- seorang bayi di dalamnya.

Yoongi menatap semua koper yang di bawa Namjoon, pemuda itu tengah membereskan kamar yang selama ini dia huni bersama dengan dua orang lainnya. Si keranjang berisi bayi itu dia letakkan di sofa, tepat di samping Yoongi.

"Yah- Kim Namjoon, apa-apaan ini?" Tanya Yoongi setelah 20 menit membiarkan Namjoon membereskan kamar, mengganti seprai dan merapikannya.

"Seperti yang kau lihat," Pemuda itu duduk di depan Yoongi, "Aku akan tinggal bersama bayiku."

"Bayimu?"

"Aku sudah mengecek DNAnya, dia benar-benar anakku." Ujar Namjoon.

Yoongi menghela napas kasar, memutar bola matanya, kemudian menatap pemuda yang lebih muda satu tahun darinya itu.

"Kau gila?" Tanyanya, dengan nada sedikit tinggi. "Kau gila? Kim Namjoon? Kau akan membesarkan anakmu disini? Di tempatku?!"

Bentakkan Yoongi sukses mengejutkan Jia, bayi itu kini menangis dengan kencang. Namjoon menghela napasnya, berjalan mendekati Jia yang menangis, tepat saat itu Jungkook dan Hoseok masuk ke dalam studio dan sedikit terkejut mendapati Namjoon tengah menggendong seorang bayi. Jungkook meletakkan tasnya diam-diam sambil membaca situasi, Hoseok belum berani bertanya karena suara tangis Jia masih mendominasi. Hanya suara Jia terdengar selama sepuluh menit sebelum akhirnya keheningan yang mendominasi selama lima menit terakhir.

"Anu- aku rasa aku butuhkan penjelasan disini.." Jungkook buka suara, merasa tidak mengerti atas apa yang terjadi.

"Namjoon akan tinggal bersama bayinya disini," Yoongi buka suara, Jungkook dan Hoseok sama-sama terkejut.

"Yah- Kim Namjoon, kau gila?" Hoseok bersuara,

"Aku sudah berkata seperti itu padanya," Yoongi menimpali.

"Yah, bagaimana bisa kau membesarkan anakmu di tempat seperti ini?" Hoseok berdiri, menatap Namjoon yang masih memeluk Jia.

Namjoon menghela napas, menggigit bibir bawahnya, dia mulai berbicara "Tidak ada yang bisa menjaganya, kedua orangtuaku sangat sibuk, adikku akan pergi ke Amerika untuk sekolah. Siapa yang akan merawat anak ini? Dia anakku-"

"Lalu kau berharap kami akan menjaganya?" Yoongi menyela ucapan Namjoon yang kini terdiam.

"Hyung-" Panggilan Jungkook membuat ketiganya menengok bersamaan, Si bungsu itu menelan ludah karena gugup. Dia tidak ingin berkomentar, tapi ide Namjoon untuk membesarkan Jia di tempat ini membuatnya tidak nyaman. Bagaimana mungkin mereka membesarkan seorang bayi? Di studio tato penuh dengan rokok dan para laki-laki? "A-apakah, Namjoon hyung sudah tahu siapa ibu si bayi?"

Namjoon menggeleng lesu. Dia bahkan tidak bisa mengingat wanita mana yang pernah dia tiduri, bukan karena terlalu banyak tapi dia merasa tidak pernah meniduri satu wanita manapun.

"Kau tahu- aku-"

"Kami tahu," Yoongi menyela lagi. "Kami tahu, maka dari itu kau melakukan tes DNA. Joon, aku tahu kau sangat ingin bertanggung jawab padanya, tapi Joon, membesarkan anak tidak semudah itu. Terlebih jika bayimu harus tinggal disini, bersama kami." Lanjutnya, memijat keningnya sendiri, Yoongi sudah merasa jauh lebih lelah dari sebelumnya. Mungkin malam ini dia tidak akan membuka studio tatonya dahulu, dia perlu istirahat.

"Bayi itu anakmu?!" Suara dengan nada tinggi terdengar dari arah pintu, kedua bocah itu berlari ke arah Namjoon, dan menatap bayi di gendongannya dengan takjub.

"Woah! Woah! Kau benar-benar mendapatkan jackpot!" Pekik Jimin, Taehyung yang berada disampingnya mengangguk-angguk sambil bertepuk tangan.

"Yah, yah, kalian masuklah ke dalam. Biarkan aku, Yoongi hyung dan Namjoon berbicara." Hoseok mendorong punggung Jimin dan Taehyung, melempar tas Jungkook dan membuat isyarat untuk mereka pergi meninggalkan ruangan.

"Aku tidak mau," Jimin berkata,

"Aku juga," Taehyung menimpali. Jungkook tidak bergeming di tempatnya.

Hoseok menatap ketiganya kesal, kalau sedang tidak dalam keadaan serius dia mungkin sudah menjitak ketiganya secara bersamaan. Namjoon menidurkan Jia di dalam keranjangnya, Jimin dan Taehyung langsung mengerubungi si bayi yang tengah tertidur.

"Aku benar-benar meminta maaf pada kalian semua. Tapi, aku mohon tolong aku untuk kali ini. Ayahku meminta aku melanjutkan sekolah ke Universitas tahun ini," Namjoon terdiam sebentar, menatap kelima sahabatnya yang terkejut. "Keluargaku akan membayar Yoongi sebagai pembayaran sewa selama aku dan Jia disini, aku benar-benar membutuhkan bantuan kalian. Aku harus menyelesaikan kuliahku secepat mungkin agar bisa mendapatkan pekerjaan dan pindah dari sini secepat mungkin."

Tak ada jawaban dari kelimanya, mereka masih terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namjoon mulai gelisah, keputusan Yoongi selalu mutlak dan tidak dapat di bantah, bertahun-tahun mengenalnya tak sekalipun Namjoon melihat teman-temannya yang lain membantah keputusan pemuda itu. Yoongi yang dingin dan terkesan blak-blakan selalu menjadi momok menakutkan bagi keempat temannya yang lain, termasuk dirinya sendiri.

Yoongi dan Namjoon saling mengenal ketika mereka masih di Sekolah Menengah Pertama, keduanya sama-sama menjadi seorang rapper underground saat itu. Sejak saat itu, Namjoon terus mengikuti kemana Yoongi pergi. Maka ketika dia berselisih dengan ayahnya, Namjoon memutuskan pergi ke Seoul menyusul Yoongi yang terlebih dahulu pergi ke kota besar itu untuk mengadu nasib.

Yoongi menggaruk tengkuknya, dia merasakan tekanan dari kelima temannya yang tengah menunggu jawabannya. Dia paham betul sifat kelima temannya, dia bertaruh delapan ratus ribu Won jika Hoseok diam-diam sudah menyetujui keputusan Namjoon untuk mengasuh bayinya disini begitupun dengan ketiga bocah-bocah yang kini mengerubungi bayi itu.

"Kau boleh memakai kamarku di atas, aku akan tidur di bawah."

Dan jawaban Yoongi membuat lesung pipi Namjoon terlihat jelas, pemuda bertubuh tinggi besar itu memeluknya.

"Yah- jangan terlalu berlebihan! Aku tidak bisa menolak, lihat bagaimana Hoseok dan ketiga bocah-bocah ini menatap anakmu? Menyebalkan!" Keluhnya.

Mereka tertawa bersamaan.

"Namanya, Jia. Kim Jia, aku harap kalian bisa membantuku untuk mengurusnya mulai hari ini. Terima kasih banyak!"

Dan hari itu, Jia tinggal bersama dengan ayah dan kelima pamannya. Petulangannya di mulai!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet