CHAPTER 2

BLACK LINE (GARIS TAKDIR)

Garis takdir, sebagian orang menganggap garis takdirnya begitu rumit, hingga mereka ingin keluar. Namun ada beberapa orang pula yang terlalu lurus dengan garis takdirnya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang yang tenggelam dalam garis takdirnya sendiri? Apa karena mereka terlalu pasrah? Atau hanya karena belum menyadari bahwa takdir dapat berubah? 

Melbourne, Australia, 17Juli 2011

Sekumpulan anak sekolah menengah atas tengah bergerombol di depan papan pengumuman besar di salah satu sudut sekolah. Mereka tengah gelisah melihat papan pengumuman dengan hati yang berdebar-debar. 

Hari ini, pengumuman kelulusan diumumkan pada papan tersebut. 

Dua orang gadis tengah berjalan menghampiri papan pengumuman tersebut. 

Salah satu gadis berambut pirang dengan mata berwarna biru dan kulit yang sangat putih, nama gadis itu adalah Carla.

Lalu gadis yang satunya lagi tidak terlihat seperti orang pribumi, dia adalah gadis berdarah Korea yang sejak kecil tinggal disana. Rambutnya hitam dan panjang, matanya coklat dan tajam, namun senyumannya sangat menyejukan, nama gadis itu adalah Roseanne Park. 

Carla menggandeng Rose menuju papan pengumuman. 

"apa kau khawatir dengan hasilmu?" tanya Carla 

"tidak, aku hanya ingin memastikan saja" Kata Rose. 

"ah yang benar saja, kau pasti lulus dengan nilai terbaik!  Gadis jenius sepertimu mengapa harus mengkhawatirkan hasil ujian?!" ucap Carla sambil mendengus. 

"hahahha, Carla, dalam kehidupan apapun bisa terjadi, bisa saja hasil ujianku tertukar dengan murid yang paling bodoh", ucap Rose bercanda. 

"hiiiiis...... ", Carla memalingkan muka. 

Dua gadis itu sampai di depan papan pengumuman, mereka melihat dan taraaaaaaa...... 

"Rose!!!!!", teriak Carla sambil menempelkan telunjuknya di papan pengumuman. 

"kau yang terbaik Rose, kau nomor 1!!!" Teriak Carla lagi. 

"hisss anak ini. Bisa kah kau tidak teriak-teriak seperti itu gadis muda? Buat malu saja", ucap Rose sambil menepuk dahinya sendiri.

"kau sendiri sudah temukan namamu?", tanya Rose. 

Carla menepuk dahinya sendiri, "yaampun, mengapa aku melupakan diriku sendiri?!"

Carla mencari namanya dan tak lama dia dapat menemukannya. 

"akuuuuu lulus Roseanne!!! " Carla melompat kegirangan. 

"ya...yaa...ya.... Kita lulus. Mari kita rayakan kelulusan kita", balas Rose. 

Sore hari setelah Rose dan Carla mendapatkan kabar baik, bahwa mereka lulus dengan baik. Mereka merayakannya dengan makan-makan di sebuah cafe yang terletak di pusat kota bersama teman-teman lainnya.

Carla sudah dijemput oleh supirnya, "Rose, apa kau mau pulang bersamaku?", tawar Carla kepada Rose. 

"aku akan ke suatu tempat dulu, pulang lah lebih dulu, aku akan pulang naik taxi", tolak Rose sambil tersenyum.

"okey, take care baby", Carla masuk ke mobilnya dan meninggalkan Rose di sisi jalan pusat pertokoan. 

Rose melakahkan kakinya dengan santai, hingga akhirnya menghentikan kakinya di depan toko alat musik yang sering dia lewati jika berada di kawasan tersebut. Matanya tertuju pada salah satu gitar akustik yang menjadi display di kaca toko tersebut. 

Rose sudah lama mengincarnya, mengincar gitar akustik berwarna coklat yang cantik itu. 

Dia melangkahkan kakinya memasuki pintu toko tersebut. "krintiiiiiiingg......... " terdengar suara bell yang berbunyi otomatis saat ada pelanggan memasuki toko tersebut.

Seorang lelaki paruh baya tersenyum saat melihat Rose memasuki tokonya, "apa kau tertarik dengan gitar akustik yang berada di depan itu pretty?" tanya lelaki itu.

"ah yaaaa, bagaimana kau tau?", tanya Rose kebingungan. 

"aku sering melihatmu berada di depan tokoku sambil memandangi gitar itu, tapi kau selalu berlalu begitu saja. Akhirnya hari ini kau masuk ke tokoku untuk mengambilnya", jawab lelaki tersebut. 

Rose hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan pemilik toko.

"berapa harganya sr?" tanya Rose.

Lelaki pemilik toko berjalan mengambil gitar yang berada di display kaca tokonya, meraihnya dan membawanya menuju Rose. 

"Cort W-EQ adalah gitar akustik terbaik tahun ini, banyak orang yang menginginkannya. Dan sesungguhnya ini hanya tinggal satu-satunya yang berada di toko ku" jelas sang pemilik toko. 

