CHAPTER 1

BLACK LINE (GARIS TAKDIR)

Takdir, sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sesorang. Membawa sesorang dalam kebahagiaan atau sebaliknya.

Garis takdir, seseorang tidak bisa memohon pada Tuhan agak di tempatkan pada garis yang mereka inginkan, Tuhan telah merajutnya lebih dulu tanpa memperdulikan keluh kesah seseorang yang telah dia tempatkan pada garis yang Tuhan kehendaki. Tuhan telah merajutnya, dan manusia hanya bisa menerimanya dengan lapang. Namun, Tuhan sedikit berbaik hati, dia tidak mematenkan garis yang Dia ciptakan untuk umatnya, garis tersebut bisa diubah dengan bantuan waktu dan tentu saja dengan kesungguhan seseorang yang ingin mengubahnya. 

Terlahir dengan takdir yang berada dalam kasta kehormatan tertinggi selalu menjadi idaman semua orang, kebanyakan orang berpikir bahwa harta dapat membuat mereka bahagia. Lalu apakah mereka yang terlahir dalam takdir tersebut benar merasakan hal tersebut? Bahwa harta bisa membuat mereka bahagia? Apakah uang bisa membeli semua kebahagiaan yang di idam-idamkan?

New Zealand, 16 Januari 2010

Pagi hari, seorang gadis tengah menggeliat meregangkan otot-ototnya setelah 9 jam penuh tertidur pulas di atas ranjangnya yang empuk nan nyaman, yang dibalut dengan seprai halus bermerk dan juga selimut tebal yang berharga ribuan dollar.

Gadis yang memiliki mata sipit namun indah tersebut mengucek matanya sambil menguap, dia melirik jam waker yang ada meja samping tempat tidurnya. Kedua kakinya mulai menyentuh lantai dan akhirnya gadis tersebut beranjak dari tempat tidurnya dengan lunglai. 

Gadis tadi sudah bersiap memulai harinya, dia tengah membetulkan dasi dan sedikit merapihkan seragam sekolahnya di hadapan cermin. Menatap dalam dirinya sendiri, dan terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu. 

Gadis itu mulai keluar dari kamarnya, dan betapa terkejutnya dia melihat sesosok wanita yang sangat ia rindukan. 

"mommm!!! " teriaknya gembira

"ah honey, mom merindukanmu", wanita cantik itu memeluk dan mencium kening anaknya tersebut. 

"aku sangat merindukanmu mom", gadis muda itu memandang mata ibunya dengan berkaca-kaca seperti berada dalam kesedihan dan kebahagiaan secara bersamaan.

Wanita itu pun memeluk anaknya sekali lagi dengan sangat erat sebagai tanda bahwa dia juga sangat merindukan anaknya.

"Jennie, selamat ulang tahun", wanita itu melepaskan pelukannya dan mengambil kue ulang tahun yang dibawa oleh pelayan disebelahnya sedari tadi. Kue ulang tahun yang lengkap dengan lilin yang tengah menyala disodorkan ke hadapan anaknya yang tengah berulang tahun. 

"fuuuuuuuuh...... "

Tanpa banyak bicara gadis yang bernama Jennie Kim itu meniup lilin yang tengah menyala dihapannya. 

"Jennie, mangapa kau langsung meniupnya? Tidak make a wish dulu?"

"tidak usah mom, karena harapanku sudah terwujud", gadis itu tersenyum penuh arti. 

Ibu Jennie memberikan kue yang ia pegang kepada pelayan, memberikan isyarat agar pelayan membawanya ke meja makan. 

"benarkah? Memangnya apa harapanmu sweety? "

"kemarin sebelum tidur aku berharap agar bisa bertemu dengan momi dihari ulang tahunku", Jennie tersenyum dengan riang pada pagi itu setelah kembali melihat ibunya pulang dari perjalan bisnis selama dua bulan penuh. 

Ibunya tersenyum mendengar jawaban yang amat manis keluar dari mulut anaknya tersebut. 

"Jennie, maafkan mo....... "

"ah tidak apa mom, aku mengerti", Jennie menyela. 

Jennie tidak membutuhkan penjelasan dari ibunya, karena dengan kembali melihat wajah ibunya saja Jennie sudah merasa senang. 

Jennie duduk di meja makannya, menatap kue ulang tahun yang cantik dengan krim berwarna pink menyelimuti kue tersebut. 

"mom, apakah aku akan sarapan dengan kue ulang tahunku pagi ini?"

Ibunya terkikik

"apa kau menginginkannya?", tanya ibu Jennie

"ah tidak, aku ingin sarapanku seperti biasanya"

"aku akan memakan kue ku nanti", tambah Jennie. 

"baiklah kalau begitu, kita akan memakan kue ulang tahunmu bersama daddy nanti", ibu Jennie tersenyum. 

"whaaat???"

"apa daddy juga akan pulang hari ini?"

Ibunya hanya terseyum sambil menganggukan kepalanya. 

Betapa bahagianya Jennie pada pagi itu, mendengar bahwa seluruh anggota keluarganya akan berkumpul di rumah pada hari ulang tahunnya. Sangat jarang hal seperti ini terjadi, mengingat orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Bahkan seringkali Jennie merasa kesepian karena ditakdirkan sebagai anak tunggal dari pebisnis yang sangat sibuk. Meski di rumahnya ada beberapa pelayan namun mereka semua tidak ada yang bisa dijadikan teman berbagi untuk Jennie. 

Sesampainya di sekolah, kebahagian yang Jennie dapat di rumah tadi mendadak menghilang. Jennie kembali murung mengingat sahabat dekatnya yang sama-sama berdarah Korea yang bernama Nayeon kini sudah pergi, Nayeon kembali ke Korea karena pekerjaan orang tuanya, dan Nayeon juga kambali ke Korea demi meraih mimpinya untuk menjadi seorang idol. 

Setelah kepergian Nayeon, Jennie merasa sangat kesepian, lebih kesepian dari sebelumnya.

Hanya Nayeon yang mengerti perasaannya selama ini, hanya Nayeon yang sejalan dan sepaham dengannya selama ini, hanya Nayeon yang menyadari bahwa Jennie sangat berbakat dibidang musik dan hanya Nayeon yang selalu mendukungnya selama ini. 

Satu bulan lalu sebelum Nayeon pergi, kata-kata yang selalu Jennie ingat adalah..... 

"percayalah pada dirimu sendiri Jen, ikuti suara hatimu. Aku yakin kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti jika kau mendengar ucapanku"

Itu yang disampaikan oleh Nayeon sebelum dia pergi kembali ke Korea. 

Jennie menatap keluar jendela sambil memikirkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya terakhir kali. 

Pada hari ini Jennie menginjak usia 15 tahun, sudah lima belas tahun lamanya dia menjalani takdir sebagai anak tunggal dari keluarga Kim. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang berada dalam garis keturunan konglomerat di Korea, harta dan kedudukan dimiliki ayahnya. Dan ibunya juga bukan orang biasa, ibunya adalah seorang dari garis keturunan keluarga terhormat nan kaya raya, itu sebabnya ayahnya menikahi ibunya.

Jennie tidak pernah merasakan kekurangan apapun, selain waktu dan perhatian dari orangtuanya. Apapun yang diinginkan Jennie, selama itu bisa dibeli oleh uang maka semuanya bisa ia dapatkan. 

Selama ini hanya musik yang bisa menutupi kekecewaannya terhadap kehidupan, saat orangtuanya tidak kunjung pulang Jennie akan mengambil kelas musik dan menghabiskan waktunya disana. Semula cara itu hanya ia gunakan untuk menghilangkan rasa kesepiannya, namun tanpa disadari ia menjadi begitu mencintai musik. 

Terkadang Jennie membicarakan soal musik bersama Nayeon, dia hanya bisa terdiam saat mendengar impian Nayeon untuk menjadi seorang idol, menjalani masa depannya dengan musik pasti sangat menyenangkan. 

Namun, Jennie selalu menatap kenyataan, dia sadar bahwa ia adalah satu-satunya pewaris dari keluarga Kim, masa depannya sudah ditentukan. Ini adalah takdirnya, padahal jauh dari lubuk hatinya ia ingin memiliki masa depannya sendiri. Bersama musik, bukan bersama urusan bisnis yang selalu menyita banyak waktu seperti yang dilakukan orangtuanya. Musik, satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia dapatkan.

Bunyi bell membuyarkan lamunanya, anak-anak bergemuruh, mengemas buku, bersiap untuk pulang. Jennie melakukan hal serupa seperti yang dilakukan anak lain. 

Jennie berjalan menuju mobilnya, seorang supir yang merangkap tugas sebagai pelayan dan juga pengawalnya membukaan pintu mobil untuk Jennie. Hari ini sebelum pulang Jennie ada ujian dikelas musik yang ia ikuti. 

"prooook....proook....proook.... "

Suara tepuk tangan terdengar di ruangan Jennie berada. 

"you are amazing Jennie Kim", kata salah seorang guru disana.

Dan anak-anak yang berada di ruangan tersebut menatap kagum ke arah Jennie, Jennie hanya tersenyum malu-malu pada saat itu. 

"dia luar biasa"

"dia bisa menjadi bintang besar suatu hari nanti"

"apa dia benar-benar bisa melakukan semua hal?"

"lihat dia, dia bisa bernyanyi, memainkan alat musik dengan baik dan barusan dia menyanyi rap dengan sangat keren"

"aku baru melihat gadis bernyanyi rap dengan sangat baik"

"dia keren"

Teman-teman Jennie membicarakannya, dan samar-samar Jennie pun mendengarkan pujian-pujian tersebut sembari tersenyum.

Lalu Jennie kembali mengingat kembali apa yang dikatakan Nayeon. 

"ikuti kata hati huh? Nayeon apa maksudmu aku..... "

"apa aku benar-benar bisa keluar dari garis takdirku?"

 

Jennie kembali kerumahnya sebelum jam makan malam, ia melihat sesosok pria yang entah kapan terakhir kali dia melihatnya, mungkin lima bulan lalu atau lebih. 

"d...... daddy..... "

Pria itu meletakan kertas yang berada di tangannya ke meja dan melepaskan kaca matanya lalu menaruhnya di atas kertas yang ia letakan tadi.

"hey....come to daddy", pria itu melentangkan tangannya lebar mambuka dadanya berharap akan dipeluk oleh anak semata wayangnya tersebut. 

Jennie berlari kecil dan memeluk ayahnya. 

"kau sekarang sudah besar Jennie, tak terasa sudah lima belas tahun berlalu, aku sudah melewatkan banyak hal, maafkan daddy karena.... "

"stttttt.... sudah lah lah daddy aku tidak mau mendengarkan alasan daddy, aku mengerti. Aku tak apa daddy" Jennie tersenyum manis di hadapan ayahnya. 

"kau tumbuh dengan baik nak, daddy bangga" 

"kau cantik, tapi sepertnya akan lebih terlihat cantik lagi setelah kau mandi kekekekek" ayahnya menggodanya. 

"baiklah, aku akan membersihkan diriku, aku akan menemui ayah dan ibu saat makan malam"

"gadis pintar", ayahnya tersenyum bangga.

Malam ini Jennie menikmati makan malamnya dengan cuci mulut kue ulang tahunnya, tidak hanya Jennie tapi ayah dan ibunya pun menikmati kue dengan balutan krim pink yang manis tersebut. 

Mereka mulai pembicaraan, 

"bagaimana sekolahmu?" ayahnya bertanya

"emm... baik-baik saja, tidak ada masalah"

"lalu apa ada yang menyenangkan?", tanya ibunya 

Jennie berpikir cukup lama, dia tidak punya banyak teman dan teman baiknya Nayeon baru saja pergi meninggalkannya.

Tidak kunjung mendapat jawaban, ayah dan ibu Jennie saling menatap satu sama lain. 

"apa terjadi sesuatu?", tanya ibunya lagi

"ah tidak, hanya saja Nayeon tidak lagi sekolah di sekolahku", jawab Jennie murung

"benarkah? Apa alasannya pindah?", tanya ibunya serius

"dia kembali ke Korea mom"

Ayahnya mencoba mengubah suasana

"ah ini hari ulang tahunmu honey, apa kau ingin sesuatu? daddy sebelumnya ingin menghadiahimu mobil tapi kau masih belum beloh menyetir sendiri, dan uniqorn..... Ah seandainya daddy bisa membelinya daddy akan memberikanmu sepuluh", celoteh ayahnya. 

"apa kau ingin sesuatu honey? Apa yang kau inginkan sebagai hadiah ulang tahunmu tahun ini?", ibu Jennie bertanya dengan serius.

"ummmmm itu....... "

"katakan apapun yang kau mau, kamu akan menurutinya",kata ayah Jennie. 

"apapun??? Benarkah daddy dan momi akan mengabulkannya?",Jennie mulai memandang wajah orangtuanya

Orangtuanya mengangguk. 

"baiklah, aku ingin kembali ke Korea", Jawab Jennie

Orangtua Jennie saling berpandangan saling memberikan isyarat yang keheranan, lalu ibunya mulai bertanya

"apakah alasanmu ingin kembali ke Korea karena Nayeon????" 

Jennie terdiam sejenak, lalu mulai membuka mulutnya. 

"bukan, bukan karena Nayeon, dan permintaanku kali ini bukan hanya soal kembali ke Korea, tapi aku ingin momi dan daddy mengijinkanku untuk meraih impianku", Jelas Jennie. 

"apa maksudmu? ", tanya ayahnya

"emmmm...... A..... Aku.... Ingin menjadi seorang idol"

Mendengar perkataan anaknya ayah Jennie hampir naik darah, bagaimana mungkin seorang pewaris tunggal dari keluarga Kim berpikir untuk menjadi seorang idol. 

"Je.... Jennie, daddy akan mengabulkan apapun yang kau minta kecuali hal itu! Kau tau? Kau adalah satu-satunya anakku dan kau adalah pewaris tunggal keluarga Kim! Bagaimana mungkin kau bisa berpikir untuk menjadi seorang idol???!!" 

Ibu Jennie memegang lengan suaminya agak sedikit lebih menahan emosinya

"sayang, tenanglah" ucap ibu Jennie kepada suaminya

"honey, apa kau yakin dengan keputusanmu?" ibu Jennie bertanya dengan serius

"aku sangat yakin, aku merasa bahwa musik bisa membuatku bahagia, selama ini aku sering merasa kesepian saat mom dan daddy tidak pulang. Aku meluapkan semua emosiku pada musik, dan aku menyadari bahwa aku ingin serius dalam hal ini, untuk pertama kalinya aku memiliki impian, selama ini aku selalu berusaha untuk menutupinya karena aku sadar bahwa aku di takdirkan terlahir dari keluarga Kim dan aku adalah penerus satu-satunya, tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, besakah aku berjalan di jalanku sendiri mom dad? Boleh kah aku....... " 

"HENTIKAN!!!  BICARA APA KAU INI GADIS MUDA??? APA YANG KAU TAU SOAL TAKDIR DAN JALAN HIDUP? IMPIAN??? KAU TERLAHIR DI KELUARGA KIM! SEHARUSNYA KAU MERASA BERUNTUNG", ayah Jennie meledak, dia tidak bisa menahan emosinya lagi. 

"Jennie, pergilah ke kamarmu. Kita akan bicarakan lagi ini nanti", ucap ibu Jennie

Jennie beranjak dari kursinya, menuju kamar dengan keadaan yang buruk. Seumur hidupnya dia baru pertama kali melihat ayahnya semarah itu, meski ayahnya adalah orang yang sibuk tapi Jennie tau bahwa ayahnya sangat mencintainya. 

Dan hari ini di hari ulang tahunnya Jennie telah membuat keputusan besar dalm hidupnya. Berusaha keluar dari takdirnya sebagai chaebol, sebagai orang yang terikat dengan harta dan kedudukan orangtuanya yang akan diwariskan kepadanya. 

Mampu kah Jennie keluar dan membuat garis takdirnya sendiri?

 

 

guys, apa ini membosankan? 

chapter selanjutnya akan berlatar di Australia, kira-kira akan menceritakan siapa?

pasti kalian mudah menebaknya kan? 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
annisamaulia1 #1
Chapter 5: Menanti kelanjutannya.
nrmrh3112
#2
Chapter 4: yesss makasi uda update thor :*
annisamaulia1 #3
Simpel dan nangggung. ? Kurang panjang dikit.

Aku menanti kelanjutannya. Good job
GracelaFrancis_ #4
Chapter 4: Ceritanya bagus kak. Next>>
Oh ya, fighting buat ceritanya ^_^
Mulhimah #5
Chapter 4: Semangat Min !!??
Keknya seru nih ada redvelvet
Blackvelvet in your areaaa
Mulhimah #6
Chapter 1: Ngak sabar chapter selanjutnyaa ??
Sinkron ama kehidupan bp yg asli
bomrin21 #7
Chapter 2: Wooaahhhh.. d tunggu kelanjutannya nim.. apakah ini ada di wattpat jga??
Itsmekemel #8
Semangat chapter selanjutnya ^o^
itsmedk #9
Chapter 2: Gak sabar thor haha