Chapter 1

Someone Special

NO ONE POV

Hembusan angin pagi masuk sedikit demi sedikit melalui celah jendela. Suara kicauan burung yang cukup keras terdengar sampai di telinga seseorang pria mungil yang massih tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Tak lama dia mulai terbangun dengan terjatuh ke lantai.

“Itai!” Dia mengucek mata lalu meraih jam dari atas meja.

“Yabaaaaaiiiii...” Pria itu buru-buru berlari ke kamar mandi, mempersiapkan diri dan berangkat menuju universitasnya. Sampai di depan gerbang dia membanting pintu taxi dan  langsung berlari menuju kelas kursus. Karena jarak kelas cukup jauh, ia harus berlari dengan terbirit-birit seperti dikejar polisi.

 

~Classrom Music~

 

“Semuanya, hari ini kita tidak akan memainkan alat musik. Kita akan mulai hari ini dengan memutar sebuah musik instrumen dan saya akan membiarkan kalian menebaknya.”

TAP... TAP... TAP...

Seseorang muncul dengan nafas terengah-engah.

“Maaf aku terlambat.”

“Takahashi Minami, kau lagi. Sit down please!”

“H-hai.” Pria bernama Takahashi Minami itu melihat-lihat sekeliling lalu tersenyum melihat bangku kosong di sebelah gadis favoritnya. Dia berlari lalu duduk di sebelahnya.

“Ohayou Takamina! Kau terlambat lagi.”  Minami seketika merasa gugup ketika gadis itu menyapanya. 

“Ohayou Atsuko-san! Aku harap ini yang terakhir.”

“Ekhem!” Keduanya menoleh kedepan dengan menunduk minta maaf.

“Kita lanjutkan, kalian tau BPM? Apa kepanjangan dari BPM?” Takamina mengangkat tangannya.

“Beat per minute!”

“Satu poin untukmu! Apa itu beat per minute?”

“I-i don’t k-now!” Semua orang meneriakinya.

“Calm calm... Beat per minute itu memberitahu tempo dan kecepatan lagu. Berapa banyak ketukan yang ada dalam lagu selama satu menit, kalian bisa menghitungnya dari satu sampai delapan. Pertanyaannya, berapa BPM dalam lagu ini?” Musik berjalan, semuanya fokus menghitung.

“Watashi!”

“Takahashi-chan?”

“Enam puluh!”

“No no no!”

“Seratus!

“Hampir... Hampir!”

“Watashi!”

“Maeda Atsuko-chan?”

“Seratus dua puluh!”

“Wow... Tepat! Bagaimana kau bisa menebaknya?”

“Aku mencoba menghitung seperti yang kau katakan. Dalam satu detik aku bisa menghitung satu dan dua, itu berarti dalam satu detik ada dua ketukan. Secara total dalam enam puluh detik ada seratus dua puluh ketukan.”

“Wuuuiiiiiiiihhhhh!” Semua orang bertepuk tangan.

“Wow... Kau hebat! Bahkan para musisi yang duduk di belakangmu tidak bisa menebaknya.”

“She’s too smart... And pretty!” Atsuko hanya tertawa dan kelas berlanjut hingga bel berbunyi.   

Minami POV

Ini sudah kesekian kalinya aku datang terlambat di kelas kursus, beruntung sang guru cukup baik. Aku bergegas membereskan tasku dengan sesekali melirik gadis disampingku. Dalam tiga tahun ini hanya dia satu-satunya gadis yang aku sukai disini. Aku dari jurusan sastra Jepang dan dia dari sastra Inggris. Untuk bisa mengenalnya, duduk berdua dengannya aku rela mengikuti kursus musik yang ada di universitas ini, juga bebas diikuti oleh semua kelas junior dan senior.

“Takamina, aku duluan.”

“Oh, h-hai.” Dia menepuk bahuku dan tentunya hal itu membuatku senang bukan main. Ketika dia mulai menghilang aku buru-buru keluar kelas dan berlari menuju gedung atas. Ini sudah kebiasaanku setiap kelas musik berakhir aku pergi dan duduk di belakang atap gedung. Ada alasan tersendiri tentunya. Tepat di sebrang sana ada sebuah ruangan kecil dan tempat itu menjadi tempat favorit cintaku. Setiap kelas usai dia selalu bermain gitar atau piano disana seperti hari ini, dia duduk manis dengan memainkan gitarnya.

“Too pretty!” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku sembari memandangnya dari jauh. Anehnya walau aku sering melihatnya disini dia tidak pernah menyadari keberadaanku.

“Waaah... Tiga tahun sudah kau memandangnya disini dan apa yang kau dapatkan?” Aku sedikit terperanjat kaget dan menemukan temanku tersenyum idiot di belakangku.

“Yuko, what are you doing here?”

“Mengganggumu!”

“Aku sedang tidak mood untuk diganggu.”

“Santai kawan. Apa sampai saat ini kau tidak berniat menyatakan cinta padanya?”

“Sangat berniat tapi... Entah mengapa aku takut dia menolakku. Aku tidak percaya diri dengan keadaanku sekarang.”

“Tidak percaya diri dengan tubuh cebolmu? Hei teman buang jauh-jauh rasa tidak percaya dirimu itu. Kau lihat aku, aku sama pendek dan kecil sepertimu tapi aku sangat percaya diri hingga aku berhasil menaklukkan seorang dosen seperti Kojima Haruna. Fisik bukanlah halangan.”

“Ya itu kau dan memang ada benarnya tapi, ada hal lain. Dari sekian banyak pria yang menyukainya aku punya satu saingan kuat. Tampan jelas, dia tinggi dan kaya. Setiap aku mencoba mengajak Atsuko-san berkencan dia selalu mendahuluiku dan aku tidak bisa apa-apa ketika berhadapan dengannya.”

“Is that Matsui Jurina? Kau lupa bahwa kau ini orang kaya juga? Dengar baik-baik, terkadang selera orang cantik itu jauh berbeda dengan yang sering orang lain pikirkan. Dosen Nyan, dia sangat cantik, tinggi dan seksi tapi mengenai cinta dia tidak selera dengan yang sejajar dengannya. Buktinya dia lebih menyukai pria cebol dan idiot sepertiku dibanding pria seksi seperti Justin Bieber hahahaha”

“Idiot! Kau benar juga. Tapi sekali pun dia tau aku orang kaya dia belum tentu menyukaiku. Masalah lainnya lagi aku belum tau pria seperti apa yang dia idamankan dan bagaimana hubungan dirinya dengan Jurina itu belum jelas.”

“Mengapa kau tidak mencoba bertanya padanya? Kalian selalu bertemu di kelas kursus bukan?”

“Hmm akan ku coba. Selain idiot  kau cukup berguna juga!”

“Damn you midget! Aku duluan, Nyan pasti sedang menungguku hahaha” Yuko pergi aku kembali menoleh ke depan dan melihat Atsuko bersiap-siap untuk pergi.

“Aku harus mengajaknya pulang bersama.” Aku bergegas lari.

 

NO ONE POV

Dalam perjalanan pulang, Atsuko membuka aplikasi linenya dan melihat chatting terakhir dengan temannya. Dalam seminggu terakhir ini dia belum mengabarinya. Tepat saat itu Takamina muncul dengan menepuk bahunya.

“Hei!”

“Maaf mengganggu, apa hari ini kau pulang sendiri?”

“Hmm, ada apa?”

“Aku... Aku... Apa boleh aku mengantarmu p-pulang? Emhh m-maksudku, karena rumah kita searah kita pulang bersama?” Takamina menelan ludahnya berharap mendapat  jawaban yes darinya.

“Tentu saja!“ Takamina tersenyum puas.

“Acchan!” Keduanya menoleh.

JU-RI-NA!

Senyuman Takamina pudar ketika melihat pria tinggi itu berdiri di depan Atsuko.

“Maaf mengganggu kalian. Acchan, mari ku antar pulang.” Atsuko menoleh ke arah Takamina dan dia hanya memberi anggukan setuju untuk pulang bersama Jurina.

“H-hai.”

“Takamina, kau juga bisa ikut dengan kami.”

“Tidak usah, arigatou!”

“Ah oke. Let’s go babe!” Jurina menggandeng tangan Atsuko hingga masuk ke dalam mobil dan hal itu membuat Takamina panas bukan main.

“Mengapa dia selalu muncul disaat aku mendapat kesempatan!” Dia mengepalkan tinjunya dan di dalam mobil, Atsuko melihatnya dari balik kaca dengan sedikit ketidakenakannya.

“Hei, whats wrong?” Jurina menyentuh tangannya.

“Nothing!”

“Jika ada waktu nanti malam aku akan menjemputmu.”

“Kemana?”

“Aku ingin mengajakmu makan di restoran baru temanku, apa kau bisa menemaniku?”

“Emhhh... Tentu!”

“Good girl!” Jurina mengelus kepalanya kemudian melajukan mobilnya.

Dari belakang, dengan segenap kekesalannya Takamina melepas sepatunya dan melemparnya.

“I HATE YOU MATSUI JURINA!!!”

“SIAPA YANG BERANI MELEMPARKU?!”

GLUP!

Sepatu yang ia lempar rupanya mengenai seorang preman dengan postur tubuh besar dan tinggi.

“Oh-my-god!” Mencari aman, dia buru-buru kabur dari tempat kejadian sebelum preman itu mengetahuinya.

 

Atsuko POV

Sesampainya dirumah aku menjatuhkan tubuhku di atas sofa sembari memainkan ponselku. Sesekali aku memandang aplikasi lineku, menunggu teman chattingku yang tidak ada kabar selama seminggu ini. Aneh rasanya, kami hanya saling kenal melalui chatting tapi kami seperti teman dekat yang terpisah jauh dan itu sudah hampir tiga tahun. Bahkan aku tidak tau seperti apa wajahnya karena aku dan dirinya hanya menggunakan foto profil kucing. Kami sering membahas mengenai cinta dan selalu itu yang kami bahas.

“Takamina!” Aku mendesah ketika mengingatnya. Ku akui aku sangat menyukainya, dia imut dan lucu tapi disisi lain aku menyukai Jurina juga. Dia baik dan selalu memperlakukanku seperti pasangannya tapi anehnya, berada di dekatnya terasa biasa saja dibanding dengan Minami.

“Arrrrrrghhhhh...” Tak lama sebuah pesan dari line masuk dan aku tersenyum melihat nama orang iu.

“Midget... Dia hanya mengirim emoticon patah hati.”

Potts_100: Whats wrong?

Midget148: Sepertinya aku tidak memiliki harapan dengan gadis itu. Pria itu, aku selalu merasa kalah jauh darinya T_T

Potts_100: Jangan berputus asa, selama mereka belum berpacaran kau masih bisa menikungnya.

Midget148: Ada benarnya tapi... Ketika aku berhadapan dengan pria itu aku merasa tidak percaya diri dan tidak bisa berbuat apa-apa :3

Potts_100: Dasar payah! Aku jadi ragu kau bukan seorang pria :v

Midget148: I hate you hahaha

Potts_100: Hahahaha sorry! Sebelum aku pergi mandi aku hanya ingin mengatakan ini, seperti halnya megerjakan sesuatu, selsaikan apa yang kau mulai. Kau lebih dulu mengenalnya dan menyukainya sebelum pria itu datang jadi kau tidak boleh menyerah dan jangan takut :D Good luck!

Midget148: Woaaahhh... Entah mengapa aku tersentuh dengan ucapanmu :D Baiklah, akan ku coba sebisaku. Hontou ni arigatou gozaimasu! Aku berharap suatu saat aku bisa bertemu dan mengucapkan terimakasih secara langsung padamu :D

“Dasar!”

Potts_100: Sama-sama, me too!

Aku melempar ponselku kemudian bergegas mandi.

 

Minami POV

Potts_100: Hahahaha sorry! Sebelum aku pergi mandi aku hanya ingin mengatakan ini, seperti halnya mengerjakan sesuatu, selsaikan apa yang kau mulai. Kau lebih dulu mengenalnya dan menyukainya sebelum pria itu datang jadi kau tidak boleh menyerah dan jangan takut :D Good luck!

Aku merasa tersentuh ketika membacanya. Orang yang ku kenal melalui chatting ini adalah satu-satunya teman terbaikku. Bahkan dia tidak segan mendengar dan membalas curahan hatiku dan ini sudah hampir tiga tahun lamanya.

“Andai kau ada di dekatku mungkin kau teman terbaik keduaku setelah Yuko.”

Midget148: Woaaahhh... Entah mengapa aku tersentuh dengan ucapanmu :D Baiklah, akan ku coba sebisaku. Hontou ni arigatou gozaimasu! Aku berharap suatu saat aku bisa bertemu dan mengucapkan terimakasih secara langsung :D

Potts_100: Sama-sama, me too!

Aku menyimpan ponselku kemudian mengambil sebuah foto dari dalam buku dan memandangnya. Itu adalah foto dirinya yang akau ambil dari ponselnya secara diam-diam. Aku meraih ballpoint dan menulis sesuatu di balik foto itu.

“Ini sudah tiga tahun lebih dan aku masih belum... Arrrrggghhh Potts benar, aku memang payah! Sekedar mencoba menyatakan cinta saja sulit!” Aku menyimpan kembali fotonya kemudian melompat ke atas tempat tidur.

“Aku ingin bertemu dengannya di alam mimpi!”

TBC

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet