Bad Feeling

ROOMMATE (Korean Fan Fiction)

Aku menghela napas. Menatap wajahku didepan cermin. Raut wajah lelah dan datar nampak disana.

Ya, aku ingin segera pulang.

Aku melangkah pelan. Memutar kenop pintu kamar mandi. Namun perasaan ini kembali bergumul dalam dadaku. Semacam rasa aneh yang rumit untuk dijelaskan. Membuatku seakan bertanya-tanya tanpa jawaban.

Ada apa lagi ini? Kenapa aku merasa tak enak?

Cklek. Aku menutup pintu.

"Ah, Rissa-ya.."

Aku menoleh. Mendapati sosok Seungcheol berdiri tak jauh dariku.

"Kenapa wajahmu itu? Kau sakit?"

Aku menatapnya. "Tidak. Aku hanya lelah."

"Baiklah, aku antar kau pulang kalau begitu."

Aku tak menjawab. Mengedarkan pandanganku ke sekitar. Dhini dan Dokyeom berdiri tak jauh dari kami sembari merapikan barang-barang mereka.

Dan dugaanku benar. Sesekali Dhini melihat kearah kami.

"Tak usah Seungcheol-ah, aku bisa pulang sendiri." Jawabku kemudian

Ia melirik sekilas jamnya. "Ini sudah malam.."

"Dia biasa pulang sendiri. Benar 'kan Rissa-ya?"

Eh. Sejak kapan Dhini berdiri diantara aku dan Seungcheol? Ia bahkan memotong pembicaraan Seungcheol.

"Kau jangan mengganggu pembicaraan mereka, Dhini-noona." Ucap Dokyeom tiba-tiba, berdiri disamping Dhini

"Jangan panggil aku noona!" Sergah Dhini

"Memang kenapa? Aku 'kan menyukaimu." Jawab Dokyeom polos

"Ish kau ya!" Dhini mencubit lengan Dokyeom. "Kau juga memanggil Risa dengan sebutan noona. Maumu apa hah?"

"Aduh, sakit!"

Aku tersenyum simpul. "Benar, Seungcheol-ah. Kau tak perlu mengantarku. Aku juga sudah biasa pulang sendiri."

"Atau terkadang bersamaku, karena kami searah." Jawab Dokyeom. Ia lalu terlihat berpikir, "Tapi maaf, noona. Aku tak bisa pulang bersamamu karena manajer menyuruhku untuk lembur hari ini."

"Tak apa-apa."

Aku melirik sekilas Seungcheol yang masih memandangku. "Aku harus pulang sekarang teman-teman. Hari ini aku merasa lelah dan pekerjaanku juga sudah selesai."

Mataku kemudian menatap Dhini. Raut wajahnya seakan menyuruhku untuk melakukan sesuatu.

Baiklah..

"Dhini-ya juga akan pulang 'kan? Bagaimana kalau kalian pulang bersama-sama saja karena kalian searah?"

Aku menatap Seungcheol dan Dhini bergantian.

"Baiklah," Jawab Seungcheol akhirnya

"Awas kalau kau macam-macam, Hyung." ucap Dokyeom

Sementara aku menangkap Dhini yang berbicara tanpa suara padaku. "Gomawo."

 

 

***

 

"Aku menyukai Seungcheol.. sejak pertama kali bertemu dengannya."

Aku cepat-cepat meraih air mineral disampingku. Sebelum tersedak kimchi yang kumakan.

"Sejak hari pertama bekerja disini, maksudmu?" Tanyaku setelahnya

"Ya. Sejak hari pertama kita bekerja disini."

Seulas senyum mengembang di bibirnya. Dhini kemudian melanjutkan makannya.

Fried and Boiled Restaurant.

Sudah enam bulan lamanya aku dan Dhini bekerja paruh waktu disana. Kami bertemu dua orang karyawan lain, Seungcheol dan Dokyeom, karena mereka memilih shift kerja yang sama dengan kami.

Aku tak menyangka.. Dhini menaruh perasaan kepada salah seorang dari mereka?

Oh yang benar saja. Aku ingin tertawa.

Dokyeom yang baik dan polos itu senang sekali bercanda. Orang yang ramah dan pandai bergaul. Hanya saja tingkahnya begitu kekanak-kanakan dan terkadang jokesnya itu sama sekali tak lucu.

Lain halnya dengan Seungcheol. Lelaki itu cukup serius dan apa adanya. Ia jujur dan rendah hati menurutku. Tapi kadang ia cukup egois dan tak bisa menahan emosinya. Bahkan pada pelanggan.

Apa yang menarik dari Seungcheol bagi Dhini?

"Jadi, Rissa.."

Dhini memandangku. Kali ini wajahnya terlihat begitu serius.

"Apa kau mendukungku?" Tanyanya

Aku memutar bola mataku. "Tentu saja. Kalian cocok. Kenapa tanyakan hal itu?"

Dhini tersenyum kecil. "Aku hanya meminta restumu. Kurasa belakangan ini kalian terlihat dekat."

Apa?

"Terlihat dekat apanya? Bukankah kita berempat memang dekat. Lagipula, tak ada apa-apa diantara kami."

"Kau jangan berprasangka seperti itu, Dhin.. Aku jadi merasa tak enak." Jelasku

Dhini mengangguk. "Terima kasih."

Ia memegang kedua tanganku. "Maaf, aku hanya sedang berusaha mendekatinya."

Dhini memandangku seperti memohon.

"Jadi kalau dia sedang berada disekitarmu.. Aku harap kau bisa menjaga jarak. Kau mengerti maksudku 'kan?"

Aku mengangguk. "Aku mengerti. Tentu saja akan kulakukan."

 

 

***

 

Aku tertawa kecil. Teringat ucapan Dhini tadi siang saat kami makan bersama.

Seungcheol-ah..

Aku tak menyangka kau bisa membuat temanku menjadi tergila-gila padamu.

Hahaha.. Apa kau semenarik itu? Atau seperhatian itukah?

Deg.

Aku menatap jalanan yang kulalui ini. Teringat bagaimana Seungcheol pernah mengantarku pulang sekitar 3 sampai 4 kali. Aku lupa. Dan aku tak memberi tahu Dhini.

Ia yang khawatir dan menelponku saat aku tak mengabari teman-teman. Juga mendatangi apartmentku saat aku sakit.

Apa aku bisa mengabaikannya?

Bisakah aku menjaga jarak dengannya?

Aku.. tidak bisa begitu saja menolak perhatiannya 'kan?

Entah mengapa kini aku mengerti perasaan yang membuatku lelah dan tak enak sejak tadi.

 

 

*

 

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Aku menguap. Meregangkan sedikit tubuhku. Jam berapa ini?

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Jam 1 pagi? Yang benar saja!

Siapa yang berani mendatangiku?

Aku kaget dan segera bangkit dari tempat tidurku. Jantungku berdebar. Melangkah pelan mendekati pintu.

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Aku mengintip dari kaca pintu apartmentku. Seorang pria!

"Si-siapa?" Suaraku serak

"Mianhae, bisakah kau buka dulu pintunya?"

Aduh.. Apa-apaan ini?

Buka tidak ya?

Masa bodoh. Buka saja!

"Annyeong." Sapanya setelah aku membuka pintu

Wajahnya sedikit kaget. Meski mengantuk, aku mengamatinya. Sosoknya tinggi. Wajahnya khas korea. Lumayan tampan. Mungkin kalau tersenyum ia akan lebih tampan.

Ia menggendong satu ransel besar dan menggenggam sebuah tas besar bepergian.

Apa yang sedang..

"Maaf mengganggumu malam-malam begini.. Bisakah aku bertemu dengan pemilik kamar ini?"

Hm?

"Ya, tentu. Aku sendiri. Ada apa?"

"Namaku Seo Kang Joon. Aku teman sekamarnya mulai hari ini."

Kami berbicara bersamaan.

Tunggu.

"APAAAA?!"

Aku berteriak. Sementara ia tak kalah kagetnya denganku.

What the hell is it?

Sepertinya aku jadi benar-benar tahu mengapa perasaanku tak enak sejak tadi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet