Another Side
Description
"Bolehkah aku bertanya?"
"Yes"
"Apakah ada jiwa lain selain dirimu dan Tiffany dalam tubuh itu?"
"Yes"
"Siapa saja?"
"I don't know. You must find out by yourself, Kim"
Foreword
Drrtt.. Drrtt..
Getaran yang berasal dari ponsel di atas meja menghentikan sejenak aktivitas yang tengah berlangsung. Pandangan mata yang semula menatap layar laptop, kini beralih memandang layar yang berukuran lebih kecil. Aku melihat sebuah notifikasi pada ujung atas sebelah kiri layar, pertanda adanya pesan masuk pada aplikasi messenger.
Ingin aku abaikan pesan tersebut mengingat aku masih berada dalam jam kerja perusahan. Memang tidak ada larangan tertulis yang menyatakan karyawan dilarang mengoperasikan telepon genggam. Namun, bagaimanapun aku harus sadar diri. Aku hanyalah karyawan yang berada pada golongan kelas bawah dimana rutinitas pekerjaanku tidak berhubungan dengan orang luar. Dengan kata lain, apabila ponselku berbunyi maka sudah pasti tidak ada kepentingannya dengan pekerjaanku.
Drrtt.. Drrtt..
Sekali lagi ponselku bergetar.
Aku perhatikan orang-orang yang duduk di sekelilingku. Mereka sedang fokus sepenuhnya pada pekerjaan masing-masing. Dengan cepat jari telunjuk ini bergesekan dengan layar selebar 5 inch.
What are you doing?
Tertulis pada pesan pertama yang masuk. Pesan dari sebuah nomor telepon yang sudah aku hafal di luar kepala. Sesungguhnya aku tidak terlalu pintar berkomunikasi dengan bahasa asing. Tetapi wanita yang mengirim pesan kepadaku ini sering melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga terkadang dia berbicara menggunakan bahasa yang begitu sulit aku pahami.
Kim.
Seketika detak jantungku berdebar kencang saat membaca pesan kedua. Pesan yang dikirim melalui nomor seluler yang sama dengan pesan pertama. Aku mengenal baik dirinya. Tiffany, nama yang aku simpan di ponsel sebagai identitas dari pemilik nomor tersebut. Seorang wanita dengan sikap baik dan ramah. Hampir tidak pernah aku melihatnya berkelakuan buruk, apalagi yang bertentangan dengan hukum negara. Tiffany benar-benar baik. Sangat baik.
Stephanie?
Satu kata yang aku kirim sebagai balasan pesan.
Drrtt.. Drrtt..
Dalam hitungan detik aku menerima kembali pesan masuk.
Yes.
! Aku mengumpat dalam hati. Sejak awal aku tau siapa yang mengirim pesan. Hanya dengan membaca kata Kim yang tertulis dalam isi pesannya, aku sudah mengetahui siapa dirinya. Aku ingin memastikan jika dugaanku tidak salah. Sejauh ini hanya ada satu orang—bukan orang tetapi jiwa—yang memanggil diriku dengan nama marga.
Dia adalah Stephanie.
Comments