Chapter 5 - Sweet Saturday

FRIENDS WITH BENEFITS

 

Chapter kali ini masih bikin gumoh.

Happy reading!

 

****************************************

 

Seorang gadis menyesap americano dingin miliknya yang tinggal setengah gelas. Telunjuknya mengetuk meja kayu sesuai dengan beat yang bermain di telinganya. Sebuah lengkungan indah tidak pernah meninggalkan bibirnya sedari tadi. Perasaan saat kau mendengarkan lagu dengan sangat kencang hingga terlepas dari relita yang ada terasa begitu menenangkan. Sampai-sampai ia tidak mendengar bunyi lonceng yang menandakan tamu baru memasuki kafe tempatnya berada.

Daniel menyunggingkan senyumnya. Tanpa ia sadari kakinya berlari kecil mengarah kepada pusat perhatiannya saat ini. Sebuah kecupan mendarat mulus di pipi gadis yang saat ini membuka matanya kaget. Si pelaku hanya tersenyum lebar sambil menarik kursi di depan Yeon Min.

"Aku menyukai konsep hari ini. Kita terlihat seperti benar-benar kencan." Yeon Min memutar matanya malas. Siang ini dirinya dan Daniel, tentu saja dengan tidak sengaja, memakai baju yang sama. Yeon Min dengan dress selutut berwarna pink disandingkan dengan Daniel yang memakai kaos berwarna pink pastel, senada dengan topi miliknya dan juga jeans robek-robek.

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f4e59346136354855474c44654d673d3d2d3536393637393936352e313532633932656636623430623466383536373437323439373030382e6a7067

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f62415f55574453376a694e6341673d3d2d3536393637393936352e313532633932666461373039343065643931303631343733323233382e706e67

Dalam hati, Daniel bersorak gembira, ia tidak sabar untuk menghabiskan satu hari penuh bersama Yeon Min. "Kita mau kemana hari ini?" tanya pria itu sambil menyesap kopi dari gelas milik Yeon Min. Gadis itu merengut, ia tidak suka orang lain mengambil miliknya tanpa izin.

"Apa kau tidak mengerti arti dari kata 'kejutan' Kang Daniel?" sindir Yeon Min, kali ini dia mengamankan kopinya yang hampir tandas diminum pria beruang di depannya. Daniel menggoyangkan badannya tidak sabar. Raut di wajahnya tetap bersinar ceria. Terkadang Yeon Min berpikir bagaimana bisa pria itu terkadang terlihat seperti perpaduan antara beruang dan anjing samoyed yang menggemaskan jika sedang bersemangat seperti saat ini? Gadis itu bergidik sekali lagi saat mengingat bahwa Kang Daniel di hadapannya juga bisa berubah 180 derajat menjadi pria yang y dan seduktif dengan begitu cepat.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang!" Tanpa menghabiskan waktu lebih lama, pria itu menarik tangan Yeon Min untuk bangkit dari kursi dan berjalan cepat menuju mobilnya. Dengan susah payah tangannya mengumpulkan barang-barang di atas meja dan mengikuti langkah Daniel.

Sepanjang perjalanan, Yeon Min memberi arahan untuk menuju tempat 'kencan' mereka hari itu. Tanpa Daniel sadari, gadis di sebelahnya sedang menahan tawa. Ia yakin bahwa Daniel tidak akan menyukai destinasi mereka.

 

*************************

 

Tepat seperti apa yang dipikirkan Yeon Min, Daniel kini mengerutkan keningnya sambil membaca nama tempat di depannya. "Coex Library?" Pria itu mengedipkan matanya heboh, berharap kesalahan ada pada penglihatannya. Mana ada orang yang kencan di perpustakaan?

"Kau tidak salah liat Daniel, aku memang mengajakmu untuk menghabiskan waktu di sini. Sudah banyak buku yang ingin aku pinjam dan ada sedikit pekerjaan yang harus aku lakukan. Ayo masuk!" Gadis itu menggandeng lengan Daniel yang masih menatap dirinya dengan tidak percaya. Sangat menggemaskan.

Yeon Min memilih kursi di dekat jendela. Ia senang membaca buku sambil diterpa oleh hangatnya cahaya matahari. Bibirnya tersenyum tipis membayangkan waktu istirahatnya yang produktif. Hal tersebut berbeda 180 derajat dengan Daniel yang saat ini memajukan bibirnya dan duduk secara kasar di hadapan Yeon Min.

"Kenapa kau memilih tempat ini untuk kencan?" Daniel menghentikan ucapannya saat gadis di depannya melayangkan tatapan membunuh. "Maksudku untuk jalan-jalan. Hei kita bahkan tidak bisa mengobrol dengan leluasa di sini!" Teriak pria tersebut. Untung saja keadaan perpustakaan umum tersebut tidak ramai.

Dalam hati, Yeon Min terkekeh geli. "Karena itulah aku memilih tempat ini. Supaya aku tidak mendengar rengekan menyebalkan dari bibirmu Kang Daniel." Pria tersebut baru saja mau protes, tapi gadis di depannya sudah sibuk dengan buku di tangannya. Jantung Daniel berdetak dua kali lebih cepat saat melihat senyum tipis yang jarang sekali diperlihatkan oleh Yeon Min. Ia tersenyum miris saat mengakui sebuah buku bisa mengalahkan dirinya dalam menciptakan senyum indah di bibir Yeon Min.

Daniel menopang dagu miliknya dengan telapak tangan. Tanpa disadari ikut tersenyum melihat pemandangan di depannya. Keheningan perpustakaan, cahaya matahari yang hangat, dan seorang Park Yeon Min yang tersenyum kecil ternyata bisa menciptakan efek damai dalam kehidupannya. Untuk pertama kali, Daniel mengakui bahwa perpustakaan bukanlah tempat yang buruk.

 

*******************

 

Jemari Yeon Min bergerak lincah di atas keyboard laptop miliknya. Sudah lama dirinya tidak membuka folder kumpulan tulisan tangannya. Tepat setelah kejadian itu, delapan tahun yang lalu, Yeon Min tidak lagi mengikuti mimpinya untuk menulis script drama. Entah kenapa minggu-minggu terakhir ini hasrat menulisnya bangkit kembali. Awalnya tangannya gemetar ketakutan saat melihat draft yang terpampang di folder tersebut. Cerita-cerita yang tidak pernah selesai seketika meminta untuk diselesaikan.

Tidak sadar sudah empat jam ia berkutat dengan buku-buku bacaan yang menjadi referensi penulisan naskah miliknya serta layar laptop. Matanya iseng melirik sosok di hadapannya. Yeon Min tertawa geli saat melihat Daniel tertidur dengan posisi tidak enak di atas meja. Sebuah buku berada di atas kepalanya. Gadis itu memencet tombol simpan di laptopnya kemudian mematikan alat tersebut. Seperti berganti, kini Yeon Min yang menopangkan dagunya dan tanpa sadar memberikan tatapan hangat untuk Daniel. Tatapan yang tidak pernah berani dia berikan saat pria itu dalam keadaan sadar.

Yeon Min menghela nafasnya berat. Ia bukan perempuan bodoh. Sudah tidak terhitung berapa kali ia memergoki Daniel menatapnya dengan tatapan memuja. Semua perhatian laki-laki itu hingga ke hal terkecil. Setiap sentuhan, pelukan, dan ciuman singkat yang diberikan Daniel untuk dirinya. Yeon Min tahu bahwa pria itu sudah melanggar aturan dasar perjanjian ini. Daniel sudah jatuh cinta kepadanya.

Seharusnya Yeon Min bisa berjalan pergi, keluar untuk selamanya dari kehidupan Daniel. Gadis itu menghela nafas sekali lagi saat menyadari bahwa dirinya sudah perlahan-lahan terbuai ke dalam pesona laki-laki di hadapannya. Otaknya berkata untuk menjauhi pria tersebut, namun hatinya menahan dengan kuat keberadaan fisiknya di dekat Daniel. Yeon Min mengambil buku yang menutupi wajah Daniel. Gadis itu terkekeh geli saat melihat betapa polosnya wajah Daniel yang tertidur.

Sedetik kemudian, tanpa ia sadari, tangannya mulai mengelus poni Daniel yang menutupi matanya. Memperlihatkan kening pria itu yang menambah nilai ketampanan dalam dirinya. Gadis itu mengumpat saat hatinya merasakan efek panas. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk. Refleks, ia menarik tangannya cepat. Wajah gadis itu kembali dingin, tepat dengan kelopak mata Daniel yang terbuka.

"Aku ketiduran ya?" tanya pria itu sambil mengucek matanya.

Yeon Min tidak memberi respon apapun. Daniel yang melihat sikap aneh gadis itu mengerutkan keningnya. "Kau kenapa?" Ada nada khawatir dalam kata yang terucap tersebut.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku sudah selesai. Mau pindah dari sini?" tanyanya. Daniel memberikan cengiran lebarnya dan berdiri tiba-tiba.

"Ayo kita pindah!" ujarnya penuh semangat. Yeon Min tersenyum kecil dan merapikan barang-barangnya. Daniel tetap menunggu gadis itu dengan senyuman yang tidak pernah hilang. Saat sudah beres, Pria itu menggandeng tangan Yeon Min, tidak sabar untuk keluar dari ruangan membosankan tersebut.

Yeon Min kembali menghela nafasnya dalam diam. Dia merasa begitu jahat saat melihat wajah bahagia Daniel di sebelahnya. Ada sedikit rasa iri disitu, bagaimana bisa Daniel begitu ekspesif dalam mengutarakan perasaannya? Memberikan kasih sayang melalui aksi dan perhatian, bukan hanya dengan kata-kata. 'Maaf Daniel, aku tidak bisa. Sampai kapanpun tidak akan bisa mencintai seseorang.' Batin Yeon Min sambil membiarkan tangan Daniel yang hangat menggenggamnya.

 

*********************

 

"Duduk di sini. Aku akan beli popcorn untukmu." Setelah perdebatan panjang, mereka berdua memutuskan untuk menonton flm. Yeon Min berpikir sejenak sebelum menjatuhkan pilihan kepada film horror terbaru "A Quiet Place". Daniel sebenarnya tidak menyukai pilihan tersebut tapi ia akhirnya memasrahkan diri.

Yeon Min membuka ponselnya sambil menunggu Daniel yang sedang mengantri untuk beli camilan. Hanya ada beberapa pesan dari manajernya, orang tua dan juga Seongwoo. Baru saja dia mau membalas pesan dari sahabatnya tersebut, nama pria itu sudah tertera di layar beserta dengan lambang telepon berwarna hijau.

"Ada apa?" tanya Yeon Min saat telinganya telah menempel dengan ponsel miliknya.

"Hei beri salam dulu kalau ada yang menelepon. Dasar tidak sopan." Balas Seongwoo dari ujung saluran telepon. Yeon Min tersenyum dan mendecakkan lidahnya.

"Kenapa Ong Seongwoo?" tanya gadis itu sekali lagi.

"Kau dimana? Mau jalan-jalan tidak? Jadwal shooting hari ini dibatalkan."

"Aku sedang ada urusan di luar. Maaf tidak bisa menemanimu bermain. Besok aku ke apartemenmu." Yeon Min mengalihkan pandangannya ke Daniel yang sekarang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Terdengar Seongwoo mengghela nafasnya keras. "Tumben sekali kau bermain tanpa aku. Apa kau sedang berkencan? Park Yeon Min kau berkencan dengan siapa? Dengan teman pura-puramu itu ya? Daniel?"

Yeon Min menjauhkan ponselnya saat sahabatnya mulai berteriak heboh. "Iya. Sudah ya. Aku akan menghubungimu lagi." Gadis itu mematikan teleponnya sebelum Seongwoo semakin menyerangnya. Yeon Min tersenyum geli saat membayangkan wajah Sengwoo yang cemberut.

"Siapa yang telepon?" Daniel secara tiba-tiba muncul dan duduk di samping Yeon Min. Gadis itu mengambil satu botol minuman dari tangan Daniel dan menyeruputnya.

"Aku tanya, siapa yang telepon?" ucap Daniel sekali lagi. Saat ini dengan nada yang lebih dingin.

Yeon Min melirik pria bermata cokelat tersebut yang masih menatapnya intens. "Teman," jawabnya singkat.

"Aku tidak suka." Ada nada memerintah dan dominasi dari perkataan pria itu. Daniel tidak pernah menyukai momen dimana gadis di sampingnya menunjukkan ekspresi untuk orang lain. Kalian boleh panggil dia poseif, protektif atau apapun. Bagi Daniel, sebuah hukum yang mutlak untuk membahagiakan seorang Park Yeon Min, dan hanya dirinya yang bisa.

"Kau tadi tersenyum. Aku tidak suka kau membagi senyum untuk orang lain."

Yeon Min mengerutkan keningnya. "Kau berlebihan. Bagaimana bisa aku tidak tersenyum untuk sahabatku yang kukenal dari lahir. Kau bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dia." Perempuan itu jengah dengan sikap Daniel yang seperti singa marah karena teritorialnya diusik. Hal itu dengan bodohnya bisa menyebabkan desiran di jantung gadis itu. Dan dia tidak mau hal itu terjadi semakin sering.

