Chapter 2

ENERMA

Nichkhun berjalan perlahan memasuki kantor HOT Ent. Ia menebarkan senyumnya pada setiap staff HOT Ent. yang berpapasan dengannya. Nichkhun memang dikenal sebagai aktor yang ramah dan murah senyum. Ia juga sangat sopan dan hampir tidak pernah menimbulkan kontroversi di dunia hiburan. Permberitaan yang beredar tentangnya hampir semua berisi tentang prestasinya di dunia hiburan. Ia juga dikenal sebagai sosok aktor yang misterius. Karena itu, tak ada seorangpun yang mengetahui tentang kehidupan pribadi maupun keluarganya. Tak seorangpun kecuali Kim Minjun, orang yang akan ditemuinya saat ini.

 

Nichkhun mengetuk pintu ruangan Minjun sebelum akhirnya melangkah masuk ke ruangan itu. Seorang laki-laki dengan wajah angkuh segera menyambut kedatangan Nichkhun.

 

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau datang ke ruanganku Prince Thailand yang baik hati." Minjun segera meluncurkan ucapan bernada sinis dari belahan bibirnya.

 

Nichkhun membalasnya dengan senyum sinis pula sebelum akhirnya membalas ucapan Minjun dengan nada sarkastik, "Ya, maaf karena jadwalku yang terlalu padat sampai aku jarang menemui manager excecutive, ah atau aku harus memanggil anda wakil direktur yang terhormat sekarang? Kudengar anda mendapat promosi jabatan."

 

"Ah... Informanmu memang cepat Nichkhun-shi." Minjun berkata sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

 

"Jadi untuk apa kau memintaku menemuimu? Aku tidak ada waktu kalau kau hanya ingin pamer untuk promosi jabatanmu."

 

Tawa segera mengalun dari bibir Minjun saat mendengar ucapan bernada sinis dari laki-laki di depannya. Hubungan diantara mereka memang tidak pernah baik. Minjun selalu berusaha untuk menyingkirkan Nichkhun dari HOT Ent.

 

"Semakin lama kau menjadi semakin mirip dengan adikmu Lee Junho yang bermulut pedas itu Nichkhun-shi."

 

"Jangan-" Nichkhun diam-diam mengepalkan tangannya erat, "sekali-kali menyebut nama adikku dengan mulut kotormu itu Kim Minjun-shi." Nichkhun berusaha keras agar nada bicaranya tetap stabil.

 
"Wow. Tenanglah Nichkhun-shi. Reaksimu seperti aku akan berbuat jahat saja pada adik kesayanganmu." senyum miring tercetak dibibir Minjun. 
 
Nichkhun hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat. Menahan keinginannya untuk melayangkan tinju pada wajah angkuh laki-laki di depannya itu.
 
Minjun mengeluarkan sebuah script dan meletakkannya diatas meja sebelum berkata, "Kau mendapatkan tawaran sebagai pemeran utama dari sutradara Yeo untuk film terbarunya. Dan film itu akan mulai dikerjakan tepat setelah syuting dramamu berakhir." Minjun menatap Nichkhun sekilas untuk mengetahui bagaimana reaksi Nichkhun. Ia tahu kalau Nichkhun sangat menginginkan libur. Tapi ia selalu memberinya pekerjaan dan jadwal yang padat agar Nichkhun sama sekali tak punya waktu luang. Minjun kembali melanjutkan kalimatnya saat Nichkhun sama sekali tak mengeluarkan suara untuk membalas ucapannya. "Lokasi syutingnya di Amerika. Dan kau akan berada disana selama satu bulan penuh untuk syuting film itu."
 
"Aku menolaknya." Nichkhun akhirnya membuka suaranya. Ia menatap langsung kedalam mata Nichkhun dengan tatapan dingin. Ia sudah sangat muak. Ia ingin beristirahat dari semua rutinitas yang sangat melelahkan ini. Dan ia tahu, Minjun melakukan semua ini semata-mata agar ia menyerah dan pergi dari HOT Ent.
 
"Tapi tuan Hwang telah menyetujuinya Nichkhun-shi. Jadi penolakanmu tidak ada gunanya. Sayang sekali bukan?" kembali, senyum miring menghiasi wajah angkuh Minjun.
 
~2PM~
 
Suara petikan gitar mengalun dari dalam sebuah coffe shop kecil dipinggiran kota Seoul. Di dalam coffe shop itu terdapat sebuah panggung kecil di pojok ruangannya. Sebuah kursi turut diletakkan diatas panggung kecil itu. Seorang laki-laki bermata sipit tengah asik menggumamkan sebuah lagu sambil memetik gitarnya. Coffe shop itu masih sepi karena memang sang pemilik belum membukanya. Ia sedang menunggu seseorang.
 
KLINING~
 
Bunyi lonceng secara otomatis menghentikan permainan gitar laki-laki bermata sipit yang juga pemilik dari coffe shop itu. Ia melihat sahabatnya melambaikan tangan dengan ceria kepadanya. Ia segera menghampiri laki-laki yang kurang lebih mempunyai tinggi yang sama dengannya itu, lalu segera memeluknya dengan singkat.
 
"Kau belum membuka coffe shopnya Junho?" laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya heran.
 
"Aku menunggu karyawan baru yang kau ceritakan itu Wooyoung." Junho melemparkan senyumannya pada Wooyoung.
 
Seakan tersadar, Wooyoung menepuk dahinya sendiri, ia lalu celingukan seperti mencari-cari seseorang. "Aku tadi datang bersamanya. Tapi ia berkata ingin ke minimarket yang ada di ujung jalan untuk membeli sesuatu. Jadi setelah memarkirkan mobilku aku langsung kemari. Kenapa ia belum kembali juga? Atau jangan-janga ia tidak tahu yang mana coffeshopnya?"
 
"Woo, apa anak didikmu itu memakai kaos hitam dan snapbag putih?" tanya Junho.
 
"Bagaimana-"
 
"Lihat!" Junho segera memutar badan Wooyoung sehingga menghadap pintu karena posisinya daritadi memang membelakangi pintu masuk coffeshop. Ia melihat seorang pemuda dengan ciri-ciri seperti yang dikatakan oleh Junho tadi tengah menepuk-nepuk pipinya sendiri, kemudian menggerak-gerakkan wajahnya sehingga wajahnya terlihat sangat aneh, sebelum akhirnya tersenyum lebar layaknya seorang idiot. Pintu kaca coffeshop itu memang didesain oleh Junho agar terlihat seperti kaca dari luar, tapi dari dalam kita bisa melihat dengan jelas apa yang ada diluar. Pemuda itu mengucapkan sesuatu yang bisa ditangkap oleh Junho dari gerakan bibirnya mengatakan 'kau tampan' sebelum akhirnya mengedipkan sebelah matanya pada bayangannya sendiri di kaca dan kembali tersenyum lebar sambil memasuki coffeshop itu.
 
"Selamat siang boss!" pemuda itu segera berseru dengan semangat sambil setengah berlari kearah Junho dan Wooyoung.
 
Wooyoung kembali memutar badannya menghadap Junho dan tersenyum kikuk. Sedangkan Junho sendiri masih terlihat kaget karena melihat kelakuan unik calon karyawan barunya. Mulutnya bahkan setengah terbuka. Tapi ia segera tersadar dari kekagetannya dan melemparkan senyumnya yang biasa pada pemuda itu yang entah sejak kapan telah berdiri di depannya dengan senyum lebar yang tak kunjung hilang dari wajah tampannya.
 
"Hallo boss. Saya Wang Jackson. Dan saya ingin menjadi karyawan di coffeshop ini. Saya berjanji saya akan bekerja dengan sebaik mungkin." Jackson memperkenalkan dirinya dengan semangat yang agak berlebihan menurut Junho. Senyum juga terus merekah dibibirnya. Dan mau tak mau, hal itu membuat Junho dan Wooyoung ikut tersenyum pula.
 
"Baiklah Jack, pertama kau tidak perlu seformal itu. Anggap saja aku sebagai teman atau kakakmu, bukan bossmu. Dan kedua, aku akan memberikan masa percobaan selama seminggu untukmu. Kalau kau bekerja dengan baik, aku akan menjadikanmu karyawan tetap di coffeshopku. Dan untuk masalah gaji, aku akan tetap memberimu gaji penuh walaupun kau masih dalam masa percobaan." Junho mengakhiri penjelasannya dengan eyes smilenya yang biasa.
 
"Benarkah? Woah~ aku mendapatkan Boss yang benar-benar baik! Thank you my Cuttie Boss!" Junho merona mendengar nama panggilan yang dilontarkan oleh Jackson dengan tiba-tiba itu.
 
"Kau seharusnya juga berterimakasih kepadaku anak nakal!" Wooyoung memukul kepala Jackson dengan gulungan kertas yang entah ia dapat darimana, dan hanya dibalas Jackson dengan cengirannya. "Dan jangan menggunakan bahasa inggris disini. Kau ingat kau harus meningkatkan bahasa koreamu bukan?!"
 
Junho melihat Wooyoung dan Jackson bergantian dengan tatapan heran. "Jadi dia..."
 
"Ya, dia memang bukan orang korea Junho. Jackson berasal dari Hongkong, dan ia berada di Korea sejak satu tahun yang lalu untuk bersekolah. Tapi tenang saja, bahasa koreanya sudah lumayan lancar. Jadi jangan khawatir. Ia melakukan kerja paruh waktu ini juga untuk melatih bahasa koreanya agar semakin lancar."
 
"Ah, karena itu ia memiliki mata yang besar dan logat yang sedikit aneh. Kalau aku lihat baik-baik, kau terlihat mirip dengan artis Jeon Hyun Moo, Jack. Kalian sama-sama memiliki mata yang besar." Junho menunjuk mata besar Jackson.
 
"Aku juga mirip dengan Ricky Wang." Jackson berkata dengan bangganya.
 
"Benarkah? Tapi siapa Ricky Wang?" tanya Junho heran.
 
"Ayahku." jawaban Jackson sukses membuat Junho ingin membenturkan kepalanya ke meja terdekat. Ia jadi berpikir ulang apakah ia benar-benar akan menerima pemuda ini? 
 
Wooyoung hanya terkikik geli melihat ekspresi Junho. Ia tahu hal ini pasti akan terjadi. Jackson memang seorang pemuda yang ceria dan baik hati. Ia juga mudah sekali bergaul dengan orang lain. Sifatnya yang polos, ramah, konyol, dan banyak bicara membuat orang yang ada di sekitarnya merasa nyaman. Tapi terkadang sifat polosnya membuat orang-orang disekitarnya jengkel, sehingga mereka kadang berpikiran sifat polos dan bodoh itu hanya berbeda tipis.
 
~2PM~
 
Chansung memasuki ruang kerja barunya diikuti oleh sekretarisnya. Setelah acara penyambutannya sebagai Presdir baru ia memutuskan untuk segera mulai bekerja. Ia meminta beberapa file tentang kontrak drama dan film yang masih dan akan berlangsung pada sekretarisnya.
 
"Ini Presdir." Sekretaris itu meletakkan beberapa dokumen diatas meja kerja Chansung.
 
Chansung segera membuka lembaran-lembaran berisi kontrak kerja itu. Tapi alisnya berkerut saat melihat sebuah kontrak yang terlihat aneh dimatanya.
 
"Kenapa kontrak ini sudah disetujui kalau artisnya saja belum menandatangani surat kontraknya?" Chansung memandang sekretarisnya, meminta jawaban.
 
"Itu adalah permintaan pribadi dari CEO. Tuan Hwang mengenal baik Sutrada Yeo. Dan beliau yakin Nichkhun-shi pasti juga akan menyetujui kontrak itu, karena selama ini Nichkhun-shi tidak pernah menolak apapun kontrak yang ditawarkan padanya oleh agensi." Sekretaris bertubuh tinggi itu menjelaskan dengan sopan pada Presdirnya.
 
"Aku akan menemui Nichkhun-shi dan akan aku bicarakan sendiri masalah kontrak ini dengannya. Mulai sekarang, jangan pernah menyetujui kontrak tanpa menanyakan dulu pada sang artis!" Chansung berkata dengan tegas pada sekretarisnya.
 
"Baik Presdir."
 
"Sekarang kau boleh keluar Seulong-shi." Chansung kembali mengalihkan pandangannya pada lembaran-lembaran kontrak diatas mejanya. Ia hanya mengangguk saat Seulong pamit keluar dari ruangannya.
 
Chansung menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sebelum menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
 
"Banyak sekali yang harus aku kerjakan disini." Chansung bergumam setelah menurunkan tangannya dari wajahnya. Ia memejamkan matanya, mencoba merilekskan fikirannya.
 
Sebuah ketukan di pintu ruang kerjanya membuat Chansung kembali membuka matanya dan menegakkan badannya. Sesaat setelah ia mengucapkan kata 'masuk', seorang laki-laki bersetelan mahal memasuki ruangannya.
 
"Lama tak bertemu Chansung-ah."
 
~2PM~
 
Taecyeon menunjukkan deretan gigi besarnya saat ia melihat Junho melambaikan tangan kearahnya. Ia segera merentangkan tangannya lebar-lebar agar Junho bisa memeluknya dengan leluasa. Dan benar saja, Junho segera melingkarkan lengannya di sekeliling tubuh Taecyeon dan menyandarkan kepalanya di bahu kanan laki-laki berlesung pipi itu.
 
"Kau bau kopi." Taecyeon berujar sembari membalas pelukan Junho. Ia menghirup aroma yang menguar dari tubuh Junho dalam-dalam. Aroma segar dan sedikit manis dari tubuh Junho bercampur dengan aroma kopi dari coffeshop yang menempel dipakaian yang dipakainya selalu menjadi candu tersendiri bagi Taecyeon. Ia ingin terus dan terus menghirup aroma itu setiap waktu kalau hal itu memungkinkan.
 
"Aku ini pemilik coffeshop Hyung. Jadi sudah wajar kalau aku berbau seperti kopi." Tarcyeon bisa membayangkan Junho tengah mengerucutkan bibirnya sebal walaupun ia tak bisa melihat wajah Junho.
 
"Kau sudah makan? Aku membawakan ayam dan beer untukmu. Bagaimana kalau kita makan bersama di coffeshopmu saja?" dengan tidak rela Taecyeon melepaskan pelukannya pada tubuh Junho agar ia bisa melihat setiap perubahan ekspresi wajah Junho yang selalu disukainya.
 
"Kau tahu aku tidak minum alkhohol! Kenapa kau malah membelikanku beer?!" Junho kembali mengerucutkan bibirnya.
 
"Itu masalah gampang. Aku yang akan meminum semua beernya, dan kau makan ayamnya saja Junho-ya."
 
"Kau tidak bisa meminum alkhohol. Kau harus menyetir Hyung. Apa kau lupa?" 
 
"Ah! Kau benar juga. Lalu bagaimana ini?" Junho hanya menggelengkan kepalanya, kadang tak habis pikir dengan kebodohan manager kakaknya itu.
 
"Ya sudah, ayo masuk dulu saja. Sepertinya aku masih punya persediaan beberapa colla di coffeshop." Junho menarik lengan Taecyeon untuk memasuki coffeshop miliknya. Mereka memang berada di depan coffeshop milik Junho. Taecyeon yang sudah tidak mempunyai pekerjaan segera datang menemui Junho di coffeshopnya. Selain itu, Nichkhun juga meminta Taecyeon kesana untuk melihat keadaan Junho. Nichkhun segera pergi dengan menggunakan taksi saat pekerjaannya telah selesai. Ia hanya berkata pada Taecyeon untuk tidak khawatir karena ia ingin mengurus sesuatu tentang kematian orang tuanya. Taecyeon memang mengetahui tentang kejanggalan dari kematian orang tua Nichkhun dan Junho karena selama ini dialah yang membantu Nichkhun untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang kasus kecelakaan itu.
 
Taecyeon melangkah mendekati sebuah kursi di meja paling pojok coffeshop itu. Ia segera mendudukkan dirinya dikursi favoritnya tiap kali ia berkunjung di coffeshop Junho. Ia melihat Junho yang berjalan mendekati lemari es untuk mengambil beberapa colla untuk mereka berdua. Ia mengenal Junho sejak ia mulai menjadi manager Nichkhun 5 tahun yang lalu. Dimata Taecyeon, Junho adalah seorang laki-laki yang periang dan ramah. Awalnya ia tak mengetahui kalau Junho adalah seorang Enerma, sampai tiga tahun yang lalu ia tak sengaja melihat tanaman yang disentuh oleh Junho menjadi layu dan kering dalam sekejab. Pikiran konyol seperti Junho mempunyai ilmu sihir atau semacamnya sempat berlalu-lalang diotaknya. Tapi ia akhirnya mengetahui fakta bahwa Junho adalah seorang Enerma setelah ia secara tidak sengaja menceritakan apa yang dilihatnya pada Nichkhun saat ia sedang mabuk. Nichkhun yang terkejut mendengar cerita Taecyeon segera memberitahukannya pada Junho. Dan Junho sendiri yang mengatakan pada Taecyeon bahwa ia adalah seorang Enerma setelah ia mendengar cerita dari Nichkhun.
 
"Apa Khun-hyung mengatakan ia akan pergi kemana Hyung?" tanya Junho, mengagetkan Taecyeon yang telah terlarut dalam fikirannya sendiri.
 
"Tidak. Dia hanya mengatakan padaku untuk tidak mengkhawatirkannya. Ada apa Junho?"
 
"Tidak. Hanya saja..." Junho menggantung kalimatnya, terlihat ragu apakah ia harus mengatakan apa yang ada dipikirannya pada pria besar yang duduk berhadapan dengannya itu.
 
"Ada apa Junho? Katakan saja." Taecyeon menatap kedalam mata Junho, mencoba meyakinkannya untuk mengatakan apa yang ada dipikirannya.
 
"Aku... Aku hanya takut Hyung. Aku takut kalau Khun-hyung akan menemukan fakta yang lebih baik tidak ia ketahui."
 
"Apa maksudmu Junho?" Taecyeon mengerutkan alisnya tidak mengerti.
 
"Kurasa... kematian orangtua kami ada kaitannya dengan jati diri ayahku yang seorang Enerma." Junho menundukkan kepalanya. Dadanya terasa sedikit sesak saat mengingat apa yang ia temukan dirumah lamanya satu bulan yang lalu.
 
"Apa maksudmu Junho? Katakan dengan jelas agar aku bisa mengerti." Taecyeon mulai merasakan firasat aneh dihatinya. Sebenarnya ia juga enggan mengetahui fakta itu, yang kemungkinan besar akan membuat hatinya terluka. Ia memang cukup dekat dengan orangtua Junho sejak ia menjadi manager Nichkhun. Kepribadiannya yang ramah dan mudah bergaul membuat orang tua Junho sangat mudah menerimanya. Bahkan mereka telah menganggap Taecyeon seperti anak mereka sendiri karena Taecyeon adalah seorang yatim piatu sejak ia masih duduk dibangku SMA. Ia tinggal sendiri di Seoul sejak Ibunya meninggal. Ayahnya yang seorang pecandu alkhohol meninggalkan ia dan ibunya sejak ia masih kecil. Dan saat SMP, ia menerima kabar bahwa ayahnya meninggal karena over dosis. Maka dari itu ia juga sudah menganggap orang tua Junho sebagai orang tuanya sendiri, karena mereka memberikan perhatian dan kasih sayang yang besar padanya, melebihi apa yang bisa ia bayangkan.
 
Dengan nada bergetar, Junho mulai menceritakan apa yang ditemukannya satu bulan yang lalu dirumah lamanya.
 
Satu bulan yang lalu Junho kembali mengunjungi rumah lamanya yang dulu ia tempati bersama orangtuanya. Nichkhun hanya datang sesekali karena pihak Agensinya memberikan fasilitas sebuah apartemen mewah untuknya. Selain itu, Nichkhun juga tidak mau kehidupan pribadi dan keluarganya terekspos oleh media kalau ia terlalu sering pulang dan pergi dari rumah lamanya. 
 
Junho menemukan buku jurnal ayahnya yang diletakkan di laci paling bawah meja kerjanya. Ia melihat tulisan tangan ayahnya yang menuliskan tentang jadwal pertemuan seluruh Enerma yang bermukim di Korea. Pertemuan itu diadakan di pulau Jeju, dan tanggal pertemuan itu sama dengan tanggal saat orangtuanya mengalami kecelakaan. Yang membuat Junho semakin curiga adalah, mengapa ayahnya tidak mengajaknya yang juga seorang Enerma ke pertemuan itu? Ia malah mengajak ibunya yang hanya seorang manusia biasa untuk menghadiri pertemuan itu.
 
"Jadi maksudmu kecelakaan itu... disengaja?" kata terakhir diucapkan oleh Taecyeon dengan nada lemah.
 
"Aku masih belum bisa memastikan hal itu Hyung. Tapi itulah kemungkinan terbesarnya." Taecyeon merasakan sebuah palu yang menghantam tepat didadanya. Dadanya mulai terasa sesak mengetahui fakta yang baru saja ia dengar. Ia mencengkram pinggiran meja untuk mengontrol emosinya. 
 
Bermenit-menit berlalu dengan keheningan yang mengisi coffeshop milik Junho. Junho masih setia dengan posisinya yang menunduk. Apabila dilihat dengan seksama, cairan bening  telah membasahi pipi putihnya. Sedangkan Taecyeon masih berusaha mengontrol emosinya. Buku jarinya terlihat memutih karena ia terlalu kuat mencengkram pinggiran meja itu.
 
"Khun harus mengetahui fakta ini Junho." Taecyeon tiba-tiba berucap, memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti mereka.
 
Junho segera mengangkat wajahnya. Ia menatap Taecyeon dengan raut wajah ketidaksetujuan yang terlihat jelas diwajahnya. "Tidak Hyung! Kau tidak boleh mengatakannya!"
 
"Dia harus tahu Junho!" tanpa sadar Taecyeon meninggikan nada suaranya.
 
"Kumohon Hyung. Setidaknya kita tunggu waktu yang tepat untuk mengatakan ini. Khun-hyung masih sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak mau membebaninya." ucapan Junho terdengar sangat memohon pada Taecyeon. Taecyeon tahu Junho pasti sangat khawatir pada kakaknya, tapi walau bagaimanapun, Nichkhun harus mengetahui fakta ini.
 
"Baiklah. Kita ceritakan hal ini pada Nichkhun setelah ia menyelesaikan proyek film terbarunyanya. Aku akan berusaha meminta libur untuknya agar kalian berdua bisa pergi ke pulau Jeju untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut. Tapi kau harus berjanji akan memberitahu hal ini pada Nichkhun, segera setelah ia menyelesaikan proyek filmnya."
 
"Ya. Aku janji Hyung."
 
~tbc
 
 
 
Sebelumnya saya ingin meminta maaf yang sebesar2nya buat semua fansnya Jun-k oppa. Saya lagi2 jadiin dia karakter antagonis di ff saya *keinget si pantat lem*. Yah walaupun di catatan kucrut ga terlalu antagonis banget, tp disini saya buat dia bener2 antagonis. Jd buat semua fansnya, saya minta maaf yah *bungkuk2*. Saya juga suka kok sama daegu harabojhi satu itu. Lagu2nya juga saya suka. Tp emang menurut saya dia yang paling cocok buat meranin karakter ini. Sekali lagi saya minta maaf yah. Bagi yang gasuka minjun jd antagonis, saya ga maksa buat baca kok.
 
Terimakasih buat readers-deull sekalian yang menyempatkan waktu untuk membaca karya saya ^^ Anyeong~
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 5: Sambungannya..?
eyessmile14
#2
Chapter 5: Itu.. yg tepuk pundak Junho siapa? Aku yakin pasti Minjun hehe *sotak
Aku suka Enerma. Keren aing, suka sama yg scifi gini mystery dan ada bumbu2 romance nyaaa.
Chansung enerma juga kah? Jangan2 iya, karena ada energi kuat dalam tubuhnya (?)
Jackson sama Suzy pasti nanti cinlok haha
Dan jgn biarkan Nickhun jomblo di sini author (aku harus manggil apa ini._.) biarkan Nickhun has a relationship sama Wooyoung walopun backstreet XD
Update this fic juseyooooo T^T
sabrinanunneo #3
Chapter 5: Ohhoo akhirnya updateee.... itu yg neepuk pundak junho pasti limbat soalnya junho melotot horor. Lol.... iya teerlalu pendek nih thor nim... d chapter sebelumnya ku kira jack bakalan suka amaa junho. Eh ternyata... author berkata lain... lol apa next chap udah bisa liat chanho? Ini kayaknya banyak khunho ya.... brother complex ni..... thor uodate soon yaahh
dehana
#4
Chapter 4: Ohohoho minjun nyaa syeleemmm, dia jd antagonis gini makin lakik sosoknya di kepala aku haha, update soon!!!
Nunneo74
#5
Chapter 4: minjun ...!! , qm harus lbh jhat dr yg aku bayangin nak..!! harus ..!!
dhe_dorayaki
#6
Chapter 4: jngan bilang klo yg nabrak ortunya junho itu chan thor..!!

aaah~ ini krng pnjang thor-nim
dhe_dorayaki
#7
Chapter 3: ya'ampun bang jack ganggu ajh,, org lgi sirius in,,

cwo itu chansung kan thor,, aq bisa ngrasain itu,, *jngan" aku enerma juga sodara kembarnya junho??#plak ngawur*

next chap update kilat thor