Chapter 1

Sweet Lies (Indonesian Translation)
Please Subscribe to read the full chapter

Sebenarnya terlalu berlebihan untuk dikatakan bahwa aku tak tahu apa-apa sebelum hal ini menjadi sangat buruk.

Di dalam benakku, sebenarnya, aku tahu bahwa tak mungkin dengan beruntungnya kami dapat menghasilkan uang itu setiap bulan. Tidak dengan seberapa besar kecintaan Bibiku terhadap wine mahal dan seberapa sering Pamanku mengunjugi casino. Aku selalu curiga bahwa ada yang tak beres tapi aku belum siap untuk melewati garis dari masa remaja ke masa dewasa. Bila aku mendapatkan jawabanku, maka aku takkan pernah bisa bertindak tak acuh lagi.

Jadi aku tak pernah menanyakan bagaimana Paman Rin dapat membelikan Bibi Kat sebuah cincin berlian tahun lalu. Pasti harganya lebih mahal dari sebuah apartemen di pusat kota Manhattan. Aku masih tak menanyakannya saat si pemilik tanah berhenti datang untuk menagih utang kami, atau saat kami memiliki televisi layar datar, juga saat Bibi Kat membelikanku sepasang sepatu yang selalu kuperhatikan setiap kali kami pergi berbelanja (yang mana menjadi sangat sering). Aku tak pernah menanyakannya. Tetapi aku menspekulasikan yang terburuk.

Sejujurnya aku tak mau mengetahui kenyataannya tapi aku juga tak mau berpura-pura bodoh dan membiarkan apapun yang sedang terjadi berlanjut begitu saja di bawah pengetahuanku. Bagaimana jika sesuatu terjadi kepada Bibi dan Pamanku dan aku tak tahu apapun mengenai hal tersebut lalu aku menjadi yatim piatu (lagi) dan mungkin berada dalam bahaya? Aku bahkan belum lulus sekolah menengah atas; akan sangat tidak menguntungkan bila aku menjadi sebatang kara.

Saat aku berulang tahun yang ke sembilan belas, pamanku menanyakan apa yang kuingingkan, mungkin menebak bila aku akan meminta tas bermerek atau barang-barang mahal lainnya. Tapi aku meminta pekerjaan di casino yang hampir dikunjunginya setiap malam. Casino yang katanya dijalankan oleh temannya.

Awalnya dia menolak, dia berkata bahwa dia tak bisa. Dia tak memiliki koneksi semacam itu dan aku masih di bawah umur. Aku memaksanya sampai akhirnya dia mengakatakan bahwa ia akan berbicara kepada temannya yang mengawasi pekerjaan untuk si bos. Seminggu kemudian, aku menjadi pelayan di ruangan privat, tak terlihat dari para penjudi tapi mendapatkan bonus yang lebih besar daripada di restoran pizza. Kusimpan berbagai pertanyaan pada diriku sendiri. Pamanku tak pernah menceritakkan bagaimana ia mendapat pekerjaan untukku tapi berkata padaku untuk berhati-hati dan untuk hanya melakukan pekerjaanku di sana. Pada akhirnya, dia berkata bahwa dia lega mengetahui aku berada di tempat yang mana orang-orangnya lebih familier baginya. Dia memang punya kepercayaan yang lebih besar dariku kepada orang-orang tak bermoral.

 

Sudah beberapa bulan sejak aku menjalani pekerjaan ini, pada malam ulang tahunku, saat semuanya menjadi sangat kacau.

Aku pergi bekerja di sore hari setelah memakan kue bersama bibi dan paman. Rin mengantarkanku ke tempat kerja, seperti biasanya, lalu menetap untuk bermain poker. Aku tak pernah repot-repot menegurnya karena menghambur-hamburkan banyak uang. Dia orang dewasa dan lagipula aku menghasilkan uangku sendiri. Selama dia menghamburkan uangnya dan bukan uangku, itu bukan urusanku.

Aku memulai pekerjaanku dan mengikat celemekku seperti biasanya. Aku menyapa teman-teman perempuanku dan menghindari si manajer. Dia adalah pria yang muda, terlalu muda malah, dengan senyum yang menyerupai kucing dan temperamen seperti gunung berapi: berbahaya dan selalu beresiko untuk meledak.

Biasanya orang-orang memesan minuman setiap kali aku melewati meja poker mereka. Hampir setiap kali mereka berusaha untuk meraba aku dapat menghindarinya.

Semuanya berlangsung seperti sewajarnya di sebuah kasino yang penuh dengan asap rokok dan pria-pria yang membenci istri mereka. Jadi ketika pamanku berlari ke arahku seperti orang gila dan menarikku ke dalam ruang penyimpanan di belakang bar, butuh beberapa saat bagiku untuk memahami apa yang sedang dikatakannya.

“Aku akan berbicara pada Jongda

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ssadssad #1
♥♥♥♥♥