Chapter 4 - The Baseball Date

FRIENDS WITH BENEFITS

Hai! Chapter kali ini sangat fluffy. Awas gumoh.

Happy reading! Jangan lupa tinggalin jejak ya! Love!

 

********************

 

Ting tong!  Yeon Min mengerutkan keningnya, saat suara bel apartemennya terdengar nyaring. Bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali, memberikan efek pusing kepada gadis yang bangun secara paksa tersebut. Tangan gadis itu mengambil ponselnya yang terletak di bawah bantal. Sumpah serapah keluar dari bibirnya, saat melihat angka 07.04 di layar ponselnya. For God's sake, ini masih sangat pagi.

Sekali lagi suara bel terdengar. Yeon Min membenamkan wajahnya di bantal dan mengerang pelan. Ingatkan dia untuk menendang orang yang dengan kurang ajar mengganggu tidur nyenyaknya. Gadis itu benar-benar ingin melempar sandal rumah yang dia gunakan saat melihat wajah laki-laki di hadapannya yang sedang tersenyum lebar. "Kau benar-benar mau mati ya? Ini baru jam tujuh pagi, Kang Daniel!"

Berbeda dengan Park Yeon Min, Daniel bahkan tidak bisa tidur sejak tadi malam. Badan besarnya berkali-kali berganti posisi, membuat seprai dan selimutnya berantakan. Ia benar-benar tidak sabar menghabiskan dua hari liburnya untuk pergi bersama Yeon Min. Mereka melakukan perjanjian setelah insiden ruang ganti kemarin. Biar adil, di hari pertama mereka akan mengikuti kemana pun dan aktivitas apa pun yang Daniel mau, dan hari kedua Daniel harus mengikuti apa pun keinginan Yeon Min.

Ingat! Dua hari ini mereka jalan-jalan hanya sebatas teman. Bukan sebuah kencan.

Maka dari jam 6 pagi, berbekal semangat membara, Daniel sudah siap di parkiran mobil apartemen Yeon Min. Dia tahu ini masih sangat pagi, tapi jangan salahkan hormon berlebih Daniel yang membuat dia begitu semangat. Tepat di angka 07.00 akhirnya Daniel memutuskan untuk berlari ke depan pintu apartemen Yeon Min. Dia memencet bel tanpa ampun. Kekehan geli keluar dari bibirnya. Dia membayangkan bahwa saat ini Yeon Min pasti sedang menyumpahinya dengan kata-kata tidak senonoh.

Senyum di bibir Daniel melebar saat gadis itu muncul di depan matanya, persis seperti bayangannya tadi. Sang objek di hadapannya memakai kaos kebesaran yang memperlihatkan pundak mulusnya, dengan celana tidur setengah paha. Rambut sebahu gadis itu terlihat berantakan membuat Daniel ingin sekali merapikan setiap helainya. Wajahnya terlihat polos tanpa riasan, matanya masih setengah terpejam dan mengerjap lucu sebelum akhirnya gadis itu berteriak. "Kau benar-benar mau mati ya? Ini baru jam tujuh pagi, Kang Daniel!"

"Selamat pagi juga, sayang," ujar pria tersebut sambil mendorong badan Yeon Min dan menutup pintu di belakang punggungnya.

"Dasar orang gila! Bisakah lain kali tidak usah memencet bel seakan-akan kau sedang dikejar pembunuh," rutuk Yeon Min sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi, berniat untuk mencuci wajahnya dan sikat gigi.

Daniel kembali tertawa tanpa dosa dan mengikuti langkah Yeon Min ke kamar mandi. "Ada satu cara yang bisa membuatku tidak perlu menekan bel apartemenmu lagi," ujar pria itu dengan nada usil. Yeon Min yang saat ini sedang menyikat giginya menatap Daniel dari cermin. Pria tersebut terlihat nyaman berdiri di pintu sambil menyenderkan punggungnya, menatap balik Yeon Min dengan sirat mata yang begitu menyebalkan. "Kau tinggal memberi tahu password apartemenmu supaya aku bisa masuk dan membangunkanmu setiap pagi."

Park Yeon Min terbatuk, sepertinya odol di mulutnya tertelan secara tiba-tiba. Gadis itu melemparkan tatapan tajam kepada laki-laki yang masih saja tertawa keras sambil menepuk-nepuk perutnya. Dalam pikirannya, Yeon Min mungkin sudah membunuh Daniel berkali-kali.

Tanpa menghiraukan pria beruang yang masih tertawa puas, gadis itu membasuh wajahnya dengan air dingin, mengoleskan sabun dan membilasnya. Sambil terpejam, tangannya mencari handuk kecil yang sepertinya ia taruh di sebelahnya. Keningnya berkerut saat tidak bisa menemukan benda tersebut.

Gadis itu membuka matanya, namun tetap kegelapan yang menyapanya, ditambah dengan udara hangat tanda seseorang berdiri terlalu dekat di depannya. Daniel mengelap wajah Yeon Min yang basah dengan handuk kecil di tangannya. Pria itu sepertinya punya masalah dengan ruang personal, karena ia selalu menikmati saat dirinya berada di ruang teritorial Park Yeon Min. Daniel menikmati jarak dimana ia bisa menghirup aroma gadis itu, melihat pucuk kepala Yeon Min yang menggemaskan, dan seperti saat ini dirinya bisa bebas memperhatikan warna keunguan di leher gadis itu yang sekarang terlihat samar.

Iya. Dia yang menciptakan warna kontras di leher Yeon Min kemarin.

"Berhenti mengusap wajahku, Kang Daniel." Yeon Min memundurkan kepalanya. Pria di hadapannya tersenyum lembut dan menaruh handuk yang digunakan tadi di atas kepala Yeon Min. Kini tangannya yang bebas menarik pinggang gadis itu mendekat. Daniel mencium pucuk hidung Yeon Min dengan gemas.

"Terima kasih untuk morning kiss-nya," ujar Daniel sebelum badan besarnya meninggalkan Yeon Min yang berdiri kaku di depan wastafel kamar mandinya.

 

*****************

 

Setelah sarapan (dengan rengekan pria itu yang memohon-mohon untuk dibuatkan nasi goreng dan telur dadar) Yeon Min berhasil mandi (tentu saja sambil menendang Daniel yang berusaha untuk ikut masuk ke kamar mandinya). Gadis itu memakai celana pendek denim dan kaos abu-abu tanpa lengan. Ia merias wajahnya tipis, menyemprotkan parfum beraroma stroberi ke leher, pergelangan tangan dan bajunya. Setelah puas dengan tampilannya, gadis itu tersenyum dan menghampiri Daniel yang masih menonton film kartun.

"Aku sudah siap," ujar gadis itu. Daniel mengalihkan wajahnya dari tv ke wajah Park Yeon Min. Secara refleks, Yeon Min menggigit bibir bawahnya. Menunggu pujian dari bibir pria di depannya. Setelah beberapa detik, akhirnya Daniel bersuara.

"Ganti bajumu." Hati Yeon Min mencelos. Apakah pria itu tidak menyukai penampilannya?

"Ganti dengan jersey ini." Daniel melemparkan baju putih ke tangan Yeon Min yang ditangkap dengan susah payah. Gadis itu melempar kembali baju di tangannya dan mendarat di atas kepala Daniel.

"Tidak mau."

Pria itu kini mengalihkan atensinya secara sempurna kepada gadis yang sedang menghentakkan kakinya. Menggemaskan, batin Daniel. "Cepat ganti dengan dengan baju ini. Aku sudah membelinya untukmu. Dan tidak ada penolakan. Hari ini aku adalah raja, jadi kau harus mengikuti ucapanku." Pria bermarga Kang tersebut secara paksa mendorong tubuh Yeon Min untuk kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya.

"Kenapa tidak kau kasih bajunya daritadi?" teriak Yeon Min dari balik pintu.

Daniel tersenyum dan menjawab, "Lupa."

Yeon Min menggeram dan memukul pintu sekencang dia akan memukul kepala Daniel nanti.

Gadis itu kini telah berganti baju. Keningnya mengkerut dan memandangi Daniel lalu juga baju yang dia kenakan secara berulang kali. "Hei! Bajuku sama dengan yang kau pakai!" teriak Yeon Min. Dia baru sadar bahwa pria di depannya menggunakan jersey baseball putih yang sama dengan dirinya, hanya ukurannya jauh lebih besar.

Daniel menggeleng. Dia berjalan mendekati Yeon Min dan sedetik kemudian memakaikan topi hitam di kepala gadis tersebut. Ia tersenyum puas dan mengangguk. "Sekarang baru sama!"

Hari ini agenda jalan-jalan mereka berdua adalah menonton pertandingan baseball di Jamsil Stadium. Yeon Min bisa menangkap sinyal bahagia dari pria di sebelahnya. Daniel menyetir mobil dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya, sesekali ia menaikkan volume jika ada lagu yang dia suka dan bersenandung kecil. Demi Tuhan, gadis itu bahkan seperti terkena virus Daniel karena tanpa sadar dirinya juga menjadi begitu bersemangat, mengingat Daniel telah merusak paginya dan menculiknya untuk seharian menonton pertandingan olahraga secara langsung di stadion.

Yeon Min tidak menyukai baseball, dia lebih suka menonton pertandingan sepakbola, lebih jelasnya dia lebih senang menonton orang yang memainkan bola sepak. Ayolah, siapa yang bisa menolak pesona pemain internasional seperti David Beckham maupun Christiano Ronaldo?

"Siapa yang akan bertanding hari ini?" tanya Yeon Min disela-sela dirinya menyanyikan lagu Coldplay yang terdengar dari radio mobil Daniel.

"Kia Tiger vs Doosan Bears," jawab Daniel. Gadis itu mengangguk pelan. Walaupun dirinya tidak mengikuti perkembangan baseball tapi dia tahu bahwa dua tim yang disebutkan Daniel tadi adalah rival bebuyutan. Dua tim yang menduduki klasemen tertinggi di Kejuaraan Baseball Korea Selatan.

"Kamu dukung siapa?" tanya Yeon Min.

Daniel mengerutkan dahinya. "Tentu saja Kia Tigers! Tim terbaik sepanjang masa. Kau bahkan tidak perlu menanyakan pertanyaan bodoh tadi untuk tahu jawabannya."

Yeon Min mengerucutkan bibirnya. Siapa yang tidak sebal dibilang bodoh. "Kalau begitu aku akan mendukung Doosan Bears." Daniel menatapnya tidak percaya. Bola matanya hampir keluar dan mulutnya tidak berhenti menganga.

"TIDAK BOLEH! Kau nonton bersamaku. Jadi kau harus mendukung Kia Tigers!" Yeon Min menutup telinganya, tidak ingin mendengar rengekan bayi besar yang sedang marah-marah di sebelahnya. Padahal dalam hatinya, ia tertawa geli.

Tidak sampai tiga puluh menit, mobil mereka sudah sampai di parkiran Stadion Jamsil. Yeon Min menatap pemandangan di sekitarnya dengan horror. Ribuan orang berlalu-lalang, gadis itu bahkan tidak bisa melihat lagi warna jalanan karena dipenuhi dengan manusia. Tubuh Yeon Min menegang saat merasakan sentuhan di tangannya. Tenryata hanya seorang Daniel yang menggenggam tangannya. Ia pun membalas senyuman pria tersebut.

"Jangan jauh-jauh dariku," Daniel menarik Yeon Min menjauhi mobil dan mulai masuk ke pelataran stadion.

Gadis yang digenggam tangannya tertawa singkat dan menaikkan alisnya. "Kenapa memangnya? Takut kehilangan ya?"

Daniel menghentikan langkahnya. Ia melemparkan seringai miringnya dan berbisik di telinga Yeon Min, berusaha untuk mengalahkan suara-suara di sekitar mereka. "Mau bertaruh? Aku sangat yakin akan kemampuanku untuk menemukan dirimu di manapun kau berada."

Gadis itu hanya menatap Daniel datar. Ia sedang berada dalam mode mematikan perasaan. Daniel dan bibir manisnya memang berbahaya, Yeon Min tahu akan hal itu. Makanya ia tidak pernah memasukkan ke hati setiap perkataan pria tersebut. Jika goyah sedikit maka perasaan miliknya hanya akan menjadi mainan pria itu, dan dia tidak ingin hal tersebut terjadi.

"Sekarang sudah siang. Kau mau makan apa?" tanya Daniel. Perempuan itu melemparkan tatapannya ke penjuru tempat. Telunjuknya dipakai untuk mengetuk bibirnya dan dahinya mengkerut bingung. Sekali lagi dia hampir terperanjat saat pria beruang di sampingnya menarik badannya ke dalam rengkuhan besar.

"Kenapa sih kau sangat menggemaskan!" Seru Daniel sambil memutar badan Yeon Min ke kiri dan ke kanan dengan gemas dalam pelukannya. Gadis itu memutar bola matanya dan mencoba keluar dari pelukan pria berbahu lebar.

"Ih lepaskan! Panas Kang Daniel!" teriaknya.

"Hah panas? Aku bahkan belum melakukan apapun tapi kau sudah kepanasan?" cengir pria itu tanpa dosa. Yeon Min langsung membalas ucapan tidak senonoh tersebut dengan pukulan cinta di belakang kepala Daniel. Yang dipukul hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan mengusap tengkuknya yang berdenyut.

"Dasar beruang mesum. Sudahlah aku mau makan!" ucap Yeon Min sambil melangkah pergi. Daniel langsung kelabakan dan menahan gerakan gadis itu.

"Kau mau makan apa? Biar aku yang belikan, kau tunggu di sini."

"Hot Dog  & Beer  terdengar enak. Popcorn untuk di dalam nanti. Ah! Aku juga mau churros." Daniel terkekeh saat melihat gadis di depannya menyebutkan nama-nama makanan dengan mata berbinar. Entah kenapa dia merasa bahwa hari ini Yeon Min menjadi begitu manis. Tidak sedingin dulu dan lebih ekspresif. Apa karena hari ini merupakan kencan pertama mereka? Kencan? Ya mungkin hanya Daniel yang menganggap begitu. Kalau kelepasan bisa gawat, Yeon Min bisa saja benar-benar pergi seperti isi kontrak mereka.

"Oke! Tunggu di sini dan jangan kemana-mana." Pria itu berlari menuju food truck setelah mengacak pelan rambut Yeon Min. Gadis tersebut merengut dan membenarkan tatanan rambutnya lagi sambil duduk di bangku kosong. Ia mengeluarkan ponsel dari kantongnya sekedar untuk membuang waktu. Kalau boleh jujur daritadi Yeon Min menahan rasa sesak di dadanya. Dia tidak menyukai tempat yang begitu ramai seperti konser, stadion olahraga, dan bandara.

Tuk! Sebuah bola baseball menggelinding ke arah kakinya. Yeon Min mengangkat wajahnya dan mencari-cari siapa pemilik bola tersebut. Bibirnya tersenyum saat melihat seorang anak laki-laki yang menggunakan jersey dan topi kebesaran, menarik baju ibunya dan menunjuk-nunjuk ke arah dirinya. Ia berdiri hendak menghampiri anak tersebut. Tepat sebelum gadis itu sampai ke tempat anak kecil tersebut, ada sebuah teriakan bahwa loket tiket telah terbuka. Otomatis semua orang melangkah ke satu tempat yang sama.

Mata Yeon Min membulat sempurna saat dirinya terjebak di antara lautan manusia. Badannya terhempas ke kiri dan ke kanan karena gerakan orang-orang. Jantung gadis itu mulai berpacu cepat. Bola baseball di tangannya terlepas dan entah menggelinding kemana. Ia berusaha untuk keluar dari kerumunan tersebut, tapi kekuatannya seperti menghilang. Nafasnya memburu, kepalanya mulai terasa pening saat teriakan-teriakan memasuki gendang telinganya. Ia menutup kedua telinganya dengan tangan dan memejamkan matanya, tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihatnya aneh. Suara bising tersebut kini terganti dengan satu pekikan yang menulikan indera pendengarannya. Kakinya melemah saat beberapa memori terlintas kembali di otaknya. Memori kelam yang sudah ia bungkus rapi dan lama tidak tersentuh.

"Min..." Sebuah suara halus muncul di antara pekikan gaduh di telinganya. "Yeon.. Min.." Namanya. Dia tahu suara itu menyebutkan namanya. Sebelum terhempas sempurna ke tanah, sepasang lengan kokoh menangkap tubuhnya. Gadis itu tetap dengan posisinya, kedua mata yang terpejam dan sepasang tangan yang menutup telinganya. Tubuhnya bergetar hebat dan ada sebulir airmata keluar dari kelopak matanya. Pemandangan itu jelas membuat panik laki-laki yang menopang Park Yeon Min. Dia meninggalkan gadis itu kurang dari 10 menit tetapi keadaan Yeon Min sudah begitu parah.

"PARK YEON MIN!" Teriaknya, berusaha untuk mengembalikan kesadaran gadis itu. Orang yang dipanggil tetap tidak bergeming, masih bergetar ketakutan.

"Seong... Woo.." Daniel memicingkan matanya. Mencoba mendengar apa yang dikeluarkan bibir pucat Yeon Min.

"Woo.. Kenapa.. Hyun..." Dahi Daniel kembali mengkerut, tanda tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Yeon Min.

Mengesampingkan rasa bingungnya, pria itu menggendong Yeon Min dan duduk di kursi kosong. Dekapannya semakin erat, berusaha untuk menenangkan gadis di hadapannya. "Yeon Min tenanglah. Ini aku Daniel. Kau sudah aman." Tangan Daniel terus menerus mengelus punggung Yeon Min dengan harapan bisa mentransfer rasa nyaman.

Daniel? Yeon Min secara perlahan membuka matanya. Pandangannya beradu dengan bola mata hitam Daniel yang sarat akan sorot panik. Bibir pria itu tertarik sedikit, melemparkan senyum tipis yang begitu teduh. Detik itu juga, Yeon Min merasa aman dan berpengaruh terhadap badannya yang sudah tidak lagi bergetar ketakutan.

"Aku... Aku lapar." Daniel tertawa saat mendengar kata pertama yang diucapkan perempuan di pelukannya. Ia menurunkan Yeon Min dari pangkuannya dan menggeser badannya.

"Ini aku sudah membeli semua pesananmu. Makan dulu, baru kita masuk." Daniel menyerahkan sekaleng beer dingin dan juga hot dog kepada Yeon Min, sedangkan untuk dirinya ada setangkup hamburger dan juga kentang goreng. Gadis itu menghela nafas pelan saat tahu kalau Daniel tidak menginterogasi dirinya karena kejadian tadi. Pria tersebut bukannya tidak peduli, tapi ia tidak akan memaksa Yeon Min untuk bercerita. Biarlah ia menunggu sampai gadis itu benar-benar siap. Beruntung ada satu hal yang dia pelajari, bahwa tidak akan pernah seorang Kang Daniel meninggalkan Park Yeon Min sendirian di tempat ramai.

 

*************************

 

Kini Yeon Min dan Daniel sedang mengantri masuk ke dalam bagian VIP. Sebagai anak dari pemimpin perusahaan media terbesar di Korea Selatan memberikan keuntungan tersendiri bagi Daniel. Ia tidak perlu sibuk berebut untuk membeli tiket, karena dia selalu dapat tiket gratis untuk menonton baseball, bahkan mendapatkan tempat duduk paling strategis.

Tetap saja untuk masuk ke stadion mereka harus mengantri. Berkaca dari pengalaman, kini tangan Daniel sudah aman bertengger di pinggang Yeon Min. Merangkul gadis itu dari belakang. Membuat gadis itu tersenyum kecil karena merasakan gestur terlindungi dari pria beruangnya. Terkadang Daniel meletakkan kepalanya di puncak kepala Yeon Min, seringkali ia juga melayangkan kecupan-kecupan ringan di situ. Ia tetap berbicara dengan semangat, mencoba menceritakan kehebatan tim favoritnya kepada Yeon Min.

Daniel sadar bahwa Yeon Min tidak banyak bersuara sejak kejadian tadi, akhirnya dia yang memutuskan untuk lebih banyak bercerita. Sepanjang mereka mengantri, Daniel sengaja tidak melepaskan pelukannya di pinggang Yeon Min. Matanya menatap nyalang ke arah pria-pria yang dengan terbuka melirik ke arah gadisnya. Terkadang ia mengeratkan pelukannya dan mencium puncak kepala Yeon Min sebelum menyeringai ke arah serigala-serigala lapar tersebut. She is MINE! Begitulah kira-kira sinyal yang dilemparkan Daniel ke seluruh kaum adam di sana. Ia juga berusaha supaya tidak ada yang menganggu ruang personal Park Yeon Min. Daniel tidak ingin gadis itu panik lagi.

Ternyata benar, tempat duduk mereka berdua begitu strategis. Daniel memberikan sekantong churros cokelat ke tangan Yeon Min dan memesan popcorn kepada penjual yang berkeliling kursi penonton. Sebelum pertandingan dimulai, ternyata ada event spesial yaitu lemparan pertama yang dilakukan oleh idol perempuan. Bintang tamu untuk hari itu adalah Seolhyun AOA. Idol yang sedang naik daun. Kalian bisa belihat wajahnya di berbagai media. Tentu saja stadion bergemuruh saat idol tersebut memasuki lapangan dan melayangkan lambaian tangan ke penonton.

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f4c69616a6776766543324a6a48413d3d2d3536363930373331302e313532393462616537623166346333343630303339323034383636302e6a7067

 

Yeon Min melirik ke arah Daniel yang sedang berkutat dengan ponselnya. "Daniel! Kau tidak mau melihat Seolhyun?" ucap Yeon Min sambil mengguncangkan pundaknya. Pria itu melemparkan tatapannya ke arah lapangan namun dua detik kemudian kembali menatap ponselnya.

Gadis itu menatap Daniel heran. "Niel... Kau normal kan?" tanya Yeon Min.

Daniel memicingkan matanya, "Maksudnya?"

"Seolhyun itu cantik dan badannya bagus. She's y as hell. Tapi kau bahkan tidak tertarik melihat Seolhyun. Aku kira semua laki-laki tergila-gila dengan dia." Daniel hanya mengendikkan bahunya dan menatap malas ke arah lapangan.

"Sudah bosan aku melihatnya. Lagipula aku lebih senang melihat dan menyentuh badanmu." Dengan jahil pria itu meremas paha Yeon Min, tentu saja dia harus menerima pukulan di lengannya sehabis itu.

Tidak lama kemudian pertandingan dimulai. Jangan tanya bagaimana Yeon Min saat ini. Ia hanya menatap laki-laki yang dengan hebohnya berteriak dan bertepuk tangan. Mau tidak mau gadis itu memperhatikan jalannya pertandingan. Hari itu Kia Tigers dan Doosan Bears bermain dengan sama kuatnya. Yeon Min tidak bisa menahan tawanya saat melihat Daniel menggigit topi hitam miliknya dengan alis yang terpaut. Belum lagi saat Daniel berteriak frustasi dan menjambak rambutnya sendiri ketika melihat pemain Kia Tigers gagal berlari ke base 1 di saat-saat genting.

Daniel menyenderkan punggungnya ke kursi. Tubuhnya terasa begitu lelah. Bagaimana tidak? Sepanjang pertandingan berlangsung, ia heboh sendiri berteriak, melompat-lompat dan bertepuk tangan. Untung saja ada waktu istirahat. Sebuah botol dingin mendarat di pipi pria itu. "Capek kan?" tanya Yeon Min sambil tersenyum manis.

Daniel mengambil botol tersebut dan menenggak habis isinya. Keduanya kini kembali mengobrol. Tanpa disadari sebuah kamera mengarahkan lensanya tepat ke wajah mereka dan sedetik kemudian menayangkannya di layar televisi besar stadion. Yeon Min mengerutkan keningnya saat orang-orang di sekitarnya menatap dirinya dan bersorak gembira. Daniel juga terlihat bingung, namun tak lama keluar senyuman jahil di wajahnya.

Kiss Cam adalah hiburan bagi para penonton baseball. Orang yang secara random disorot kamera harus melakukan ciuman. Baik pasangan kekasih maupun bukan. Dan kali ini wajah Daniel dan Yeon Min terpampang dengan begitu jelas di layar. Yeon Min melayangkan tatapan protes saat Daniel menarik pinggangnya, mendekatkan badan mereka berdua.

"Apa yang kau lakukan? Mereka sedang menyorot kita," bisik gadis itu sambil berusaha melepaskan pelukan Daniel.

"Justru karena mereka semua melihat kita, kau harus menerima ciuman dariku." Masih dengan senyuman menyebalkan, pria itu mengeliminasi jarak di antara kedua wajah mereka. Yeon Min yang merasakan hembusan nafas hangat dari hidung Daniel secara refleks menutup matanya. Menunggu langkah apa yang diambil Daniel, mengingat adanya perjanjian untuk tidak berciuman bibir di antara mereka berdua.

Jantung Yeon Min semakin berdebar saat ia merasakan bibir daniel menyapa kulit wajahnya. Bukan di bibir melainkan di kening gadis itu, lalu turun ke hidung, ke pipi kanan, pipi kiri, dagu, dan berakhir di ceruk leher Yeon Min. Orang-orang bersorak saat melihat adegan tersebut. Untuk kepentingan bersama, kamera akhirnya berganti menyorot pasangan selanjutnya.

Daniel tetap tidak berpaling dari leher Yeon Min, tapi ia terkekeh saat melihat puncak telinga gadis itu memerah. Menandakan bahwa dirinya begitu malu. Gadis itu ikut membenamkan wajahnya di pundak Daniel. Wajahnya semerah tomat, mengingat hampir saja Daniel menandai dirinya di hadapan semua orang dalam stadion. "Aku pernah bilang kan kalau wajah malu milikmu sangat menggemaskan," ucap Daniel sambil mengaitkan jemari mereka berdua. Pria itu membawa telapak tangan Yeon Min ke bibirnya dan menciumnya dengan lembut. Ia tidak melepaskan tangannya hingga pertandingan baseball tersebut selesai.

 

********************

 

Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam saat Daniel menghentikan mobilnya di depan apartemen Yeon Min. Setelah puas menonton pertandingan baseball yang dimenangkan oleh tim kesayangan Daniel, mereka berdua menyempatkan diri ke restoran pizza dan menghabiskan waktu di sana. "Yeon Min-ah." Daniel membuka kaca bagian kursi penumpang. Mendengar namanya dipanggil, gadis yang sudah mau masuk ke dalam gedung mengurungkan niatnya dan menunduk.

"Terima kasih untuk hari ini. Sampai ketemu besok. Dan jangan lupa untuk mengunci pintu kamarmu sebelum tidur," ucap Daniel. Gadis itu tersenyum singkat dan menganggukkan kepalanya.

"Sama-sama. Hari ini... Menyenangkan." Mendengar ucapan malu-malu gadis di depannya membuat Daniel tersenyum lebar, memamerkan gigi kelinci kebanggaannya. Ia menutup jendela mobilnya, namun tertahan saat Yeon Min mengetuk kacanya.

"Ada apa?" tanya Daniel heran.

"Besok kau tidak usah menjemputku. Jangan menganggu waktu tidurku lagi. Akan aku beritahu besok kita kemana. Pokoknya jangan datang ke apartemenku. Awas saja!" ancam Yeon Min sambil berjalan masuk menuju gedung apartemen tanpa berencana untuk melihat Daniel lagi.

 

 

-To Be Continued-

 

 

Danielnya dua chapter ini aku bikin gemas-gemas protektif dulu yaaaa. Jangan tagih aku Niel versi daddy.

bocoran: di chapter ini udah mulai bahas sedikit masa lalu Yeon Min. Tapi sedikit aja jangan banyak banyak hehe.

Maaf ya kalau chapter ini ngebosenin. 1 atau 2 chapter lagi baru mulai masuk ke konflik berat. Prepare yourself!

Edited: Vankyu akan post satu fanfic baru lagi. Genre-nya fantasy, thriller, and dark. Pemeran utamanya Ong Seongwoo. 

Pertanyaannya... Should I break my limit to make my first Ongniel story within this idea? 😈

Kritik, saran dan masukkan kalian Vankyu tunggu yaaa.

 

LOVE!

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f664637305f465072686e6e4444513d3d2d3536363930373331302e313532393463343038343137303239383134383334323130363331322e676966

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f574d6253766a6562754c577763513d3d2d3536363930373331302e313532393463343237663136323062393533393236323931313036352e6a7067

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
gaofushuai #1
Chapter 4: I’ve been missing you so much!
Di manakah anda dear author-nim ㅠㅠ
Dedes_destry #2
Chapter 5: Update plisss :( masih nunggu pokoknya sampe mereka jadian..
gaofushuai #3
Chapter 5: Kangen Yeon Min sama Daniel.. TT___TT
gaofushuai #4
Chapter 5: Huwaaaa~~
Tentu dong ditunggu tunggu!
Sudah meleleh ke mana mana rasanya
Sepertinya habis moment manis manis bakal datang momen angst?
Sedikit masa lalu YeonMin (?)
gaofushuai #5
Chapter 4: Update yang paling ditunggu tunggu!
Can we get to see the next chapter sooner ?
Can’t wait already to see their next date!
nuneo2590 #6
Chapter 3: Acckk so in love with this kind of story!
Keep updating yaa

Btw ga coba nulis di wttpd? Pasti bakal lebih ramee disana
gaofushuai #7
Chapter 3: Can we have both ?
y yet fluffy Daniel. XD

Thank you for this long and intense chapter.
I almost hold my breath when reading it.
It’s so intense between Yeon Min and Daniel!

Keep up the good work!
Gonna anticipating for next!
Love!
gaofushuai #8
Chapter 2: Hi!
Nice story!
One of kind of friends with benefit theme.
I love their skinship together. It’s just so natural even they’re just friend with benefits with mustn’t fall for each other.
Will be anticipating the upcoming story.

Sorry, but I just feel much easier and natural for me to commenting on english as usual how I comment at here.
You made this story written beautifully.
Keep up the good work!