Can't be Forgotten

The Warriors

When something you want to forget keep coming back, then that's your destiny.

Celice berjalan dengan lemas keluar dari kelasnya, bahkan ia tidak mendengar suara Rose yang dari tadi memanggilnya. Celice menengokkan kepalanya ke sebuah pohon rindang.

“Mungkin duduk di bawa pohon ini bisa sedikit mengilangkan kecemasanku.”

Ia menyandarkan kepalanya pada batang pohon yang kokoh itu, sambil berulang kali menghela napas panjang. Ia membuka tasnya, mengeluarkan buku apa saa yang bisa dibacanya. Rose terus mengamati sahabatnya itu dalam diam. Ia ikut duduk di samping Celice sembari terus memandang Celice penu kecemasan.

Beberapa menit mereka berdua hanya duduk terdiam di sana. Buku terbuka di tangan Celice yang tentu saja tidak ia baca. Bahkan Celice tidak menyadari keberadaan Rose di sana. Celice masih tenggelam dalam lautan kecemasannya. Tidak tahan meliat sabatnya yang seperti sudah tidak punya semangat hidup itu, akirnya Rose angkat bicara.

“Celice.....”

“..............” tidak ada jawaban dari sang lawan bicara.

“Celice, kau mendengarku tidak?” tanya Rose sambil menggucang tubuh Celice.

“Oh, Rose? Sejak kapan kau di sini? Maaf aku tadi sedang serius membaca buku ini. Jadi aku tidak mendengarmu.” Jawab Celice degan memaksakan senyumnya.

“Membaca? Aku baru tahu ada orang bisa membaca tanpa harus menatap ke tulisannya.”

“Hah?”

“Huft...Kamu sedang ada masalah apa, heh? Apa masih masalah yang kemcelice? Bukannya kau sendri yang mengatakan padaku tidak ingin mengurusinya, namja sombong itu.”

 “Bukan itu. Ada masalah yang lebih besar lagi. Ibuku tidak mengirimkan uang bulanan untukku bulan ini.” Jawabnya sambil tertunduk.

“Hah? Yang benar? Memangnya apa yang terjadi dengan keluargamu?” tanyanya.

“Nenekku sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit.”

“Apa? Nenekmu sakit? Bagaimana keadaannya?” seketika ekspresi Rose berubah sangat khawatir. Ia sudah menganggap nenek Celice seperti neneknya sendiri.

“ Tenang saja, sekarang nenek sudah membaik. Namun, kejadian itu membuat ibuku menggunakan uang bulananku untuk biaya rawat inap nenek. Itu berarti aku tidak punya uang sepeserpun untuk biaya hidupku sebulan ini. Apa yang harus aku lakukan, Rose?”suara Celice melemah kalau saja ia tidak menahannya pasti sekarang ia sudah menangis.

“Celice.... jika kau mau, aku bisa membantumu......”

“ Jangan bilang kau ingin membantuku lagi. Aku tidak ingin terus merepotkanmu dan keluargamu. Keluargamu sudah sangat baik padaku. Aku memutuskan akan mencari pekerjaan paruh waktu. Aku harus mencari uang dengan keringatku sendiri.” Jawabnya mantap.

 

“Baiklah aku akan membantu mencari pekerjaan untukmu. Kita pergi bersama, ya! Gaja!!!” Rose memberikan senyum terbaiknya mencoba membangkitkan semangat Celice.

“Aku tidak yakin bisa bertahan jika tidak ada dirimu Rose, kau memang sahabat terbaikku. Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku!” Celice memberikan pelukan hangat pada sahabatnya itu.

“Kau ini dramatis sekali hahaha...Lepaskan tanganmu, orang-orang mulai memperhatikan kita!”

“Tidak mau.... ini sangat nyaman....Andai kau seorang namja, pasti sudah kunikahi. Hahha...”

-#-

“Wah, bayimu sangat cantik Eunjin noona!” seorang namja tampan berponi yang sering disebut V itu, mencubit lembut bayi laki-laki yang ada di gendongan seorang wanita.

Ia dan seorang namja lainnya berambut coklat terang berebutan untuk melihat dan menyentuh bayi itu. Sementara 4 orang namja yang ada di belakangnya, hanya berdiri tanpa ekspresi. Satu diantara mereka, berulang kali melihat jam tangan hitam yang melingkar di lengan kirinya. Dia terlihat sangat terburu-buru dan sedikit sebal melihat dua namja yang ada di depannya terus bermain dengan bayi yang ada di gendongan manajer Eunjin. Seolah tidak sadar orang-orang itu sudah menunggunya dari tadi. Beberapa saat kemudian, namja itu berjalan keluar dari ruang perawatan rumah sakit itu tanpa bicara apapun.

“Pergilah, kalian ada jadwal show kan hari ini? Lihat, Namjoon keliatannya sudah tidak sabar menunggumu!” sahut wanita yang sedang terbceliceg di ranjang rumah sakit.

“Aigoo, Namjoon hyung menyebalkan itu kenapa tidak pernah bisa mengerti orang lain. Baiklah kami harus pergi sekarang. Eunjin noona kau harus lekas bekerja lagi ya. Aku akan sangat merindukanmu. Dah!!!!Adik kecil!!!” namja berwajah rupawan itu, mengedarkan senyum manisnya sebelumnya meninggalkan ruangan itu.

“Kami pergi dulu manajer Song semoga kau lekas pulih!” kata namja yang bersama V tadi sambil melambaikan tangan. Sementara yang lainnya meninggalkan ruangan itu dalam diam.

Sebuah mobil van berwarna hitam mengilat melaju cepat meninggalkan gedung megah Seoul Hospital. Keenam namja tampan yang ada di dalamnya terdiam dengan pikirannya masing-masing. Semuanya masih dengan ekspresi yang sama, kecuali V dan temannya yang dari tadi saling bergumam pelan sambil memandang layar smarthphonenya.

“Taehyung, Hoseok hyung, gara-gara kalian kita kehilangan banyak waktu. Terpaksa jadwal kita hari ini diundur.”suara ketus Namjoon memecah keheningan di kabin mobil itu.

“Namjoon, kau tidak boleh bicara seperti itu. Eunjin noona itu kan manajer kita selama 4 tahun ini. Dia baru saja melahirkan, sudah seharusnya kita mengunjunginya meskipun hanya sebentar!” ekspresi Hoseok berubah menjadi kesal. Suaranya agak meninggi. Ia tidak tahan dengan sikap Namjoon yang selalu seperti itu, egois, semaunya sendiri, dan tidak pernah memikirkan orang lain.

Suasana kembali hening saat van itu memasuki halaman sebuah gedung. Perhatian mereka sekarang terpusat pada kerumunan orang, lebih tepatnya yeoja yang ada di depan gedung itu. Saat mereka keluar dari van itu, sontak kerumunan yeoja yang berjumlah puluhan itu menjerit histeris. Dan, jika tidak ada pihak keamanan di sana, tentu saja yeoja-yeoja itu sudah menyerbu keenam namja itu, dan pasti mereka tidak karuan sekarang.

“Wow ada yang bisa memberitahuku, apa yang terjadi sekarang? Apa sedang ada demo di sini? Keliatannya bagus, aku akan mengunggahnya di twitterku.” Salah satu namja yang berwajah imut mengabadikan momen menarik itu dengan i-phonenya.

“Itu bukan demo, tapi antrian yeoja yang ingin menjadi manager baru kita.” Sambung namja jangkung berambut coklat gelap dengan cuek.

“Aku tidak yakin salah satu dari mereka bisa menggatikan manejer Eunjin. Mereka semua masih terlalu muda dan tidak berpengalaman.”

-#-

 

Siang itu Celice dan Rose pergi ke pusat pertokoan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Mereka berulang kali keluar masuk toko-toko yang ada di sana. Berharap ada toko yang sedang membutuhkan pekerja baru. Semakin lama, usaha mereka terasa sia-sia. Hari sudah hampir gelap namun, mereka belum juga menemukan pekerjaan untuk Celice. Mereka sudah berkeliling hampir ke semua toko, namun tidak ada satupun yang membutuhkan pekerja baru. Rasanya mereka sudah hampir putus asa.  Celice dan Rose duduk di bangku taman yang ada di depan sebuah gedung manajemen artis.

“Ingin sekali aku berteriak di situ untuk melampiaskan semua bebanku. Tapi, jika aku melakukan itu berarti aku mempermalukan diriku sendiri.”Celice duduk termenung dengan tatapan kosong. Ia sudah tidak  tau lagi apa yang harus ia lakukan setelah ini. Uangnya sudah hampir habis mungkin ia sudah tidak bisa makan lagi besok lusa. Pikirannya sekarang benar-benar kacau. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga, saat sedang kesal-kesalnya selembar kertas yang sudah ternoda es krim terbawa angin dan jatuh tepat di wajahnya.

“Apa ini? Menjijikan!! Ah......wajahku!!”

“Celice apa yang terjadi dengan wajahmu? Mengapa bisa ada es krim begitu??” Rose memandang heran wajah Celice yang sudah dipenuhi es krim dan dengan segera memberikan selembar tisue padanya.

“Kenapa akhir-akhir ini hidupku selalu sial? Ah....dasar kertas menyebalkan!!!” saat Celice akan membuang kertas itu ke tong sampah, ia membaca sebuah tulisan yang ada di dalamnya. Ekspresinya berubah seketika, senyum merekah dari wajahnya yang manis. Ia seperti mendapatkan anugrah dari surga.

“YES!!!!!Akhirnya aku mendapatkannya!!!!!”Celice tidak dapat menahan diri, ia melompat dan berteriak di tengah keramaian yang seketika menjadi hening, spontan menoleh ke arah orang yang menimbulkan kebisingan itu. Di kertas itu tertulis ada sebuah perusahaan yang membutuhkan seorang pegawai paruh waktu dengan gaji yang tinggi.

“Rose aku mendapatkannya. Sebuah lowongan pekerjaan untuk menjadi manager di sebuah perusahaan!!!!!”

“Manajer??? Yang benar???”

“Benar. Lihat saja ini, kantornya beralamat di..........” kata-katanya terhenti saat ia menyadari ia sudah berdiri tepat di depan perusahaan itu.

 

Sebuah gedung bercat abu-abu yang tidak terlalu besar, tepat menjulang di depannya. Di puncak gedung itu, terpasang tulisan raksasa “Big Hit Entertainment”

“Ajaib. Kenapa bisa kebetulan seperti ini. Pelangi? Inikah pelangi sehabis hujan itu? Ayah? Apakah ini karena bantuanmu?”

Dengan antusias Celice berlari memasuki pintu masuk kaca, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang lobby. Di sana tertata dengan rapi beberapa sofa yang juga berwarna-warni. Pohon-pohon dan bunga-bunga hias menghiasi setiap sudut ruangan dengan apik. Sebuah lemari kaca besar yang berisi berbagai macam tropi menambah kesan “Wah” dari gedung itu.  Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah banyak sekali orang yang mengantri untuk melamar pekerjaan tersebut. Bisa dibilang 80% dari mereka adalah yeoja dengan penampilan menarik. Ia sangat heran melihatnya ia belum pernah melihat antrian pelamar pekerjaan paruh waktu sebanyak ini. Menyadari kebingungan Celice, Rose menghampirinya.

“Celice, mengapa kamu kelihatan bingung begitu? Apa kamu heran melihat begitu banyak pelamar  di sini? Ini sudah biasa Celice, ini kan Big Hit Entertainment?”

“Big Hit Entertaiment? Apa itu?”

“Celice-celice, kamu ini bagaimana, sih? Masak perusahaan tenar yang sedang naik daun ini kamu tidak tahu? Aku saja tahu!!!”

“Aku memang tidak terlalu memperhatikan masalah seperti itu. Cepat jelaskan padaku jangan buat aku penasaran dong!” kata Celice setengah memohon.

“Big Hit Entertainment adalah sebuah perusahaan yang mengorbitkan idol grup paling terkenal saat ini, BTS. Jangan bilang kau juga tidak tahu BTS?”

“BTS.....BTS.....sepertinya aku pernah mendengarnya. Hmm....o iya...banyak yeoja-yeoja di bus kota yang selalu membicarakannya. Kalau tidak salah mereka itu....penyanyi?”

“Yup!! Benar sekali!! Dan aku juga sangat menyukai mereka.” Kekeh Rose.

“Tapi, tunggu dulu, maksudmu aku akan melamar menjadi seorang manajer untuk artis? Hah, yang benar saja aku kira menjadi manager sesungguhnya. Kalau begini, aku tidak bisa melamar di sini.”

“Mengapa tidak? Ini kan kesempatan besar untukmu, Celice! Bukankah terjun di dunia musik adalah mimpimu?”Celice tersentak mendengar kata-kata Rose. Seperti ada gejolak di dalam hatinya. Meskipun ia membutuhkan uang, ia tidak bisa melakukannya. Mungkin ini memang pernah menjadi mimpinya. Namun, itu dulu sebelum ia memutuskan tidak akan berhubungan lagi dengan dunia musik. Melakukannya hanya akan mengingatkannya pada mendiang ayahnya.

“Justru karena itu aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan berhubungan lagi dengan dunia musik.” Kata Celice sambil melangkah ke luar gedung.

“Tapi Celice, kau tidak bisa terus begini. Kau harus keluar dari kesedihanmu!” Rose berusaha  meyakinkan sahabatnya itu.

Mendengar itu, Celice menoleh sesaat namun dengan tegas menjawab “Aku, tetap tidak bisa melakukannya!” Celice melangkahkan kakinya menjauh dari Rose.

Saat ia hampir melangkah ke luar, tiba-tiba seperti ada sesuatu yang mencegahnya keluar.
“Jagalah ibumu, jangan pernah membuatnya kecewa........Bertahanlah sampai akhirnya pelangi akan datang menggantikan hujan.”  Ada sebuah suara yang sangat dikenalnya seolah memanggilnnya dari belakang.

“Ayah???” Ia menoleh ke belakang, samar-samar ia melihat bayangan ayahnya di tengah kurumunan orang. Ia melihat ayahnya tersenyum sambil mengangguk, seolah berusaha meyakinkan Celice keputusan yang diambilnya sudah benar.

“Ayah, kau mau aku melakukannya?Baiklah, aku akan melakukannya. Aku tidak ingin menyusahkan ibu, bagaimanapun aku harus melakukannya! Terima kasih ayah” samar-samar bayangan ayahnya menghilang.

Celice kembali berjalan ke gedung tersebut dan mengambil formulir pendaftaran. Rose hanya terbengong-bengong melihat tingkah Celice yang berubah dalam waktu sekejap.
“Apa yang terjadi padamu? Berubah pikirannya cepat sekali?”

“Ini berkat pelangi.”

“Pelangi?”Celice hanya menjawab pertanyaan Rose dengan senyum misterius.

“Celice hentikan kebiasanmu menggunakan perumpamaan seperti itu. Jangan buat aku penasaran terus!!”

Celice menunggu waktu wawancara berjam-jam. Untunglah selalu ada Rose yang menemaninya sepanjang waktu.  Hingga tiba gilirannya untuk melakukan wawancara. Pada saat itu jam tepat menunjukkan pukul 10 malam. Saat ia memasuki ruangan itu semua orang yang ada di sana sudah terlihat sangat lelah, bahkan beberapa diantara para juri sudah hampir tertidur. Yang lain memandanginya dengan tatapan yang aneh. Mungkin karena ia berbeda dari kebanyakan orang di sana.  Ia orang korea yang berwajah setengah eropa, tubuhnya yang tinggi semampai terbalut kemeja denim dan celana jeans. Wajahnya terlihat sangat lesu dan pucat tanpa polesan make up sedikit pun. Juga rambut pirang keemasannya yang sedikit berantakan hasil tertidur di sofa lobby tadi. Untung saja wajahnya memang cantik, setidaknya itu bisa memberikan sedikit kesan “baik” pada orang yang ada di hadapannya. Tapi, ia tidak mengkhawatirkan itu semua yang penting ia bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Ia sedikit bingung mengapa di sana ada panggung dan berbagai jenis alat musik.

“Aku di sini kan wawancara untuk menjadi seorang manajer, bukan penyanyi.” Ujarnya dalam hati.

“Sepertinya anda heran melihat panggung itu, ya? Pasti anda berpikir anda akan menjadi seorang manager bukan penyanyi.” Ujar seseorang yang kelihatannya tahu kebingungannya.

“Seperti yang anda tahu,kami mencari seorang manager. Tapi ini bukan maneger biasa, meneger artis terkenal di Korea, Asia bahkan di dunia. Jadi, selain kemampuan, kami juga perlu penampilan yang menarik dan juga kemampuan di bidang musik tentunya.”Ia hanya tertegun mendengar penjelasan orang itu. Mungkin Ia memang memahami tentang manajemen, namun soal musik ia sudah seperti kehilangan jiwa musiknya dan soal penampilan, ia sama sekali tidak masuk hitungan. Ia pikir sebentar lagi orang-orang di hadapannya akan menendangnya keluar dan mengusirnya dari gedung itu. Setelah itu, ia tidak sanggup membayangkan dirinya kelaparan dan terkatung-katung di jalanan. Menjadi gelandangan yang siap menanti ajal. Ia tidak mau berakhir menyedihkan seperti itu!!!

 

“Silahkan naik ke atas pangung dan tunjukkan kemampuanmu.” Kata orang itu sambil mempersilahkannya naik ke pangung.

Celice sedikit tersentak dari lamunannya dan sedikit lega karena khayalannya bodohnya itu tidak benar-benar terjadi. Jantungnya berdetak sangat kencang, seluruh badannya gemetar. Dengan ragu-ragu ia duduk di depan sebuah piano berwarna putih. Ia tidak tahu lagu apa yang harus ia nyanyikan dan mainkan ia sama sekali lupa dengan semua lagu yang pernah dikuasainya. Ia termenung beberapa saat hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyanyikan sebuah lagu sederhana, lagu yang paling melekat di benaknya dan mungkin satu-satunya lagu yang masih tersisa di hatinya. Lagu itu adalah lagu ciptaan ayahnya yang dibuat khusus saat ulang tahunnya yang ketujuh belas. Setahun sebelum kepergian ayahnya.

Ia meletakkan jari-jari lentiknya di atas tuts piano. Dan memulai lagunya. Suaranya yang tinggi dan lembut mampu membius semua orang yang ada di sana. Keterampilannya memainkan piano membuat semua orang takjub. Bahkan juri yang hampir tertidur, seketika mendapatkan energi kembali. Di sanalah puncak ia melepaskan semua ketakutan dan kesedihannya. Semua rasa yang ada dalam dirinya meluap keluar bersama dengan air matanya.  Saat ia selesai memainkan piano dan menyanyikan seluruh lirknya, suasana menjadi sangat hening. Yang terpkir di kepalanya hanya kenangan-kenangan indah tentang ayahnya. Tiba-tiba semua orang di ruangan itu bertepuk tangan dengan antusias. Beberapa diantara mereka mengusap air mata mereka. Ia turun dari panggung dengan penuh kebingungan.

“Bagaimana kau bisa memainkan piano dan bernyanyi dengan penuh penghayatan. Lagumu benar-benar sangat indah dan menyentuh.”kata seseorang yang duduk tepat di depannya. Ia hanya terperanggah tak percaya mendengar komentarnya. Ia tidak mampu berkata apapun. Seseorang mempersilahkannya keluar ruangan yang bertanda wawancaranya sudah selesai. Ketika ia keluar dari ruangan itu, Rose segera berlari kearahnya.

“Bagaimana wawancaramu? Mengapa wajahmu lesu begitu. Apa terjadi sesuatu yang buruk?” Mendengar pertanyaan Rose, ia hanya terdiam dan berjalan keluar dari gedung sembari berkata
“Tidak terjadi apapun tidak usah dipikirkan”

--#--

Sesampainya di rumah, Celice duduk termenung sambil memandangi suasana Seoul di sore hari. Desiran angin senja, mengibaskan rambut keemasannya yang lembut. Ia bingung dengan apa yang dirasaknannya sekarang. Rasanya ia bahagia karena bisa kembali menikmati musik. Namun di sisi lain, ia kembali teringat ayahnya dan itu membuatnya batinnya tersiksa. Sampai-sampai ia tidak menyadari nada dering handphonenya telah lama berdering. Ia mengangkat handphone dan begitu terkejutnya ia mendengar suara orang yang ada di seberang telepon

“Halo, apakah ini nona Celice?”

“Iya, ini siapa?” jawabnya dengan lemas.

“Ini saya tuan Han dari Big Hit Entertainment. Saya ingin memberitahu anda, bahwa anda telah diterima menjadi manajer kami.” Ia masih tidak sadar dengan apa yang dikatakan orang itu. Ia masih belum sadar sepenuhnya dari lamunannya.

“Mwo? Apa, yang anda bilang tadi?”

“Nona Celice, anda diterima sebagai manajer di perusahaan kami”

“Hah??? Aku diterima??” jawabnya setengah tidak percaya.

“ Iya, kami terkesan dengan penampilan anda. Dan kami rasa anda juga mempunyai kemampuan yang baik di bidang manajemen. Besok jam 4 datanglah ke perusahaan kami. Dan kalau bisa ubahlah sedikit penampilan anda.” Jawabnya sembari  menutup telepon.

Celice mematung di tematnya duduk. Masih dengan handphone di teliganya dan mulut menganga lebar. Ia tidak dapat berkata apapun. Ia sangat bahagia. Beberapa kali ia mencubit pipinya sendiri memastikan kalau semua ini bukan mimpi. Seluruh molekuk di tubuhnya seolah ikut menari saking senangnya. Tanpa sadar, ia melompat-lompat di tempat tidurnya.

“Ayah, aku berhasil. Aku berhasil!!!”

Dengan segera ia mengambil  handphonenya dan dengan terburu-terburu menekan nomor telepon Rose. Ia menceritakan semuanya. Mulai dari kejadian saat wawancara tadi,  hingga saat ia menerima telepon dari pihak manajemen Big Hit Entertainment. Celice begitu bersemangat dan tanpa ia sadari suaranya terdengar hingga ke luar kamarnya dan mengganggu salah satu penyewa lain.

“Yaa!! Kecilkan suaramu itu! Kau pikir ini di hutan!” seru seseorang dari luar kamarnya. Ia segera menutup telepon dan meminta maaf karena suaranya yang cukup memekakan telinga itu. Sesaat kebahagian memenuhi hatinya. Namun, ia masih belum bisa sepenuhnya melupakan ingatan tentang ayahnya.

“Bagaimanapun juga aku harus berusaha sebaik  mungkin. Karena untuk hal ini aku telah membiarkan ingatan itu kembali lagi.” ujarnya sambil tersenyum.

--#--

Keesokan harinya saat pulang kuliah, ia berniat untuk langsung pergi ke “kantor barunya” Jam sudah menunjukan pukul 3 sore, ia harus bergegas jika tidak ia bisa terlambat. Langkahnya terhenti saat Rose berteriak memanggil namanya sambil berlari.