Wajah Daniel mengeras. Ia menaruh kotak popcorn di kursi. Kini perhatiannya mengarah penuh kepada Yeon Min. Tangan pria itu mengelus pelan pipi gadis di sampingnya. Sorot matanya mulai melembut.

"Aku tidak akan minta maaf atas sikapku. Selama kau bersamaku, itu artinya secara penuh kau milikku. Senyum ini juga cuma milikku. Aku tidak suka berbagi, Park Yeon Min."

Gadis itu hanya menutup matanya dan memilih untuk menikmati usapan pelan namun posesif dari Daniel di pipinya. Percuma untuk melawan pemikiran pria itu saat keadaan seperti ini.

Tiga jam kemudian, kedua manusia tersebut sudah keluar dari bioskop dengan raut wajah yang berbanding terbalik. Daniel yang pucat dan berkeringat, Yeon Min yang tersenyum geli. Pria berbahu lebar tersebut menunjukkan wajah yang menyedihkan, seakan-akan rohnya telah dicabut bersama dengan film yang ditonton tadi. Daniel memang bukan tipe orang yang menikmati adrenalin karena makhluk astral. Bisa dikategorikan dia itu penakut.

Yeon Min benar-benar tertawa dan sesekali mengelus punggung Daniel. Berusaha menenangkan pria itu. Sebaliknya, Yeon Min sangat menikmati film maupun buku bertema horor, thriller, maupun yang berbau crime. Boleh dibilang film yang tadi mereka tonton memang memacu adrenalin dan bisa menghentikan detak jantung mereka di beberapa scene.

"Ayo kita makan ice cream. Aku butuh sesuatu yang manis untuk melupakan memori pahit yang baru saja terjadi," ucap Daniel. Kebetulan ia melihat satu kafe di pinggir jalan yang khusus menjual ice cream. Sebelum sampai di depan pintu kedai tersebut, Yeon Min menghentikan langkahnya.

"Tidak." Gadis itu menahan langkah Daniel. Pria itu menatap Yeon Min heran.

"Kau tidak mau makan ice cream?" tanya Daniel saat melihat raut wajah gadis itu menjadi tidak enak.

"Tidak di kedai itu. Aku mohon," jawab Yeon Min. Daniel hampir tersentak saat gadis di depannya mencengkram lengannya lebih kencang dan berbicara dengan nada memohon.

Secara impulsif, Daniel mendekatkan badannya ke arah Yeon Min dan mengelus kepala gadis itu pelan. Matanya tidak lepas menatap mata hitam gadisnya yang meredup. "Hei, tenang. Aku tidak akan memaksa. Kalau kau tidak mau ice cream, kita bisa mencari tempat lain." Daniel menarik tangan Yeon Min menjauh dari kedai tersebut. Berjalan tanpa harus menengok lagi ke belakang.

 

*************************

 

Yeon Min mengurut keningnya pelan. Daniel terkadang bisa bertingkah sangat menyebalkan. Setelah menonton bioskop, pria itu mengajak Yeon Min ke pusat perbelanjaan. "Kau pilih saja yang menurutmu menarik. Akan aku berikan untukmu." Pria itu mendorong gadisnya memasuki toko yang harga satu barangnya setara dengan satu unit motor.

Tentu saja gadis itu tidak menyukai sikap arogan yang Daniel tunjukkan. "Aku bisa membayar apapun yang aku mau. Tanpa bantuan darimu, Kang Daniel." Park Yeon Min adalah perempuan independen. Dia tidak suka berhutang ataupun bergantung kepada siapa pun.

Pria tersebut malah mendecakkan lidahnya. "Sudah aku bilang. Selama kau bersamaku, kau adalah tanggung jawabku. Tidak ada penolakan. Jangan berisik!" Daniel malah memberikan beberapa potong baju ke tangan Yeon Min untuk dicoba. Gadis itu menghela nafasnya dan menaruh kembali semua baju-baju tersebut ke tempatnya. Dia hanya mengambil satu kemeja dan satu dress yang mengambil perhatiannya.

"Aku yang bayar baju ini. Kalau kau mau tahu, aku juga tidak suka penolakan, Kang Daniel," ujarnya sambil memasuki ruang ganti. Meninggalkan pria yang sedang menyeringai puas atas jawaban perempuan itu.

"That's my girl," ujar pria itu sebelum berbalik dan meminta pelayan toko untuk membungkus beberapa set pakaian dan juga tas tanpa sepengetahuan Yeon Min. Sedikit kejutan tidak akan menyakitkan kan?

Tepat pukul sepuluh malam, Daniel sudah berada di depan pintu apartemen Yeon Min. Wajahnya kembali memelas dan menatap gadis itu sendu. "Aku tidak ingin pulang. Aku masih ingin di sini bersamamu," ucapnya sambil menggenggam tangan Yeon Min yang dingin.

Sesekali pria itu menggoyangkan tangan mereka berdua dengan tujuan merajuk. Yeon Min melepaskan genggaman tangan Daniel dan memindahkan telapaknya untuk menangkup pipi gembil pria itu. Satu langkahnya bergerak mendekat. Pria itu menyatukan kening mereka berdua.

"Pulanglah. Kau harus istirahat." Yeon Min mengucapkan kalimat singkat tersebut dengan amat lembut, membuat hati Daniel menghangat.

"Baiklah," Pria itu menjauhkan kepalanya dengan sangat pelan. "Kau juga harus istirahat."

Kali ini kedua tangan hangat Daniel yang menangkup pipi Yeon Min, dan membawa gadis itu ke dalam satu ciuman kening yang lama. Sampai pria itu merasa asupan wangi Yeon Min mampu membuatnya bertahan beberapa hari ke depan tanpa harus bertemu gadis di depannya.

Yeon Min memberikan senyuman hangatnya dan masuk ke dalam apartemen, tentu saja dengan membawa barang yang ia beli dan juga hadiah-hadiah dari Daniel. Setelah yakin bahwa gadisnya telah masuk ke apartemen dengan selamat, pria berbahu lebar itu melangkahkan kakinya menuju lift. Meninggalkan gadis dan mungkin hatinya yang dibawa bersamaan.

 

-To Be Continued-

 

Author's notes:

Masih ada yang nunggu cerita ini gak ya? hehehe

Maaf banget ya telat update. Gak tau kenapa lagi gak mood untuk bikin keju keju meleleh. Mau bikin angst aja bawaannya huhu. Makanya jadi lama update.

Terbayar yaaa sama kepribadian Daniel yang bertolak belakang, bisa manis banget tapi di detik kemudian bisa posesif banget.

Jangan hujat Yeon Min yaaa huhu. Dia memang punya alasan kenapa mati-matian gak bisa jatuh cinta sama Daniel.

Selamat menikmati momen-momen manis sebelum negara api menyerang huahahaha.

Terima kasih untuk waktu, kritik dan masukkan buat cerita ini. Sayang kalian!

with love, Van.

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f6e6b6c32314664316d6841666d513d3d2d3536393637393936352e313532633933616538623632636337653834393332313032323934352e6a7067

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
gaofushuai #1
Chapter 4: I’ve been missing you so much!
Di manakah anda dear author-nim ㅠㅠ
Dedes_destry #2
Chapter 5: Update plisss :( masih nunggu pokoknya sampe mereka jadian..
gaofushuai #3
Chapter 5: Kangen Yeon Min sama Daniel.. TT___TT
gaofushuai #4
Chapter 5: Huwaaaa~~
Tentu dong ditunggu tunggu!
Sudah meleleh ke mana mana rasanya
Sepertinya habis moment manis manis bakal datang momen angst?
Sedikit masa lalu YeonMin (?)
gaofushuai #5
Chapter 4: Update yang paling ditunggu tunggu!
Can we get to see the next chapter sooner ?
Can’t wait already to see their next date!
nuneo2590 #6
Chapter 3: Acckk so in love with this kind of story!
Keep updating yaa

Btw ga coba nulis di wttpd? Pasti bakal lebih ramee disana
gaofushuai #7
Chapter 3: Can we have both ?
y yet fluffy Daniel. XD

Thank you for this long and intense chapter.
I almost hold my breath when reading it.
It’s so intense between Yeon Min and Daniel!

Keep up the good work!
Gonna anticipating for next!
Love!
gaofushuai #8
Chapter 2: Hi!
Nice story!
One of kind of friends with benefit theme.
I love their skinship together. It’s just so natural even they’re just friend with benefits with mustn’t fall for each other.
Will be anticipating the upcoming story.

Sorry, but I just feel much easier and natural for me to commenting on english as usual how I comment at here.
You made this story written beautifully.
Keep up the good work!