Collywobbles [ Indonesian BTS Fanfiction ]

Description

Thank you for letting me be me
For helping me fly
For giving me wings
For straightening me out
For waking me from being suffocated

For waking me from a dream which was all I was living in

 

Foreword

I really want you, I put my life on the line
Take me into the scattered light
To the end of the world na na na na na na
It’s gonna be you na na na na na na
It’s gonna be you na na na na na na
I can‘t let go

 

 

It’s gotta be you ost Hwarang mengalun indah di kedua telinga mungil seorang yeoja yang melangkah ringan di jalanan kota Daegu sore itu. Kata demi kata, nada demi nada, melodi demi melodi ia nikmati dengan senang terutama ketika suara favoritnya sedang terdengar.

Walaupun setengah wajahnya tertutupi masker hitam, hal itu tak dapat menyembunyikan visual yeoja berparas rupawan itu yang dapat menarik perhatian siapapun yang melewatinya. Ia mengenakan sweater ungu yang senada dengan rambutnya, dan celana hitam panjang yang pas dengan suasana sejuk hari itu. Tangan kirinya menenteng tas berisikan masakannya dan tangan satunya menarik sebuah koper kecil berisi baju-bajunya.

Langkah riangnya terhenti di depan sebuah gedung apartemen di sudut jalan. Tidak cukup tinggi, namun terlihat comfy dari luar. Dengan mantap ia melangkah masuk dan membalas senyum para petugas disana dengan anggukan ramah. Lantas ia menaiki lift menuju lantai teratas.

Setelah sampai di depan pintu apartemen seseorang, yeoja itu menekan bel. Sekitar 30 detik tidak ada respon, ia kembali menekan bel itu. Namun setelah semenit tak juga ada respon ia berinisiatif untuk membuka pintu itu sendiri.

“ Mwoya, ia menggunakan tanggal lahirku.” Gumamnya ketika berhasil memecahkan password untuk membuka pintu.

Ketika melangkah masuk, ia cukup heran ketika menyadari apartemen seseorang yang dikenalnya ini sangat bersih, bertolak belakang dengan kebiasaan orang itu yang sangat malas membereskan ruangannya sendiri.

Ia berjalan pelan mengecek seluruh penjuru ruangan ketika tidak menemukan orang yang dicarinya. Di kamarnya, tidak ada. Di dapur, tidak ada. Di balkon, tidak ada.

‘ Hmm, apa ia sedang mandi?’ Pikirnya lalu mengedikkan bahu dan memilih untuk berjalan ke dapur dan menata makanan yang tadi ia bawa. Namun, belum sampai ke dapur ia terkejut saat merasa tubuhnya terangkat oleh seseorang yang memeluknya dari belakang.

“ Chagiyaaa!!!” Suara rendah seorang namja yang sedari tadi ia cari terdengar manja.

Ia hanya tertawa geli melihat kelakuan namja yang telah 5 bulan ini berpredikat sebagai pacarnya. “ Hahaha, turunkan aku, Kim Taehyung.”

Namja itu menurunkan tubuhnya namun tidak melepas pelukannya. Hal itu membuat yeoja itu memutar bola matanya jengah.

“ Hey, bagaimana aku bisa bergerak kalau kau terus memelukku seperti itu. Lepaskann.”

“ Shireooo!” Lengan penuh vena milik Taehyung tetap kokoh memeluk pinggang yeojanya itu.

“ Kalau kau mau bergerak, maka bergerak saja. Aku akan tetap seperti ini.” Lanjutnya sambil menutup mata dan menenggelamkan wajahnya di tengkuk pacarnya, menikmati aroma khas sang yeoja.

Sedangkan si yeoja hanya mendesah pelan dan mau tidak mau tetap bergerak ke arah dapur dengan Taehyung yang masih bergelayut manja di punggungnya. Alhasil mereka terlihat seperti penguin beranak saat berjalan. Setelah menggapai meja dapur, jemari lentiknya sibuk menata makanan di atas piring dengan rapi.

“ Apa kau lapar?” Taehyung mengangguk menjawab pertanyaan itu sambil terus menghirup wangi yeojanya itu.

“ Yak, Bae Irene! Kau mengganti shampoomu?” Ketika mendapati wangi rambut Irene tidak seperti biasanya, Taehyung menegakkan kepalanya dan menyentuh rambut hitam keunguan milik Irene, pacarnya.

Anggukan singkat dari Irene itu menjawab pertanyaan Taehyung. “ Wae? Kau tidak menyukainya?”

Kedua alis Irene terangkat ketika merasakan Taehyung kembali menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher mulusnya.

“ Aniya, aku menyukainya.” Senyum khas aliennya terbentuk samar.

“ Taehyung-ah, bantu aku meletakkan ini semua ke meja makan.” Titah Irene seakan-akan bertindak sebagai ibu bagi Taehyung inilah yang membuat namja berparas tak kalah rupawan dengannya itu jatuh hati.

“ Shireo. Ayo kita ke kamar saja.”

Mendengar hal itu, Irene mengeluarkan jurus andalannya menghadapi seorang Kim Taehyung yang manja.

“ Akkhhh, appo!!” Taehyung segera melepas pelukannya dan memegangi perutnya yang menjadi korban pencubitan keras oleh yeoja di hadapannya.

Namja itu merengut ketika Irene menyodorkan sepiring nasi goreng kimchi padanya untuk dibawa ke meja makan, namun tetap saja namja itu menerimanya dan menurut.

“ Sebenarnya aku pacaran dengan Bae Irene atau penyihir jahat sih.” Gumamnya bak anak kecil yang sedang merajuk.

“ Aku mendengarnya!” teriak Irene dari dapur membuat Taehyung mempercepat langkahnya menjauh dari sana.

 

 

“ Kapan kau akan kembali?” Taehyung menerima sepotong buah pir yang disodorkan Irene. Malam itu mereka memilih untuk bersantai di apartemen menunggu drama Fight for My Way favorit Taehyung tayang daripada keluar dan mengenakan berbagai macam penyamaran.

Belum lagi jika ada yang mengenali mereka, bisa tamat riwayat mereka. Akan menjadi berita yang menghebohkan ketika ‘V BTS dan Irene Red Velvet are dating’ menyebar. Bagi Taehyung, itu tidak masalah, namun bagi Irene, itu akan menjadi masalah. Yah, kalian pasti tau SM thing dan sebagainya yang ketat.

Walaupun begitu, mereka berdua terlihat sangat menikmati kencan rumahan malam ini, karena Taehyung bisa bersandar manja di paha mulu Irene sambil sesekali mencuri kesempatan mengelusnya.

“ Hey, byuntae! Singkirkan tanganmu atau kugorok lehermu!” Begitulah respon Irene ketika menyadari sisi mesum Taehyung sedang beraksi.

Taehyung kembali memajukan bibirnya. “ Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi, Baby.”

Tangan cantik Irene berhenti mengiris buah pir dan meletakkan pisau itu di meja. “ Hmm, lusa mungkin. Aku ada jadwal MC di MBC esoknya, tidak apa-apa kan kalau kutinggal lagi?”

Taehyung mengambil sepotong pir lagi dan menjawab, “ Sebenarnya apa-apa, tapi daripada kau tidak mengunjungiku sama sekali, yah, gwenchana.” Ia lalu memasukkan potongan pir itu ke mulutnya.

“ Lagipula seharusnya aku yang mengunjungimu ke Seoul, bukannya kau yang kesini.” Tambahnya yang langsung disanggah Irene.

“ Aniya! Kau harusnya istirahat setelah tour melelahkan itu. Dan kau juga perlu mengunjungi halmoni. Ah, aku jadi ingat, besok temani aku ke makam halmoni, ya? Aku ingin mengunjunginya.”

Irene terkejut ketika Taehyung langsung memeluk pinggangnya lagi dalam posisi tidurannya. “ Aigoo, aku makin sayang padamu, Sayang!”

Yeoja itu hanya terkekeh geli sambil mengacak rambut kecoklatan namja yang disayanginya itu. Entah bagaimana ia bisa jatuh hati pada namja di pangkuannya, padahal dulu ia memiliki prinsip anti untuk menjalin hubungan dengan namja yang lebih muda. Namun apa yang ia dapat? Justru Tuhan menyuruhnya untuk menjaga namja yang 4 tahun lebih muda darinya ini.

“ Sebentar, Tae. Aku ingin ambil minum.” Ucapnya lalu berdiri dari sofa sambil membawa piring bekas pir yang telah kosong.

Ia berjalan ke dapur berniat untuk mencuci pisau dan piring itu. Ketika membuka tempat sampah, sebuah gelombang menyakitkan menghimpit dadanya melihat benda yang telah ada di dalam sana. Seperangkat alat suntik.

Pikirannya berkecamuk ketika menyadari benda tersebut telah kosong. Ia terdiam cukup lama di tempatnya. Sejak awal berpacaran, Irene telah mengetahui bahwa Kim Taehyung, namjachingunya, mengkonsumsi barang-barang itu. Cukup sulit bagi yeoja yang memiliki sifat dewasa itu untuk membujuk Taehyung berhenti. Dan ia akhirnya membuat janji pada Taehyung agar namja itu menghubunginya jika akan mengkonsumsi barang-barang itu.

Bukan bermaksud mendukung, namun Irene akan selalu berjaga ketika namja itu menghubunginya dan memberitahu bahwa ia telah memasukkan benda berbahaya ke tubuhnya. Bagaimanapun Irene tidak mau terjadi hal yang tak diinginkan pada namja yang dicintainya itu.

“ Irene noona cantik! Buatkan aku coklat panas juga, ya!” Teriakan Taehyung menyadarkan Irene dari lamunannya. Semula ia ingin menanyakan hal itu pada Taehyung, namun karena ia sudah tau, maka ia memutuskan diam saja lalu membuat coklat untuk Taehyung dan kopi untuknya berjaga malam ini, kalau-kalau gejala yang tak diinginkan kembali menyerang namja kesayangannya.

 

 

Semilir angin malam meniup anak-anak rambut Irene yang duduk di tepi jendela malam itu. Ia duduk di tempat bersantai dekat jendela ruang tengah apartemen Taehyung, sedangkan namja manja itu telah lebih dulu masuk ke kamar terkalahkan dengan rasa kantuknya setelah menonton drama kesayangannya.

“ Dan kau tau, eonni? Kukira ia benar-benar ada di depan dorm, tapi ternyata Park Jimin pabo itu membohongiku, bahkan ia sedang ada di Busan, huh!”

Irene tertawa geli mendengar curhatan Seulgi di seberang sana tentang kelakuan Jimin, pacar Seulgi, sekaligus partner in crime pacarnya.

“ Lagipula, untuk apa Jimin repot-repot ke dorm padahal hari itu bukan anniv kalian, atau hari ulang tahunmu atau hari special lainnya. Apalagi dia sedang dalam masa rehat. Justru kau yang bodoh, Seulgi-ah.”

“ Aish! Percuma saja bicara denganmu, kau pasti membela namja idiot itu! Lebih baik aku cerita dengan Joy saja!”

Irene mengerutkan alisnya mendengar hal itu, “ Bukannya kau biasanya cerita pada Yeri? Biasanya jika kau ada masalah dengan Jimin kau akan setim dengannya karena Yeri pasti juga sedang bertengkar dengan Kooki.”

“ Huuuu…eonni! Bahkan pasangan di bawah umur itu sedang bervidcall ria di dalam kamar. Sedangkan chim bodoh itu tidak sekalipun menelpon bahkan mengirimiku pesan!!”

“ Hahaha, arra, arra, mianhae! Tetaplah tersambung, temani aku begadang malam ini.”

“ Memang kemana Taehyung?”

Irene menghela nafas pelan, “ Tidur di kamarnya.”

“ Mwoo?!!” Seketika ia menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar teriakan yeoja bertubuh langsing itu dari seberang.

“ Bagaimana bisa ia tidur padahal kau ada disana, aigooo! Memang ya, Jimin dan Taehyung benar-benar duo idiot!”

“ Ya! Jangan ikut mengatai Taehyung idiot, Katai saja pacarmu itu sampai puas.”

“ Ckckckck, dasar kalian sedang tenggelam dalam laut cinta, sampai kau buta tak menyadari namjamu itu bahkan yang menularkan penyakit idiot ke Jimin.”

“ Yak, Kang Seulgi! Kau ini benar-be-“

Ting Tong!

Ucapan Irene terhenti ketika bel apartemen berbunyi. Manik legamnya melirik jam di nakas sebelah TV, pukul 12 malam. Seketika bulu kuduknya merinding. Siapa yang bertamu tengah malam begini?

“ Ya, Seulgi-ah. Jangan putus sambungan ini, jika aku berteriak cepat telpon polisi, arrachi?” Ucapnya lalu menjauhkan ponselnya dari telinga dan berjalan dengan hati-hati kea rah pintu.

Sebelah matanya mengintip dari lubang pintu, dan di luar terlihat seorang namja bersurai perak bermata tajam setinggi Taehyung berdiri di depan pintu. Irene kembali menarik kepalanya menjauh.

“ Siapa dia, hantu? Pencuri? Apa aku harus membangunkan Taehyung?” Gumamnya namun bel terus berbunyi.

Dengan setengah yakin, Irene nekat membuka pintu perlahan, namun di tangannya yang ia sembunyikan ke belakang ia memegang erat sebotol pewangi ruangan semprot. Ketika matanya bertemu dengan mata tajam namja asing itu, ia tersenyum kikuk.

“ A-apa ada perlu?” Ucapnya terbata. Sedangkan namja di depannya itu terdiam bingung melihat seorang yeoja yang membuka pintu apartemen sahabatnya.

“ Irene sunbae?” Irene cukup terkejut ketika namanya disebut. Bukan karena namja itu tau namanya, semua orang pasti tau. Namun embel-embel sunbae yang menjadi masalahnya. Dengan teliti ia menelisik wajah namja itu. Sepertinya tidak asing baginya, dan benar saja, ia menyadari sesuatu.

“ Lee Taeyong? Kau Lee Taeyong, bukan?”

Namja itu mengangguk kikuk. Irene adalah rekan traineenya di SM dulu, namun yeoja itu lolos audisi SM dan menjadi trainee lebih dulu dan debut sebagai member Red Velvet, sedangkan Taeyong berhenti di tengah jalan dan memilih menggeluti bisnisnya sekarang.

“ Ada apa kau kesini?” Tanya Irene, namun beberapa detik kemudian yeoja mungil itu menjawabnya sendiri.

“ Apa untuk bertemu Taehyung?” Kembali, Taeyong mengangguk kaku. Kakinya melangkah masuk ketika Irene memberinya kode untuk ikut masuk.

“ Taehyung sedang tidur saat ini, apakah kau ada perlu yang sangat penting?”

Taeyong hanya terdiam sejenak dan mengalihkan tatapannya ke arah lain sambil bergumam, “ Emmm, aniya. Hanya… ingin bermain dengan Taehyung saja.”

Irene memicingkan matanya, memperhatikan namja yang seumuran dengan Taehyung itu teliti. Ia tau namja ini berbohong, terlebih lagi siapa teman yang datang pukul 12 malam begini? Namun ia memilih untuk diam dan memanfaatkan namja di depannya.

“ Ehm, Taeyong-ah, ah maksudku Taeyong-ssi, apa kau dekat dengan Taehyung?” Suara Irene terdengar sangat hati-hati.

Tubuh Taeyong agak menegak mendengarnya namun detik selanjutnya namja tampan itu tersenyum dan mengangguk. “ Ya, kami berteman, kau tidak usah seformal itu, Noona.”

Beberapa detik setelah Irene ikut tersenyum kaku keadaan disana menjadi agak canggung, namun dengan segera Taeyong balik bertanya pada Irene hal yang sedari tadi ingin ditanyakannya.

“ Apa.. kau dengan Taehyung…ada hubungan spesial? Ah, aku hanya bertanya saja, Taehyung selalu menceritakan semuanya padaku, namun aku tidak pernah mendengar masalah perempuan darinya.”

Bagaikan anak kecil yang disuguhi sebongkah permen di depannya, mata Irene tiba-tiba berbinar semangat dan hal itu sedikit membuat Taeyong bergidik ngeri. Irene yang dulu ia tau sangat dingin dan pendiam, dan tidak pernah ia bayangkan dapat melihat ekspresi ini dari yeoja itu.

“ Kau tau semuanya tentang Taehyung? Bahkan selama hari-hari ini dia di Daegu? Apa kau bersamanya terus?” Bak reporter yang hanya memanfaatkan beberapa detik dari narasumber buruannya, Irene menjejali Taeyong dengan berbagai pertanyaan. Belum lagi tubuhnya yang makin mendekat ke arah narasumber berambut perak itu.

Senyum kaku Taeyong semakin menjadi, ‘Ada apa dengan Irene menawan idaman semua pria? Ini pasti pengaruh Kim Taehyung alien.’ Batinnya.

“ Lalu kau pasti tau Taehyung memakai barang ini?” Tangan Irene yang terangkat memegang sesuatu itu seketika membuat segala sendi dalam tubuh Taeyong menegang.

 

Di sisi lain, Taehyung yang tengah berada di kamar tiba-tiba terbangun karena sekujur tubuhnya terasa panas. Tubuhnya telah basah oleh keringatnya sendiri. Ia mencoba untuk duduk, namun kepalanya terasa berputar belum lagi gejolak di perutnya yang ingin mengeluarkan isinya.

“ Arggh!” Erangnya tertahan karena masih ingat akan keberadaan Irene di apartemennya.

Lagi, Taehyung memaksa tubuh ringkihnya untuk bangkit duduk, dan berhasil. Ia menyandar pada sandaran ranjang. Dengan segera, ia menggerakkan tangannya yang mengalami tremor hebat mengacak laci nakas di samping ranjang berusaha menemukan benda penyembuh itu.

“ Keparat!”

Dadanya semakin terasa sakit ketika benda itu tak kunjung ia temukan. Wajahnya telah pucat pasi tak berona. Belum lagi nafasnya yang semakin memendek.

“ Hhh…hhh… si-al!”

Ia terus menerus mengumpat merasa ajal semakin dekat padanya jika ia tak segera memasukkan benda berbahaya itu lagi ke tubuhnya.

Bruk!

Tubuh lemah Taehyung terjatuh dari ranjangnya dalam posisi telungkup. Dengan susah payah ia membalikkan posisinya terlentang karena dadanya makin terhimpit dan terasa amat sesak. Ia memandang langit-langit kamarnya yang remang itu.

Pandangannya berputar dan kian memburam. Seluruh ototnya terasa nyeri dan sangat sakit untuk digerakkan. Ingin rasanya ia menyerahkan nyawanya saat ini juga saking sakit tubuhnya sekarang. Jemari panjangnya beralih meremas dadanya yang semakin sesak akan oksigen yang terhambat masuk ke paru-parunya.

“ Hh..Noo..na..hhh…uhuk.”

Sebelum kesadarannya terenggut, Taehyung mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyenggol gelas di nakas pendek atasnya hingga pecah dan menimbulkan suara keras, berharap Irene atau siapapun menghampirinya tanpa peduli pecahan gelas itu mengenai kepalanya.