“Hei, Celice kau melupakan sesuatu!”

“Melupakan sesuatu? Kurasa aku tidak melupakan apapun.”jawabnya dengan santai

“Celice.... kau ini dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Ayo ikut aku!”kata Rose sembari menarik tangannya dan mengajaknya naik ke mobilnya.

“Hei, Rose kau akan mengajakku kemana? Aku harus segera pergi ke sana. Jika tidak ingin dikeluarkan di hari pertamaku bekerja.”katanya dengan menggerutu.

“Justru kalau kau tidak ikut denganku, mungkin kau akan dikeluarkan.”jawabnya sambil tersenyum misterius. Celice semakin penasaran dan tegang. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30 sore dan ia tidak tahu akan di bawa kemana oleh Rose.

“Kita sampai” kata Rose sambil mengajaknya masuk ke sebuah...... “salon???”

“Hah apa-apaan ini? Mengapa kamu mengajakku ke sini?”tanyanya kebingungan.

“Bukannya kau yang bilang sendiri, kau harus merubah sedikit penampilanmu. Kau harus ingat di mana sekarang kau bekerja.”jawabnya santai.

“Tapi.....”

“Sudah, menurut saja!”

Akhirnya Celice menyerah.Ia membiarkan para pegawai di sana memake over penampilannya. Mulai dari rambutnya, dandanannya hingga busananya. Ia memandang dirinya sendiri di cermin. Dan ia merasa aneh dengan penampilannya sendiri. Blus tanpa lengan berwarna putih, rok berwarna coklat dipadu dengan mantel musim gugur berwarna coklat muda. Terutama sepatu higheels yang ia gunakan membuat kakinya serasa mau copot.

“Wah, Celice kau....kau.... sangat cantik. Aku tidak menyangka dibalik penampilanmu yang tomboi itu, ternyata punya sisi feminim juga.”seru Rose yang terkagum-kagum melihat penampilannya yang berubah 180 derajat.

“Hah?? Cantik apanya? Aku bahkan merasa diriku seperti badut.”

“Sudahlah, Celice kau memang tidak pernah bisa menghargai dirimu sendiri. Ayo  cepat kita harus pergi. Kalau tidak kita bisa terlambat.”uajarnya sembari menarik tangan Celice. Seperti biasa, memaksanya untuk ikut kemanapun dia mau.

--#--

Akhirnya mereka tiba di kantor Big Hit Entertainment “tepat waktu???” Ternyata ada seseorang yang sudah menunggunya di depan pintu masuk.

“Nona Celice akhirnya  kau tiba juga. Saya tuan Han yang sekarang akan menjadi atasanmu. Saya merupakan penanggung jawab dari artis yang akan menjadi partnermu”katanya  yang terlihat terkejut melihat perubahan penampilannya.

“Maaf saya sudah membuat anda menunggu.”jawabnya. Hah ia pikir ia tepat waktu. Jamnya saja masih menununjukkan jam empat  kurang lima. Namun ia terkejut saat melihat jam di sana sudah menunjukkan pukul 16.30.

“Ah.... saya jadi tidak enak hati karena sudah membuat anda menunggu lama. Ternyata jam ponsel saya terlambat 30 menit.”katanya sambil menelan ludah.

“Ah.... tidak apa-apa. Setidaknya anda perlu waktu lama untuk mengubah penampilan anda. Anda terlihat sangat cocok dengan busana itu. Ayo kita harus segera bertemu dengan BTS. Mereka tidak suka menunggu lama.”jawabnya sambil  tersenyum

“Kita tiba silahkan masuk.”kata tuan Han dengan ramah. Mereka masuk ke ruang yang cukup luas dengan desain interiornya yang sederhana tapi elegan. Di sana ada beberapa sofa yang dilengkapi TV LED 42 inc, lemari yang sangat besar, lemari pendingin dengan berbagai makanan dan minimun didalamnya, mini bar dan seperangkat perabotan kantor. Di sana ada beberapa namja yang sedang sibuk dengan diri mereka sendiri-diri. Ada yang sedang asyik dengan gadgetnya, ada yang membaca buku ada juga yang hanya terdiam seperti memikirkan sesuatu. Dilihat  dari penampilannya, mereka merupakan artis terkenal.

“Semuanya..... perkenalkan ini manajer baru kalian. Celice, silahkan perkenalkan dirimu pada mereka. Mereka adalah BTS, yang akan menjadi  partner kerjamu selama sebulan ini.”kata tuan Han masih dengan senyumnya yang ramah.
“Perkenalkan namaku Celicea Jung. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.”katanya  sambil membungkukkan badan. Mereka mengalihkan perhatian mereka seraya memandang Celice. Mata coklat Celice menangkap sosok seorang namja yang sudah dikenalnya, seorang namja yang kata-katanya terus menghantuinya akhir-akhir ini, kata-kata pedas itu, pria menyebalkan itu

“Rap Monster!!!!” katanya dengan terkejut.

 “Yeoja preman keras kepala!!!”seru salah satu dari mereka dengan ekspresi sama terkejutnya dengan Celice.

Para personil lainnya dan tuan Han ikut terkejut melihat pertemuan dua musuh itu.

“Ah.... ternyata kalian sudah saling mengenal. Kelihatannya saya tidak perlu lagi memperkenalkan personilBTS. Sebaiknya saya harus meniggalkan kalian dulu. Celice, nanti saya akan kembali lagi untuk memberitahukan apa yang harus kau kerjakan.” Kata tuan Han sembari pergi begitu saja. Meninggalkan mereka yang masih terkejut, terutama Celice dan Namjoon yang terlihat seperti akan saling menerkam satu dengan yang lain.

Suasana begitu hening, Celice berusaha untuk menenangkan kekesalannya yang belum sempat tersalurkan. Dan tidak lagi memandang Namjoon seperti ikan yang ingin ia terkam. Dengan sebuah tarikan nafas panjang ia mencoba untuk sedikit ramah. Paling tidak untuk memberikan kesan baik pada personil BTS lain, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah dirinya dan Rap Monster.

“Mm...Hallo. Senang bertemu dengan kalian semua.” Katanya dengan senyuman canggung. Ia terlihat sedang berusaha menahan rasa kesalnya saat melihat Rap Monster. Saat ia mengatakan hal itu. Tiba-tiba, salah satu dari mereka yang sudah ia kenal dan juga....... “menyebalkan”. Tertawa terbahak-terbahak.

“Ha....ha...ha...aku tidak mempercayai apa yang kulihat. Kau...kau....yeoja preman keras kepala itu menjadi manager kami??Apa aku tidak salah lihat?” Celice hanya memandangnya dengan sebal. Sementara teman-temannya yang lain hanya terpaku seolah heran melihatnya. Salah satu dari mereka hanya duduk di sofa sambil membaca buku.

Salah satu dari mereka dengan ramah menjabat tangan Celice.

“Perkenalkan namaku Kim Taehyung, nama panggungku V. Panggil saja aku  Taehyung. Semoga kita bisa bekerjasama.” Celice hanya tersenyum menanggapinya. Sementara orang menyebalkan itu berjalan kearahnya dan berkata.

“Kau terlihat seperti badut dengan pakaian itu!” Ia menatap Celice dengan tajam, dan segera keluar dari ruangan itu. Salah satu temannya mengikutinya keluar. Dan Celice rasa ia mempunyai sifat yang sama dengan orang menyebalkan itu. Ia berusaha menahan emosinya, yang siap meledak seperti bom waktu.

“Aku J-Hope....panggil saja aku Hoseok.” Gumam seorang namja berambut coklat terang yang tiba-tiba muncul di belakang Taehyung.

“Aku Jimin” ujar namja berambut silver berwajah sangat imut sambil tersenyum.

“Hei, kau tidak memperkenalkan dirimu padanya? Ayolah jangan cuek begitu.” Taehyung berkata kepada salah satu temannya yang duduk di sofa dan menarik tangannya. Dengan enggan orang itu mengulurkan tangannya ke arah Celice sembari berkata

“Namaku Jungkook” Dengan kaku, Celice meraih tangannya dan tersenyum

“Senang berkenalan denganmu.” Tetapi ia tidak membalas senyumannya, ia segera melepaskan tangannya, dan pergi begitu saja.

“Ya!! Jungkook-a, kamu mau ke mana? Ah, maafkan Jungkook  ya. Dia memang begitu. Aku pergi dulu, ok!” Taehyung segera berlari mengejarnya. Celice hanya diam, berdiri di sana bagaikan patung.

“Kesan pertama saja sudah begini, bagaimana selanjutnya?”pikirnya dalam hati. Ia hanya bisa mendesah kesal dan duduk di kursi kerjanya. Selama beberapa menit, suasana begitu hening dan dingin. Ia memandang orang yang duduk di sofa itu dengan heran. Ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari bukunya. Seolah tidak peduli dengan apapun yang telah terjadi. Celice ingin menyapanya, tapi ia takut membuat suasana semakin buruk.

 

“Permisi, bolehkah saya masuk?” suara tuan Han menghangatkan suasana yang seolah sudah hampir membeku itu. Ia masuk dan meletakkan setumpuk kertas di meja Celice.

“Apa itu?” tanyanya.

“Ah.... itu adalah proposal yang sudah disetujui oleh perusahaan. Proposal dari para promotor. Tugasmu adalah membicarakannya dengan BTS. Setelah disetujui baru kamu susun jadwalnya.”

“Oh.... begitu baikalah aku akan melakukannya dengan sebaik mungkin!”

“O ya hari ini BTS akan tampil di sebuah talkshow kamu ikut bersama mereka dan jika ada kesempatan bicarakan proposal ini bersama mereka. “

Celice mengangguk tanda mengerti kemudian tuan Han pergi meninggalkan ruangan itu. Sesaat setelah tuan Han pergi, orang itu beranjak dari sofa dan menghampiri Celice. Ia mengangkat setumpuk proposal yang ada di meja Celice. Tanpa berkata apapun berjalan meninggalkan Celice. Celice terkejut melihat perbuatannya itu.

 “Kau, tidak mau pergi?” katanya sambil terus berjalan pergi. Celice tersadar dari lamunannya dan segera berjalan mengikutinya. Setibanya di pintu keluar, sebuah mobil van mewah berwarna hitam sudah menunggu. Pintunya terbuka dan seseorang dari dalam mobil berkata

“Ayo, cepat kita sudah terlambat!” Celice segera masuk ke van itu. Kabinnya tidak sekecil yang terlihat dari luar. Desainnya minimalis tapi sangat nyaman. Namjoon duduk bersama seorang temannya dan Taehyung duduk bersama Hoseok di sisi yang berbeda. Jungkook duduk di depan, sementara Celice duduk di samping Jimin, di bangku paling belakang. Sepanjang perjalanan, rasanya sangat membosankan. Mereka adalah satu grup tapi terlihat seperti tidak saling mengenal. Seperti ada dua kubu di sini, Taehyung, Hoseok, Jimin dan Namjoon serta temannya. Dan...... orang yang membantunya tadi, seperti tidak peduli pada apa yang terjadi. Berusaha untuk mencairkan suasana, Celice meberanikan diri untuk memulai perbincangan.

“Kita, akan ke mana?” Ia mengharapkan jawaban yang hangat dari mereka.

Harapannya seketika sirna saat Namjoon menjawab dengan dingin “Tidak usah banyak tanya! Duduk dan diamlah! Suaramu membuatku pusing!” Celice sangat kesal mendengar jawabannya itu. Jika ia sekarang bukan manajernya ia sudah membalass perkataanya itu. Ia berusaha menahannya ia tidak ingin kehilangan pekerjaan, di hari pertamanya.

Akhirnya, perjalanan membosankan itu berakhir juga. Namun yang mengherankan, ketika mereka keluar dari mobil, dan disambut oleh para fans mereka, sikap mereka seketika berubah. Yang tadinya begitu dingin, dan tidak peduli satu sama lain, menjadi sangat ramah dan terlihat begitu akrab.

“Aku jadi kasihan pada fans-fans mereka. Tertipu oleh sifat manis mereka di muka publik. Padahal kenyataannya sangat berbeda.” Melihat tingkah mereka, Celice hanya bisa bergumam dan tertawa dalam hati.

--#--


Setibanya di ruang rias, suasana seketika itu berubah, menjadi sangat sibuk, dan semua orang yang ada di sana terlihat sangat terburu-buru. Sebenarnya Celice ingin membicarakan proposal-proposal itu pada mereka, tapi ia rasa ini bukan waktu yang tepat untuk melakukannya.

“Hei, mengapa kau diam saja? Bukankah kau seorang manajer? Kau harus membantu artisnya. Cepat ambilkan kostum kami di mobil!” sahut Namjoon yang masih duduk di meja rias. Celice pergi sambil bersungut-sungut

“Apa dia pikir aku ini pembantu? Itu kan bukan tugasku. Bukankah ia bisa menyuruh orang lain. Rap Monster, kau benar-benar meyebalkan!!!”

“Bawa ini jangan menggerutu terus. Staf kami sedang cuti, jadi kami kekurangan orang.” Tiba-tiba Jungkook sudah berjalan di sampingnya, sambil memberinya setumpuk pakaian. Orang itu semakin membuat Celice bingung. Sikapnya benar-benar misterius dan sulit ditebak.

Saat ia kembali ke ruang rias, suasana sudah menjadi lebih tenang. Terlihat mereka sudah siap dan tinggal berganti kostum. Tiba-tiba seseorang datang dengan tergesa-gesa

“Cepat bersiap 5 menit lagi acara akan dimulai.” Mereka segera berganti kostum dan segera menuju ke studio. Sementara Celice hanya duduk di ruangan itu. Beberapa staf ikut keluar dan sebagian lagi tetap berada di sana bersama Celice. Seorang wanita paruh baya duduk di samping Celice. Dilihat dari penampilannya dia adalah seorang make up artist.

“Anda manager baru BTS? Kelihatannya anda masih sangat muda.”

“Oh iya, saya manager baru BTS saya masih kuliah di salah satu universitas di Seoul. Dan bekerja paruh waktu sebagai manajer mereka, hanya untuk sebulan ini.”

“Tumben sekali pihak manajement memilih seorang manajer yang masih sangat muda. Pasti ada maksud tertentu pihak manajement memilih anda. Saranku anda harus bersabar dengan mereka. Sifat mereka memang sedikit menyebalkan.” Katanya sambil tersenyum. Ia memperhatikan Celice dari kepala sampai ke kaki. Dari pandangannya ia seperti mengenali Celice. Merasa heran Celice berbalik bertanya kepadanya

“Maaf, apakah sebelumya anda sudah mengenalku?”

“Oh.....tidak. Tapi mengapa aku merasa seperti pernah melihat anda. Tapi aku tidak tahu di mana. Sepertinya wajah anda sudah tidak asing lagi.” Celice hanya memandang wanita itu dengan wajah kebingungan. Tiba-tiba handpone Celice berbunyi ia segera undur diri dari perbincangan itu dan pergi ke luar ruang rias.

“Hei, cepat ke sini sekarang!”

“Hah, ke sini ke mana? Ini siapa?”

“Jangan banyak tanya pokoknya kau ke studio sekarang.”

“Ke studio? Untuk apa?’” tanya Celice dalam hati. Ia segera menuju ke studio. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ini adalah saat pertamanya berada di depan kamera. Ia melangkahkan kakinya naik ke atas panggung dan berusaha tersenyum tenang. Taehyung memberi isyarat pada Celice agar segera ke sana. Seorang pembawa acara mempersilahkannya duduk. Celice menelan ludah. Meskipun sudah berusaha ia tidak bisa menahan rasa nervousnya.

“Anda nona Celice, manajer baru dari BTS? Dan kabarnya anda satu universitas dengan leader BTS. Apakah itu benar?” pembawa acara bertanya kepada Celice yang masih gemetar.

“Iya, saya manajer baru BTS.”

“Bagaimana perasaan anda menjadi manajer dari grup sepopuler BTS? Saya rasa banyak wanita yang iri dengan anda.”

“Saya merasa sangat senang. Dan saya harap dapat bekerjasama dengan baik dengan BTS.”

“O ya menurut anda sebagai manajernya, apa pendapat anda mengenai BTS?”Sebenarnya Celice sangat enggan menjawab pertanyaan itu. Ia harus berbohong mengenai pendapatnya tentang BTS. Ia mengatakan semua hal yang baik tentang mereka.

“Saya dengar anda memiliki kemampuan yang cukup baik di bidang musik. Bisakah tunjukkan permainan piano anda pada kami.” Kata pembawa acara itu sambil menunjuk ke sebuah piano yang ada di sana. Celice mengangguk dan dengan tegang ia duduk di depan piano itu. Otaknya berputar kencang. Ia tidak tahu harus memainkan lagu apa. Ia bingung mengapa kabar seperti ini bisa tersebar begitu cepat. Suasana menjadi sangat hening, semua orang menantikan permainannya. Ia pun memainkan sebuah lagu yang pernah diajarkan dari ayahnya. Entah mengapa setiap ia berhubungan dengan yang berbau sen, ingatan tetang ayahnya kembali datang dan itu membuatnya begitu  menghayati permainannya. Semua orang terkagum-kagum melihat penampilannya, termasuk Namjoon. Meskipun ia berusaha menyembunyikannya, pandangannya yang tidak beralih dari Celice sepanjang lagu itu, membuktikan bahwa ia juga terpesona. Saat Celice  menyelesaikan permainannya, semua orang di sana bertepuk tangan dengan kagum.

“Anda benar-benar memiliki bakat yang sangat luar biasa. Anda juga sangat cantik. Sepertinya anda lebih cocok menjadi artis Big Hit daripada seorang manajer.” Canda pembawa acara itu sembari mempersilahkannya duduk kembali.

Beberapa saat kemudian acara wawancara itupun berakhir. Celice keluar dari studio dengan lega. Jantungnya yang tadinya berdetak sangat kencang, sekarang kembali normal.

“Celice, kau benar-benar sangat mengagumkan.” Seru Taehyung yang dengan tiba-tiba menepuk pundak Celice.

“You did a good job!” kata Hoseok yang sudah berada di samping Celice dan Taehyung.

“Terimakasih”

Mereka berjalan bersama sambil berbincang-bincang. Terlihat jika Taehyung dan Hoseok merupakan anggota yang ramah di BTS terutama Taehyung. Sementara anggota yang lain tidak mengatakan apapun pada Celice. Apalagi Namjoon ia malah menyuruh Celice untuk membawa kembali kostum mereka ke mobil. Dan seperti biasa Celice selalu menggerutu.

“Orang itu benar-benar menyebalkan!!!!!”

Merekapun melakukan perjalanan kembali ke gedung K-Entertaiment. Di perjalanan, terjadi pertengkarang antara Jimin dengan personil yang selalu bersama dengan Namjoon. Mereka saling menyalahkan karena ada sedikit kesalahan saat tampil tadi. Jimin yang sangat mudah tersingung, tidak terima mendengar teguran temannya. Jika tidak mengingat mereka adalah satu grup, mungkin akan terjadi aksi saling pukul di mobil itu. Celice hanya bisa mendesah melihat pertengkaran yang seharusnya tidak terjadi itu.

“Hanya gara-gara masalah kecil, mereka bisa bertengkar. Tidak dewasa sama sekali!”gumam Celice dalam hati. Sementara namja pendiam itu tidak peduli sama sekali dengan peristiwa itu. Ia tetap memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu.
 

Hari sudah gelap saat mereka tiba di gedung Big Hit. Mereka mengendarai kendaraan mereka masing-masing. Padahal, mereka akan pergi ke apartement yang sama. Pihak manajemen memang sudah menyediakan apartement untuk mereka. Yang membuat Celice heran adalah bagaimana mereka bisa tinggal bersama padahal mereka sering bertengkar seperti itu.

--#--

Hari sudah larut malam dan Celice harus pulang seorang diri ke apartementnya, yang ada di pinggir kota. Ia terpaksa berjalan dengan telanjang kaki karena sepatu highheelsnya itu membuat kakinya sangat sakit. Ia tidak membayangkan harus seperti ini terus selama 1 bulan. Bekerja dengan ornag-orang yang menyebalkan bisa membuatnya gila.

Dinginnya malam musim gugur menusuk tulangnya. Seluruh tubuhnya serasa hampir membeku. Ia sudah cukup lama berdiri di sana, di halte. Tetapi tidak ada satupun bus yang lewat di jalan itu. Mungkin karena sudah cukup malam jadi sudah tidak ada bus lagi. Ia memutuskan untuk naik kereta bawah tanah. Itu berarti ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.

“Hah, mengapa hari ini benar-benar menyebalkan? Hari pertama bekerja harus diawali dengan kejadian seperti ini. Bekerja bersama orang yang menyebalkan, wawancara yang membuat seluruh tubuhku gemetaran dan sekarang harus berjalan telanjang kaki di tengah malam musim gugur.”gumam Celice sambil mengencangkan mantelnya. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti tepat di samping Celice.
 

“Masuklah, aku akan mengantarkanmu pulang.” sahut seseorang dari dalam mobil, yang ternyata adalah Jungkook.

 “Tidak usah, terimakasih, aku bisa pulang sendiri kok.” jawabnya.

“Sudahlah, kalau kamu nekat berjalan di tengah malam sedingin ini, kamu bisa mati membeku.”

Celice pun akhirnya masuk ke mobil Jungkook. Suasana di sepanjang perjalanan, begitu dingin dan kaku. Celice tidak berani memulai pembicaraan, salah-salah Jungkook menjadi kesal padanya dan ia diturunkan. Celice tidak mau diturunkan tengah malam musim gugur seperti itu. Celice melihat sebuah foto yang terpasang di mobil itu. Di situ ada foto 7 namja yang terlihat sangat akrab. Bisa ditebak, mereka adalah BTS. Di sana juga tertulis nama-nama mereka. Akhirnya, Celice tahu nama namja yang selalu bersama Namjoon.

“Oh, ternyata namanya Yoonggi.  Aku harap, sifat Yoonggi tidak seperti Namjoon. Setiap aku mengingatnya, rasanya aku ingin menggigitnya!” Celice memandang pas foto itu sambil senyum-senyum sendiri. Bisa dibayangkan betapa manisnya ekspresinya saat itu. Ia sedikit binggung melihat seorang namja tampan yang belum dikenallnya juga ada di foto itu. 

“Tapi, orang yang bernama Kim Seokjin ini siapa ya? Dia kan bukan personil BTS. Tapi, kenapa dia bisa ada di foto ini?” tanya Celice dalam hati. Tidak mampu membendung rasa penasarannya, Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Jungkook.

“Jungkook, orang yang bernama Seokjin ini siapa? Keliatannya kalian sangat dekat.” Ekspresi Jungkook seketika itu berubah, ia tersentak dan menghentikan mobilnya secara mendadak.

“Jungkook....kau kenapa!?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet