[vi] his lil problem

COMEBACK

Setelah mengenal Haechan selama sekitar empat tahun, Mark baru sadar bahwa ia harus lebih hati-hati pada anak itu. Bukan karena Haechan mengerjainya atau apa--dia sudah sering menjahili Mark dan cowok tujuh belas tahun itu sudah kebal dibuatnya. Mark merasa harus lebih hati-hati pada Haechan semata-mata karena takut kalau anak itu mengetahui terlalu banyak.

Haechan bukan tipe orang yang mudah diajak kompromi. Meskipun kata orang-orang Mark paling stabil emosinya, tapi rasanya tetap saja mengesalkan kalau kecerewetan Haechan membuat orang-orang jadi khawatir perihal masalah ponsel itu.

Semuanya diawali dengan Haechan yang mengungkit-ungkit masalah ponsel temuan begitu mereka kembali ke dorm setelah tampil di comeback stage. Mark dan yang lain sedang berkumpul untuk makan malam sampai kemudian Haechan menyinggung masalah ponsel temuan.

"Kita semua memang sudah bekerja keras hari ini. Tapi, aku penasaran, Mark Hyung baik-baik saja 'kan? Kau kelihatan banyak pikiran," ujar Haechan.

Kalau mereka berada di kamar, Mark pasti sudah menggetok kepala anak itu. Sebab, sebelumnya orang-orang tengah sibuk mengobrolkan topik mengenai jadwal padat mereka, tapi topik pembicaraan itu langsung berubah pesat begitu Haechan angkat bicara.

Kini para hyung tengah menatapnya. Mark sempat melihat Jaehyun dan Johnny yang meringis prihatin padanya.

Mark berdeham. Ia berbicara dengan pandangan yang masih terfokus pada piring makannya.

"Aku cuma sedang memikirkan bagaimana caraku membagi waktu antara sekolah dan jadwal padat yang menanti kita."

"Kukira biasanya kau mampu menata waktumu dengan baik tanpa harus berpikir keras," balas Taeyong. Ia meminum air mineral yang terdapat di depannya, kemudian berujar, "Kalau ada masalah, ceritakan saja. Siapa tahu kita bisa membantumu."

Sekilas, Mark sempat melirikan pandangan pada Haechan, setelahnya ia menghela napas pelan. Kini jelas sudah, anak itu memang tidak bisa jaga sedikit saja rahasia.

"Cuma masalah kecil, tidak terlalu penting juga," balas Mark yang kedengarannya memang benar. Saat ini ia hanya menganggap penemuan ponsel asing itu sebagai 'masalah kecil'. "Aku akan segera menemukan solusinya atau segera melupakannya. Ada banyak hal yang lebih penting untuk diperhatikan."

Pembicaraan malam itu ditutup dengan kepercayaan para member pada ucapan Mark. Selama ini, orang-orang memang cenderung mempercayai Mark karena dia memang tidak pernah berbohong. 

Ralat ; kelihatan tidak pernah berbohong. Tapi sebenarnya, ia sering melakukannya untuk menutupi hal yang tidak ingin ia beberkan pada orang lain ataupun hal yang berkaitan dengan aturan agensi saat interview. Misal, bagaimana ia diharuskan menjawab pertanyaan interview dengan sangat moderat alih-alih berpendapat jujur langsung dari sudut pandangangnya.

Kasus ini selalu terjadi sewaktu dia ditanyai hal semacam ; unit grup apa yang paling kamu sukai di antara ketiga unit yang ada?

Mark menjawab ia menyukai ketiga-tiganya. Kedengaran sangat moderat bukan? Seolah-olah dia memang tak mau ambil resiko untuk memilih salah sayu. Sebab kalau iya, dia bisa kena dua konsekuensi berikut. 1) Diprotes oleh masing-masing member di unit tertentu. 2) Diperhitungkan lagi oleh agensinya tentang kecocokannya pada unit grup yang tidak ia favoritkan.

Jadi, untuk menghindari masalah itu, Mark selalu memilih jalan tengah. Meski sebenarnya, ia juga enjoy dengan konsep performa yang berbeda-beda itu. Meski awalnya janggal dan tidak nyaman--baca; aneh--tapi lama kelamaan ia juga bisa menyesuaikan diri.

Lamunannya dari pemikiran panjang langsung terputus begitu Jaehyun menepuk pundaknya. Mark yang hendak masuk ke dalam kamar pun menoleh. Ia melihat Jaehyun yang tengah menyodorkan sebuah charger ponsel padanya.

"Just in case you still need it," ujarnya dengan bahasa Inggris. "Kabari kami kalau ada berita baru. Soalnya, aku dan Johnny juga penasaran."

Sebelah alis Mark agak terangkat waktu mendengar Jaehyun berbicara dengan bahasa internasional itu. Ia kemudian tersenyum mengiyakan sebelum masuk ke dalam kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Johnny dan Jaehyun.

Selama masa trainee hingga saat ini, Mark memang selalu berbicara dengan bahasa Inggris ataupun campuran antara Korea-Inggris tiap kali ngobrol dengan para member asing. Yang paling sering adalah Johnny, karena dia memang berasal dari Chicago. Selain itu juga pada Ten, soalnya hyung-nya yang satu itu memang mengaku bahwa dia lebih terbiasa menggunakan bahasa inggris alih-alih bahasa asalnya, bahasa Thai.

Masa-masa sulit Mark dalam komunikasi terjadi saat pertama kalinya ia pindah ke kota ini. Mark memang selalu berbicara dengan bahasa Korea dengan orang tuanya, tapi dengan teman-teman sebayanya di Canada sana, ia terbiasa mengobrol dengan bahasa Inggris. Hasilnya, ia jadi kagok sendiri saat pindah sekolah ke Korea. Banyak teman-teman yang bingung dengan ucapannya karena Mark yang sering mencampurkan kedua bahasa itu tanpa sadar.

Nah, sepertinya kita sudah membicarakan fakta tentang Mark terlalu jauh. Sudah sampai mana tadi?

Charger?

"Hyung, tadi harusnya kau jujur saja pada yang lain. Aku sudah berusaha keras memancingmu tahu," ujar Haechan begitu melihat Mark memasuki kamar. 

Mark balik menatap laki-laki yang lebih muda setahun darinya itu. Ia sudah berganti pakaian dan tampak sangat siap untuk tidur, kecuali kalau dilihat dari gerak-geriknya yang sama sekali tidak keliatan mengantuk dan berniat untuk tidur.

"'Kan sudah kubilang. Cuma masalah kecil, tak perlu memberitahu semua orang," balas Mark. Ia mecantelkan mantel musim dinginnya di gantungan baju, berlalu sebentar ke kamar mandi saat mendengar Haechan berteriak, "Aku sangat tidak menyukai sasaeng, tahu!"

Mark kembali ke kamar dengan sebuah handuk kecil di tangannya. Ia tengah mengusap wajahnya dengan handuk, mengambil ponsel temuan dan mulai mengisi daya baterainya sebelum berkata, "Sasaeng takkan mencatat alamat rumahku. Mereka menghafalnya."

Haechan ingin menyangkalnya, tadi ia sadar bahwa perkataan Mark ada benarnya juga. Jadi, setelah merasa tidak ingin berkomentar lagi, ia memilih diam. Dilihatnya Mark yang tengah mengutak-atik ponsel temuan tersebut. Entah apa yang ia lakukan, yang jelas setelahnya Haechan melihat Mark yang menghela napas kecewa dan berbalik menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti.

"Cuma ingin mengingatkan, zaman sekarang tidak ada orang yang tidak mengunci ponselnya kecuali kau sendiri, Mark," ujar Haechan dengan bahasa informal. 

Setelah mengganti pakaiannya, Mark langsung berbaring di tempat tidurnya. Ia sempat memberesi beberapa barang dan membalas perkataan Haechan.

"Hyuck, ponselku selalu aman. Aku tak perlu memberinya pengaman tambahan," elaknya.

Haechan sudah hendak menjawab perkataan Mark begitu pintu kamar diketuk oleh seseorang dan diikuti seruan, "Yaedera, dangjang jagora!*"

*Guys, kalian harus tidur sekarang!

Mark langsung mematikan lampu kamar semantara Haechan berteriak, "Doyoung Hyung, kami sudah tidur!"

"Orang tidur takkan bisa mematikan lampu dan balas berbicara, Donghyuck!"

"Aku sedang berbicara dalam tidur!"

"Aku takkan tanggung jawab kalau kau kesiangan besok pagi," ujar Doyoung diikuti suara langkah kaki.

Haechan tertawa. "Hyung itu terlalu memperhatikan kita."

Mark yang sedang memainkan ponselnya tidak menanggapi Haechan, membuat Haechan sontak berinisiatif untuk tidak berbicara lagi. Meskipun menganggu Mark merupakan hal menyenangkan, rasanya tak asik lagi kalau ia sudah mulai mengabaikannya. Lagian sekarang juga sudah agak larut, Haechan tak ingin buang-buang tenaga hanya untuk membuat Mark menanggapinya.

Setengah jam berlalu dengan keduanya yang terpaku pada ponselnya masing-masing. Haechan sedang mendengarkan musik, sementara Mark tengah membalas grup chat dari teman sekolahnya. Mereka berdua belum sama-sama tidur.

Tepat ketika jam menunjukan pukul sebelas, Mark sadar bahwa jatah mainan ponselnya sudah habis. Ia harus tidur dan tengah memasang earphone merahnya untuk membantunya mendengarkan lagu penghantar tidur. Namun, tepat ketika ia hendak menyentuh ikon play pada layar ponselnya, ponsel temuan yang tengah diisi daya baterainya tiba-tiba berdering.

Ringtone dengan sebuah instrumen dari lagu Roses - The Chainsmokers ft Rozes itu langsung tertangkap oleh pendengaran Mark dan membuatnya langsung melesat ke sumber suara. 

Biasanya, orang akan langsung menjawab panggilan ponsel begitu mendengar deringan ponsel itu. Tapi, tidak dengan Mark. Ia masih berdiri di sana, memandangi layar ponsel yang menampakan ID pemanggil bernama NRJung Don't Answer This Call seraya mendengarkan ringtone yang ternyata cukup menarik dan membuatnya ingin mendengar lama-lama.

Mark mengumpulkan kesadarannya. Ia mengesampingkankan perasaan ganjal saat melihat ID kontak itu dan mencoba merelakan instrumen ringtone yang enak didengar begitu tangannya memutuskan untuk mengambil ponsel dan menekan ikon untuk mengangkat telepon.

Well, siapa yang menyangka kalau ternyata masalahnya akan terpecahkan semudah ini? []

______________________________

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sacrifar-kun
#1
Good fanfic. Agak susah nemu fanfic bahasa indonesia NCT yang well written. You did it good. Keep writing, okay!