Prang!

Suara gelas yang pecah itu menyela pembicaraan Irene dan Taeyong di ruang tengah. Mereka berdua sempat saling bertatapan dulu, hingga beberapa detik kemudian menyadari suara itu datang dari kamar Taehyung.

Irene yang pertama beranjak cepat dari duduknya dan berlari membuka pintu kamar namjachingunya.

“ Astaga! Taehyung-ah!”

Betapa terkejutnya Irene ketika melihat Taehyung telah terlentang di lantai dengan wajah sepucat mayat dan nafas yang tersengal sangat tidak beraturan. Ia segera mendekati namja itu lalu memangku kepalanya.

“ Kim Taehyung! Kau bisa mendengarku?! Tae?!” Ia berteriak panik sambil menepuk-nepuk pipi tirus namja yang disayanginya. Air mata tak terbentung keluar mengalir dari manik legam yeoja cantik itu.

Taeyong yang sedari tadi terdiam melihat sebegitu paniknya Irene segera tersadar dan berlari menuju nakas dekat tempat tidur. Begitu menemukan apa yang dicarinya di sudur laci paling dalam, ia duduk di samping Taehyung lalu meraih tangan namja itu dan menusukkan jarum menembus kulit sahabatnya itu.

Melihat itu Irene membulatkan matanya, “ Apa yang kau lakukan?! Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang! Bukan malah memasukkan benda laknat itu lagi!”

Taeyong hanya terdiam lalu memperhatikan gerakan dada Taehyung yang semakin normal, dan merasa denyut nadi Taehyung yang ia raba dengan tangannya kembali melambat. Ia menghela nafas lega menyadari sahabatnya sudah kembali ke keadaan yang lebih baik.

Setelah itu, baru ia membalas tatapan menusuk dari yeoja yang memangku sahabatnya itu dengan posesif. “ Percuma saja, mereka juga tetap akan memberikan heroin di rumah sakit. Taehyung menggunakan heroin, yang hanya bisa disembuhkan dengan heroin juga. Tidak ada obat yang bisa digunakan dokter lagi, karena penggunaan heroin ini berbeda dengan jenis lainnya.”

Irene masih terisak pelan sambil terus mendengarkan perkataan namja kurus di hadapannya itu. Sesekali ia mengelus surai coklat yang telah basah milik Taehyung pelan. Setidaknya namja itu sudah bisa bernafas dengan normal sekarang, hanya saja matanya masih setia terpejam.

“ Jika kau membawanya ke rumah sakit, hal itu malah akan memicu isu yang dapat menghancurkan nama Taehyung dan grupnya, kau ingat kan pacarmu ini seorang idol? Lagipula Taehyung juga berjanji akan pergi ke pusat rehabilitasi ketika ia siap.”

Setelah menjelaskan hal itu, ia bangkit dan mengambil alih tubuh lemas Taehyung dari pelukan Irene dan memindahkan namja itu kembali ke atas ranjang. Dengan telaten ia merapikan posisi Taehyung dan menyelimuti namja itu.

Irene ikut beranjak berdiri dan kini berpindah duduk di sisi Taehyung. Ia mengusap lembut dada bidang namja yang selama ini selalu terlihat baik-baik saja itu walau ia tau sesuatu yang berbahaya tengah bereaksi di tubuhnya.

“ Taeyong-ah..”

Taeyong yang hanya diam berdiri menyaksikan betapa Irene yang dewasa itu menjaga kenyamanan Taehyung yang kekanakan itu tersadar. “ Hm?”

“ Terimakasih telah menjaga Taehyung. Aku tidak tau lagi apa jadinya dia tanpamu. Hanya kita berdua yang tau keadaannya, jadi…jangan tinggalkan Taehyung ketika aku tidak bersamanya, eoh?”

Taeyong cukup tertegun mendengar hal itu. Taehyung yang ia kenal selama ini tidak memiliki siapapun yang dapat mengasihinya sebesar Irene. Tentu, para hyungnya sangat menyayanginya namun mereka tak tau bahwa Taehyung melakukan sesuatu pada tubuhnya saat ini.

Untuk pertama kalinya Irene melihat senyum tulus Taeyong, “ Tentu, aku hanya memiliki Taehyung saat ini, jadi untuk apa aku meninggalkannya, Noona.”

Irene mengangguk lalu ikut tersenyum senang. “ Panggil aku Irene saja, nNoona hanya untuk Taehyung.”

Begitu mendengarnya, Taeyong langsung mencebik pelan.

‘ Aigo, lihatlah yang kau tularkan padanya, Kim Taehyung. Kalian benar-benar dimabuk cinta, ckckck.’

 

 

 

Collywobbles in love. Sekarang hal inilah yang tengah dirasakan kedua insan yang duduk tenang di rerumputan ternaungi sebuah pohon besar nan rindang. Alunan melodi santai mengalun pelan menemani dua manusia yang berparas menawan.

Taehyung menggigit sebuah strawberry di tangannya. Ia menyandarkan tubuhnya ke pohon di belakangnya. Hamparan kota Daegu di bawah sana membuat namja tampan itu tak bisa beralih, inilah healing time yang dipikirkannya berbulan-bulan lalu.

“ Haah! Aigoo, benar-benar healing yang tepat.” Tawa Irene yang sibuk menulis sesuatu di memo pinkishnya menyeruak ketika mendengar Taehyung bicara dengan dialek Daegu dan hal itu juga membuat Taehyung ikut tertawa.

“ Aigoo~ aigoo~” Tangan panjang Taehyung sibuk mengacak gemas rambut Irene ketika yeojanya itu meniru dialeknya.

Hanya berdua, dengan hamparan rumput hijau dan sebuah pohon serta sekotak strawberry sudah cukup bagi Taehyung dan Irene untuk disebut sebuah kencan. “ Kau benar akan baik saja?”

Malam ini, yeoja itu harus kembali ke Seoul karena besok ada jadwal yang harus ia penuhi. Namun, keadaan Taehyung yang bahkan baru tadi pagi sadar dari sakawnya membuatnya enggan untuk meninggalkan kesayangannya itu. Apalagi sore ini namja itu sudah keras kepala memaksanya untung kencan disini, tempat ini cocok untuk kencan seperti di drama-drama korea, katanya.

Taehyung menoleh menatap yeoja yang ia anggap paling cantik di sebelahnya itu dengan teduh. “ Hm. Gwenchana, lagipula masih ada Taeyong yang menemaniku.”

Namun mendapati wajah Irene yang masih ragu dengannya, Taehyung kembali tersenyum menenangkan, ia meraih tangan yeojanya dan menggenggamnya erat seakan sebuah badai pun tak akan memutus ikatan itu.

“ Aku akan baik saja, my beautiful Irene. Tak akan terjadi apa-apa, lagipula seminggu lagi aku akan kembali juga ke Seoul. I will be okay.” Ucapnya diakhiri dengan kalimat inggris yang ia bisa sambil memainkan rambut panjang nan lembut milik yeoja favoritnya.

Bermenit-menit telah berlalu dan matahari telah tenggelam setengahnya. Pemandangan itu juga terlihat jelas dan memikat di tempat Taehyung dan Irene duduk. Mereka melalui moment itu dalam hening yang menenangkan tanpa kecanggungan dimana hanya gesture dan perlakuan tanpa kata seolah menjadi objek komunikasi mereka satu sama lain.

Taehyung menoleh ketika Irene menyenderkan kepalanya manja di bahu lebarnya. Tatapan mereka bertemu di bias oranye yang dipancarkan sisa surya di ujung cakrawala dan Taehyung selalu terbuai dengan rona cantik yeoja bermata bulat kesayangannya itu.

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah oval yeoja di pundaknya itu, semakin dekat untuk kembali mendapat ‘best healer’ nya dari bibir plum yang menggiurkan itu. Ia sejenak menempelnya bibir tipisnya pada bibir plum terbaik itu, lalu lambat laun melumatnya untuk merasakan setiap inchi kenikmatan yang terselip pada bibir milik yeoja yang saat ini memegang tahta tertinggi di hatinya.

Ketika mendapat perlakuan manis nan gentle dari namja bermata elang itu, Irene membalas mengikuti ritme yang diciptakan seorang Kim Taehyung pada bibirnya dan menikmati setiap detik yang diberikan Tuhan untuk moment ini. Ia berharap waktu dapat berhenti sejenak agar ia dapat lebih lama menelusuri tiap jengkal seluk beluk tubuh kokoh namja yang kini telah beralih menguasainya ketika langit menggelap akibat sang surya telah bersembunyi di tempatnya memberi ruang bagi dua manusia itu untuk menguasai waktu mereka sendiri.

Ketika kedua bibir itu terlepas, nafas mereka menderu berlawanan, namun ikatan manik dari keduanya tak rundung terlepas dan malah makin mengikat dalam. Jemari lentik Irene menelusuri lengan, bahu, leher dan berhenti di tengkuk Taehyung, tanpa basa-basi ia menarik tegkuk itu kembali mendekat dan Taehyung menelusupkan wajahnya di leher Irene, menikmati tiap kecup yang dihadiahkan yeoja cantik itu pada lehernya.

Tangan nakalnya membelai lembut pinggang ramping sang yeoja yang langsung disambut balas oleh belaian lembut di punggung lebarnya pula. Jarak mereka kembali terkikis dan taka da yang berhak mengganggu kesempatan emas di atas bukit malam indah itu. Malam itu hanya milik Kim Taehyung dan Bae Irene.

 

Brmm!

Semua mata tertuju pada derungan sebuah Ducati hitam yang menyusup di antara mobil yang terparkir di lobby drop off stasiun kota Daegu malam itu. Seorang yeoja berpakaian serba hitam dengan topi dan beserta kacamata hitam menghiasi seluruh wajahnya, rambutnya tersembunyi rapi di balik topi telah turun dari jok belakang motor tinggi itu dan melambai ke arah namja yang tadi memboncengnya masih bertengger di atas motor itu.

Namja itu tak bisa dikenali karena mengenakan helm fullface dan fashion serba hitam juga, secuil kulit pun tak terlihat dari luar. Namja itu ikut melambai dan berucap kencang, “ Love you, bae!”

Lalu ia meninggalkan lobby dengan derungan kencang pula meninggalkan lokasi drop off diikuti pandangan heran dan penasaran dari beberapa pasang mata yang ada disana.

“ Siapa mereka? Seperti teroris saja.”

“ Aneh sekali, tapi keren.”

“ Aigo, manis sekali.”

“ Jangan-jangan mereka selebriti?”

“ Diamlah, aku jadi merasa kesepian karena single.”

“ Bless them.”

Berbagai respon dari orang-orang disana terdengar ke seluruh penjuru. Namun ketika mereka ingin mencari sosok yeoja yang tadi turun dari motor tersebut, yeoja itu dengan cepat telah menghilang. Siapa yang menyangka jika mereka adalah Bae Irene yang dewasa, sang leader Red Velvet dan Kim Taehyung yang tampan, alien dari BTS.

 

 

 

~FIN~

 

Haii! makasih buat yg udh baca dan comment, untuk ini aku buat oneshoot, dan ini side romance story Taehyung masih berhubungan sama Nuestra Magoa ceritanya. Oneshoot ini cuman buat selingan aja, soalnya aku lagi buntu hehe, btw aku cuman kepikiran Irene yang bs dipasangin sm Tae soo, ya gitu deh, BTS-Velvet jadinya wkwkwkwkwkwkwwkk

terimakasih sekali lagi buat yang udh nyempetin waktunya baca apalagi comment! <3 <3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet