chapter 3

BELIEVE

Chapter 3

 

Seorang pria sedang serius menatap tabel-tabel laporan di laptopnya, sejak pagi hingga menjelang istirahat siang, dia tak beranjak dari tempat duduk panasnya. Tertulis nama “CEO JESSE JUNG” di meja kerjanya.

“Sampai kapan kau berkutat pada tabel sialan itu, hah?” ujar pria berambut coklat dengan mimik muka dingin.

“Astaga Hyung! Kau mengagetkanku! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?!” Jesse kaget, tiba-tiba kakaknya sudah berdiri didepannya.

“Aku sudah mengetuk pintu adikku tersayang! Tapi kau malah asik dengan tabel sialan itu.”

“Jaga mulutmu, Direktur. Aku melakukan ini juga demi perusahaan kita.” Sahut Jesse dingin.

“Aish kau ini! Aku saja direktur perusahaan ini tidak sesibuk itu. Tak seperti biasanya kau jadi penggila kerja. Ada apa, Jesse?” kata Jung Il Woo sambil duduk di sofa.

Jesse menghela nafas, lalu mendekat ke kakaknya itu. “Aku hanya merindukan Yoong. Kau tahu, ruanganku sepi tanpa celotehannya. Apalagi setiap aku pulang kerja, dia sudah tidur di kamarku. Aku sangat rindu tawanya, hyung.” Ucapnya sambil memejamkan mata.

“Kau sendiri meninggalkannya dirumah bersama istrimu. Oh ayolah Jesse, ini baru tiga hari tanpa Yoong. Lagipula kau juga sudah ada Tiffany, jadi biarkan dia melakukan perannya menjadi istri dan ibu yang baik.” Il Woo mengusap bahu adiknya.

“Ya aku tahu, hyung, Tiffany bersikeras ingin Yoong dirumah bersamanya. Dan aku sekarang sudah punya istri, tapi aku masih asing dengannya.”

“Kau masih mengingat masa lalumu itu?” Tanya Il Woo. Jesse menjawab dengan anggukan kepala.

“Hm, itu sudah lama Jesse, beberapa tahun lalu. Tiffany sudah lulus sekolah, dan terlihat dewasa di umurnya yang ke 18. Berilah kesempatan untuknya, Jesse. Jangan anggap dia tamu dirumahmu. Tidurlah sekamar dengannya, dan buat adik untuk Yoong, hahahahaha..” Il Woo tergelak dengan ucapannya sendiri.

Jesse langsung melototi kakaknya.

“Maaf-maaf.. Tapi aku serius dengan ucapanku tadi. Ini demi anakmu juga, Yoong. Apa kau ingin Yoong melihat daddy dan mommy tidak berhubungan baik? Lama-kelamaan Yoong akan tumbuh dan mulai mengerti, Jesse. Buang egoismu untuk Yoong. Ingat janjimu pada Taeyon dan Sunny. Prioritasmu sekarang bukan hanya Yoong saja, tapi Tiffany juga. Paman Chansung sangat percaya padamu. Beliau tak akan mungkin memberikan anak emasnya pada pria sembarangan.” Jelas Il Woo panjang lebar.

Jesse terdiam dan berfikir, dalam hati ia membenarkan perkataan kakaknya.

“Ya aku setuju pendapatmu. Lalu aku harus bagaimana sekarang?”

Il Woo tersenyum mendengarnya, itu berarti Jesse mau membuka hatinya untuk istrinya. “Kau ini seperti baru pertama kali pacaran saja..” Jesse mendengus kesal mendengar ejekan kakaknya itu.

“Yang harus kau lakukan hari ini adalah bicaralah baik-baik dengan Tiffany nanti ketika pulang kerja. Bicaralah dari hati ke hati, jangan dingin seperti biasanya.” Lanjut Il Woo tenang.

“Baiklah, aku kan bicara dengan Tiffany. Lalu apa lagi?”

“Itu saja, dan jangan lupa setiap hari bawakan bunga untuknya.” Jawab Il Woo

“Bunga? Untuk apa?” tanya Jesse polos.

“Bodoh! Kau ini tak peka apa??? Wanita mana yang tak suka dengan bunga. lagi pula itu menandakan kau menghargai Tiffany sebagai istrimu. Mengerti?” Seru Il Woo.

“ Ya aku mengerti, nanti aku mampir ke toko bunga. Semoga dia masih suka bunga itu.” Kata Jesse kemudian beranjak menuju pintu ruangannya.

“Good! Eh kau mau kemana Jesse????” tanya Il Woo penasaran.

“Jelas pergi makan siang, hyung!” jawab Jesse sambil membuka knop pintu lalu pergi.

“Aish beraninya dia berteriak kepadaku, dasar bodoh. Hai Jesse! aku ikut!” seru Il Woo mengejar dan mengikuti Jesse.

.

.

.

.

.

Jeti house

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Tiffany menonton saluran tivi, namun tak fokus, sering kali diliriknya pintu depan rumahnya menunggu seseorang membukanya, namun tetap tertutup. Dia menjadi gelisah, suaminya selalu pulang sebelum makan malam, karena Jesse tak pernah melewati makan malam. Meski Jesse dingin dengannya namun dia selalu menghargai masakan Tiffany.

Ceklek

Bunyi pintu terbuka, Tiffany langsung berlari kearahnya.

“ Aku pulang, Tiffany..” suara berat itu membuat Tiffany mematung sesaat lalu menjawab “Se- selamat datang Jesse-shi..” Jawab Tiffany gagap. Baru kali Jesse mengucapkannya setelah sepuluh hari menikah.

Jesse berjalan dua langkah mendekati Tiffany yang masih terkejut.

“Ini untukmu Tiffany...” Tiffany terbelalak ketika Jesse memberikan bunga kesukaannya. “Em, aku kira kau masih suka mawar, jadi..eem...jadi aku mampir...eem, untuk itu..” Racau Jesse yang kaku dan salah tingkah. Karena bingung mengatakannya.

Dihirupnya mawar pemberian suaminya, dan tersenyum bahagia. Tiffany tak menyangka Jesse masih ingat bunga kesukaannya. Tanpa Tiffany sadari, dia memeluk suaminya pelan dan giliran Jesse yang mematung.

Kriiiuuk

Kriuuuk

Bunyi perut keroncongan dari kedua pasangan itu membuyarkan pelukan mereka. Mereka akhirnya makan malam bersama dalam kesunyian namun dalam hati sangat bahagia.

.

.

.

.

.

.

Setelah makan dan mandi Jesse duduk disofa sambil membaca majalah sedangkan Tiffany baru selesai membersihkan peralatan makanan.

“Tiffany, apa kau sudah selesai mencuci piring?” Tanya Jesse tanpa menoleh.

“Iya, ada apa Jesse-shi?” tanya Tiffany berjalan mendekati suaminya.

“Duduklah.. Ada yang aku ingin bicarakan padamu tentang kita.”

Wajah Tiffany mendadak berubah menjadi kawatir, takut suaminya akan membicarakan suatu yang menyakitkan. Tiffany duduk disamping Jesse.

“Tiffany kita sudah menikah sepuluh hari, tapi kita seperti orang asing. Ditambah lagi sikapku yang dingin padamu pasti membuatmu sedih bukan...” Ucap Jesse menatap lurus kedepan. Sedangkan Tiffany menoleh kesamping sambil menatap pria itu.

“Kau tak pernah membalas sikapku itu, justru kau lembut dan baik padaku dan Yoong. Kau berhasil membuat Yoong menyukaimu dan mengganggapmu ibu kandungnya, hingga kau menjadi candunya, aku sangat berterima kasih sekali Tiffany..” Jesse menelan selivanya dan membasahi tenggorokannya yang kering. Tiffany melihat Jesse berbicara mengepalkan tangan, dia mengerti butuh keberanian berkata seperti itu.

“Oleh karena alasan itu, aku ingin kita memulai dari awal lagi bersama Yoong.. anak kita.” Pungkas Jesse memberi senyuman manisnya pada istrinya. Tiffany sangat merindukan senyuman itu beberapa tahun lalu sebelum senyum itu pudar karena penghianatannya, dan sekarang senyuman itu muncul lagi.

Tiffany memegang wajah suaminya dengan kedua tangannya lalu didekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Di tatapnya wajah Jesse yang sangat tampan meski usianya sekarang 30 tahun. Tiffany perlahan mendekatkan bibirnya dan menyentuh bibir suaminya, menyatukan bibir mereka dalam ciuman.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Imjessica #1
Chapter 5: Wah gila gw bacanya deg-degan terbawa suasana sama moments jeti...btw kemana aja Thor baru muncul? Dan terimakasih sudah update
tazkia16 #2
Chapter 3: Finalllyyyy updateeeee TT Thnks thorr
gorjell_89 #3
Chapter 3: akhirnya up date juga..
well... gak sabar niih pengen tau klanjutan drama percintaan jeti hehe.. moga aja langgeng slalu tp enak kali yaa klw ditambahkan bumbuh2 orang k3 hihi..
semangat ya thor...
MaoMao_96
#4
Chapter 2: I love his character here
I want to know what happened to him until his become cold like that towards Tiffany
Jafierra #5
Chapter 2: First comment g yah?
Kasihan tiffany dicuekin mulu mah daddy jesse...Tetap sabar yah mommy fany...
Tetap semangat thor....
Ditunggu trus karyanya....
Jafierra #6
Cerita yang menarik semoga lanjut terus....
Tetap semangat thor...
Imjessica #7
Chapter 1: Yeey Jeti gendben lg, duh gak sabar untuk bab selanjutnya, Fany bener2 tulus gak ya itu? Gomawo thor
tazkia16 #8
Chapter 1: Suukakkkkkkk^^