"ah benarkah? " Rose menatap kagum gitar yang berada di hadapannya tersebut, ternyata gitar itu lebih mengkilat saat dilihat dari dekat. 

"aku akan membayarnya, aku mau itu", Rose merogoh dompetnya dan bertanya kembali, "berapa harganya paman? " tanya Rose kembali. 

"bayarlah berapapun kau ingin membayarnya", ucap penjaga toko. 

"hah? Tapi aku tidak tau harga pasaran gitar ini", Rose kebingungan. 

"tak apa, aku akan menerima berapapun yang kau berikan", pemilik toko tersebut tersenyum.

Rose merogoh dompetnya, dia mengambil uang sebesar 200$, "apa ini cukup?" tanya Rose. 

Pemilik toko tersenyum "aku akan menghadiahimu cover gitar agar gitar ini tetap terlihat luar biasa", katanya. 

"ah really??? Thankyou so much", ucap Rose. 

Sebelum memberikan gitar tersebut pemilik toko berkata, 

"nona, sebenarnya sejak kemarin sudah banyak orang yang ingin membeli gitar ini, tapi entah kenapa aku percaya bahwa kau akan datang untuk menjemput gitar ini. Jadi aku tidak menjualnya".

Rose tersenyum terharu atas apa yang dikatakan sang pemilik toko. "thankyou", hanya itu yang bisa ia katakan. 

Rose keluar dari toko tersebut dengan menenteng gitar barunya. 

Rose sampai di Rumah sebelum jam makan malam. Iya menyempatkan diri untuk membersihkan tubuhnya sebelum ia bertemu keluarganya di meja makan. 

Ada ayah, ibu, dan kakak perempuannya bernama Alice, dan tentu saja Rose di meja makan. 

Mereka berempat menikmati makan malamnya dengan sangat nikmat.

"Rose, bagaimana hasil ujianmu?", tanya ayahnya

"aku lulus dengan nilai sempurna daddy", jawabnya. 

"ah syukurlah", kata ayahnya. 

"Rose, apa rencanamu selanjutnya?" tanya ibunya yang berada tepat di hadapannya. 

Rose sesikit berfikir dan dengan cepat memjawab, 

"aku akan kuliah di universitas manapun yang mom dan daddy inginkan", jawabnya sambil memakan pasta yang tengah ia makan. 

Ibunya mulai serius,

"Rose, kau tau kan beberapa lalu bahwa Grandma baru saja kehilangan Grandpa?"

"hmmmmm", jawab Rose

"momi sangat khawatir, tapi momi juga tidak bisa jika harus terlalu sering pulang ke Korea. Dan kakakmu, Alice bersedia untuk pindah ke Korea dan melanjutkan studynya disana, tapi kami berpikir bahwa Alice harus melanjutkan kuliahnya disini", jelas ibu Rose. 

"kalian ingin aku menemani Grandma?", tanya Rose santai. 

"ya, tapi kau tidak harus tinggal bersama Grandma, kau bisa melanjutkan studymu di Korea, di sana juga banyak universitas yang bagus dan terkenal. Selama kau di sana kau bisa sering mengunjungi Grandma mu, tapi tujuan utamanya masih tetap untuk melanjutkan studymu", jelas ayahnya. 

"baiklah, aku akan mengikuti kemauan mom dan daddy", "aku akan melanjutkan study ku di Korea. Dan akan menjaga Grandma", jawab Rose datar. 

"apa kau tidak apa dengan keputusan ini Chaeyoung ah?", tanya kakaknya.

"ya, aku tak apa. Lagipula ku pikir ini akan menyenangkan", jawab Rose. 

 

Rose menerima semua keputusan orangtuanya untuk mengirimnya ke Korea dengan berlapang dada. Tanpa ada pemberontakan atau protes sama sekali. 

Jadi sebenarnya apakah Rose benar menginginkan hal tersebut? Atau terlalu terhanyut dalam garis takdirnya sebagai anak dari keluarga Park? 

Jangan lupa komen sama sarannya ya teman-teman. 

Enjoy 😁

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annisamaulia1 #1
Chapter 5: Menanti kelanjutannya.
nrmrh3112
#2
Chapter 4: yesss makasi uda update thor :*
annisamaulia1 #3
Simpel dan nangggung. ? Kurang panjang dikit.

Aku menanti kelanjutannya. Good job
GracelaFrancis_ #4
Chapter 4: Ceritanya bagus kak. Next>>
Oh ya, fighting buat ceritanya ^_^
Mulhimah #5
Chapter 4: Semangat Min !!??
Keknya seru nih ada redvelvet
Blackvelvet in your areaaa
Mulhimah #6
Chapter 1: Ngak sabar chapter selanjutnyaa ??
Sinkron ama kehidupan bp yg asli
bomrin21 #7
Chapter 2: Wooaahhhh.. d tunggu kelanjutannya nim.. apakah ini ada di wattpat jga??
Itsmekemel #8
Semangat chapter selanjutnya ^o^
itsmedk #9
Chapter 2: Gak sabar thor haha