Jar of Heart
Junho 2PM Oneshoot CollectionIni adalah Songfict dari judul lagu yang sama dengan tittle di atas. Saya sarankan membaca sambil mendengarkan lagunya, Jar of Heart by Christina Perri, agar lebih dapet feelnya.
Happy reading ^^
I know I can't take one more step towards you
'Cause all that's waiting is regret
Don't you know I'm not your ghost anymore
You lost the love I loved the most
Ia berjalan perlahan ke arahku dengan senyum yang terkembang di wajah tampannya. Matanya berbinar, terlihat sangat bahagia. Setelah sampai di hadapanku, ia menatapku dengan tatapan mata teduhnya. Tatapan yang sangat aku sukai darinya. Tapi sayangnya tatapan teduh itu tidak hanya ia tujukan padaku. Tapi pada orang lain pula.
"...ho? Junho? Kau mendengarku?" entah sejak kapan tatapan teduh itu pergi dan berganti dengan tatapan khawatir yang terpancar jelas di matanya saat ini. Oh, betapa aku sangat menyukai semua ekspresi yang terpancar hanya dari tatapan mata indahnya itu.
"A-aku baik-baik saja Chan. Apa yang kau katakan tadi?" tanyaku setelah selesai dari acara 'mari mengagumi mata indah Chansung' itu.
"Aku berhasil menjadikan Suzy sebagai kekasihku Junho. Kau tahu betapa hebatnya itu? Aku bahkan mengalahkan Minho-sunbae! Ini benar-benar luar biasa! Dan ini semua berkat dirimu Junho. Aku sangat berterima kasih padamu," ucapnya bahagia. Aku hanya bisa menatap kosong pada matanya. Aku tahu hal ini akan terjadi, mengingat akulah orang yang membantu Chansung mendekati Suzy, karena Suzy adalah juniorku semasa SMP dulu.
Tapi kenapa masih sesakit ini?
Kenapa seperti ada palu besar yang menghantam tepat di hatiku? Membuatnya pecah berserakan tanpa ada seorangpun yang mempedulikannya.
"O-oh... Yeah, bukan masalah Chan," ucapku dengan menampilkan segurat senyum paksa padanya. Tentu saja, ia yang saat ini tengah dilanda bahagia sama sekali tak memperhatikan senyum paksa yang kutampilkan padanya.
Selalu seperti ini.
Hal yang sama selalu saja terjadi berulang-ulang. Dan bodohnya aku karena selalu saja menerima apapun yang terjadi walaupun hal itu menyakiti hati dan perasaanku secara berulang-ulang pula. Tanpa berusaha melakukan apapun untuk menyembuhkan hatiku, aku tetap saja berada di sampingnya, berusaha membuatnya bahagia walaupun ia tak tahu aku berusaha dengan sangat keras untuk melakukannya.
Kali ini adalah Bae Suzy, gadis tercantik dan terpopuler di kampus kami. Dia adalah juniorku waktu di SMP dulu, dan kami cukup dekat karena secara kebetulan kami mengambil ekstra kulikuler yang sama saat SMP dulu. Chansung yang mengetahui hal itu tanpa ragu memintaku untuk membantunya dekat dengan Suzy. Dan kalian sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya bukan?
Hwang Chansung.
Aku mengenalnya sejak kami memasuki sekolah menengah atas enam tahun yang lalu. Dan sekarang kami berada di universitas yang sama dan mengambil jurusan yang sama pula. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku telah merasakan gelenyar aneh di hatiku. Aku sama sekali tak bisa mengalihkan pandanganku dari mata indah itu. Mata yang selalu berbinar penuh kehangatan, membuat semua orang yang ada di sekitarnya ikut merasakan kehangatan yang terpancar dari mata indahnya. Wajahnya yang tampan, serta pribadinya yang ramah dan mudah bergaul membuatnya menjadi siswa yang cukup populer di sekolah. Bahkan seorang siswi senior terpopuler di sekolah kami dulu pun menyatakan ketertarikannya pada Chansung.
Bukan hanya sekali dua kali ia berganti kekasih, tapi telah berulang kali. Aku hanya bisa bersabar saat melihatnya bersama kekasihnya. Aku tahu Chansung adalah seorang biseksual, karena ia juga beberapa kali mengencani siswa populer di sekolah kami dulu. Semua hubungan yang dijalinnya tak ada yang melebihi 2 bulan, karena Chansung adalah tipe orang yang mudah bosan. Ia hanya akan datang padaku dengan raut wajah bahagia saat ia berhasil mendapatkan incarannya, dan akan kembali datang padaku dengan wajah yang tertekuk kesal saat ia mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya.
Dan seperti yang kuduga, hubungannya dengan Suzy hanya berjalan 5 minggu saja. Ia datang padaku dengan kilat kemarahan di matanya.
"Dasar jalang! Dia membiarkan tubuhnya disentuh oleh pria lain selain aku! Dasar tidak tahu malu!" ucapnya sembari menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu apartemen kecilku.
"Kali ini apa lagi Chan?" tanyaku sabar. Aku mengulurkan sebotol minuman dingin padanya, berharap bisa menurunkan emosinya yang sedang meninggi, walaupun aku tahu hal itu hanya sia-sia saja.
"Cih, wanita jalang itu membiarkan Minho-sunbae merangkulnya, dan apa-apaan dengan senyum memuakkan itu? Seakan-akan ia menjual dirinya sendiri pada laki-laki lain!" sungutnya kesal.
Aku tidak tahu apakah semua yang dikatakan Chansung itu benar. Karena biasanya Chansung akan membesar-besarkan sesuatu apabila ia ingin mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Tapi aku yang terlalu bodoh untuk mau mengerti hanya mengiyakan semua ucapan Chansung dan mencoba menghiburnya dengan mengelus pundaknya pelan. Ia kemudian merebahkan kepalanya di pangkuanku karena aku memang duduk di sebelahnya setelah memberikan minuman kepadanya tadi.
"Aku lelah Junho. Tak ada yang bisa mengerti aku seperti apa yang kau lakukan," hatiku membuncah bahagia saat mendengar ucapan Chansung. "Tapi aku tidak bisa membuat kau menjadi kekasihku Junho, karena kau berbeda dengan yang lain. Kau akan selalu ada di sisiku apapun yang terjadi. Kau tahu itu kan?" Tapi hatiku langsung hancur berkeping-keping setelah ia meneruskan kalimatnya.
Hening selama beberapa saat. Aku hanya menatap wajahnya dalam diam, sebelum akhirnya berucap, "Hm. Aku tahu." dan hanya kata itu yang meluncur dari bibirku. Mengabaikan jeritan dalam hatiku yang meronta menginginkan hal yang lebih.
And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?
Lagi dan lagi, ia kembali dengan semua cerita memuakkan tentang kekasih barunya yang kali ini kuketahui bernama Wooyoung. Mahasiswa fakultas kesenian yang terkenal akan kepribadiannya yang ceria.
Matanya selalu berbinar bahagia setiap kali ia menceritakan sesuatu tentang Wooyoung. Ku kira hubungannya dengan mahasiswa imut berpipi chuby itu hanya akan berakhir dengan singkat seperti yang terjadi pada kekasih-kekasih Chansung sebelumnya. Tapi ternyata dugaanku salah. Sudah lebih dari 5 bulan mereka menjalin hubungan. Dan Chansung nampak sangat bahagia bersama Wooyoung.
Tak dapat kupungkiri kalau aku merasa sangat iri pada Wooyoung. Setiap kali mereka bersama, betapa inginnya aku merebut posisi itu darinya. Tapi aku bisa apa? Yang kubisa hanya menatap mereka dari kejauhan, sembari mencoba mengumpulkan pecahan hatiku yang hancur berserakan.
"Apa yang kau lihat Junho?" Aku sedikit terlonjak kaget saat ada yg menepuk bahuku dari belakang.
"Ah, kau mengagetkanku Hyung!" seruku pada seorang laki-laki tampan yang merupakan seniorku, Kim Minjun.
"Ah, maafkan aku, aku tidak bermaksud mengagetkanmu," raut wajah menyesal terlukis di wajah tampan Minjun-hyung, dan aku hanya tersenyum tipis menanggapi permintaan maaf seniorku itu. "Tapi apa yang kau lihat?" tanyanya kemudian.
"Bukan apa-apa Hyung," ucapku sembari mengalihkan pandanganku dari tatapan matanya yang menyelidik.
Minjun hyung adalah seniorku. Dia sangat peduli padaku baik dalam urusan kampus maupun urusan pribadi. Dia selalu ada di sampingku ketika aku membutuhkan seseorang untuk bersandar saat hatiku hancur secara berulang-ulang karena ulah Chansung. Aku tahu Minjun hyung memiliki perasaan lebih kepadaku, dan menginginkan kami untuk menjalani hubungan yang lebih dari sekedar hyung-dongsaeng. Tapi aku sama sekali tidak bisa memaksakan hatiku. Aku tidak mau menjalin hubungan tanpa adanya landasan cinta. Aku tidak ingin memberikan harapan palsu untuk orang sebaik Minjun-hyung. Aku tidak mau menyakiti hati kecil yang selalu terbuka untukku itu.
Dua minggu berlalu bagaikan neraka bagiku. Chansung terlihat semakin mesra dengan mahasiswa berpipi chubby itu. Hatiku terasa seperti disayat oleh ribuan pisau tak kasat mata saat Chansung melemparkan senyum indahnya pada Wooyoung.
Dan hanya padanya.
Kini tak ada lagi tatapan teduh yang ia tunjukkan padaku seperti dulu.
Kini tak ada lagi senyum hangat yang ia sematkan di bibirnya untukku.
Tak ada lagi dengusan sebal saat ia menemui sesuatu yang tidak ia sukai.
Tak ada lagi pelukan hangat dari lengan-lengan kekar miliknya.
Tak ada lagi apapun.
Karena semua itu hanya milik Wooyoung.
Bukan milikku.
Ia semakin jarang menemuiku. Ingin ku menghapirinya dan memeluk tubuh besar itu, tapi aku tak bisa. Ia bukan milikku. Aku tak berhak untuk membuatnya selalu ada di sampingku. Aku mencoba mengalihkan perhatianku pada mata kuliahku. Tapi semua itu sia-sia. Fikiranku selalu berporos kepadanya. Kepada senyum hangatnya, kepada wajah tampannya, kepada tatapan teduh menenangkannya.
Oh Tuhan, betapa aku merindukannya.
Seakan Tuhan tengah mengujiku, beberapa hari belakangan ini, Minjun-hyung juga semakin sulit kutemui. Ia seperti tengah memghindariku. Atau hanya perasaanku saja? Setiap kali aku menanyakannya pada teman sekelas Minjun-hyung, mereka hanya menggedikkan bahu dan berlalu pergi begitu saja. Seakan menyembunyikan sesuatu dariku. Dan akhirnya aku hanya bisa menjalani semua sisa masa kuliahku seorang diri.
~2PM~
Acara kelulusan seharusnya menjadi sebuah acara yang membahagiakan untukku. Tapi hal itu hanya ada di angan-anganku saat Chansung datang menghampiriku dengan senyum bahagianya. Ia menunjukkan dua buah cincin platina dengan desain sederhana yang terukir nama Chansung dan Wooyoung di bagian dalamnya.
Seketika hatiku terasa mati.
Ini kah akhirnya?
Semua penantianku hanyalah sia-sia?
Aku tak bisa lagi mendapatkannya?
Kesempatan itu telah sirna?
Ia telah resmi menjadi milik orang lain sekarang?
Dan aku tak bisa mengubah keadaan itu bagaimapun juga.
~2PM~
Dua tahun telah berlalu sejak acara pertunangan Chansung dengan Wooyoung. Aku memutuskan untuk pindah ke Jepang dan menerima pekerjaan yang di tawarkan padaku, tepat setelah aku pulang dari acara pertunangan Chansung. Setidaknya saat-saat terakhir aku melihatnya, ia dalam keadaan bahagia dengan senyum lebar terlukis di bibirnya.
Di Jepang aku bekerja di sebuah perusahaan properti yang cukup besar. Aku mendapatkan posisi yang bagus berkat kinerjaku yang baik. Aku memang sengaja memfokuskan diriku dalam hal pekerjaan agar aku tidak lagi memikirkan Chansung.
Ah~ bagaimana kira-kira keadaannya sekarang ya? Apa dia baik-baik saja? Apa hubungannya dengan Wooyoung masih harmonis sampai sekarang? Aku memang sengaja memutuskan kontak dengannya karena aku tahu hatiku akan goyah apabila aku kembali mendengar suaranya.
Kalian tahu? Bukan hal yang mudah untuk menghilangkan bayangan seseorang yang terlanjur melekat di hatimu. Apalagi dia adalah cinta pertamamu.
Ah iya, sudahkan aku bercerita tentang atasanku yang bernama Ok Taecyeon? Dia adalah sosok yang sangat luar biasa di mataku. Selain otaknya yang cerdas, kepribadiannya juga sangat menakjubkan. Ia bisa bersikap sangat berkharisma di depan para karyawannya, tapi sikapnya sama sekali tidak membuat karyawannya terintimidasi karena ia juga sangat ramah disaat yang bersamaan. Bahkan pada pegawain magang sekalipun ia tetap bersikap ramah tanpa membeda-bedakan status karyawannya. Ah! Dan juga, jangan lupakan selera humornya yang bisa membuat semua karyawan tertawa dan melepaskan sejenak beban pekerjaan yang ada di pundak mereka.
Ups, apa aku terdengar seperti seorang remaja yang tengah menceritakan orang yang tengah ditaksirnya?
Haha. Jangan salahkan aku, dia memang pantas untuk dipuji. Baik dari fisik, kemampuan, maupun kepribadiannya.
Aku dan Taecyeon mulai dekat sejak aku dipindahkan ke divisinya satu tahun yang lalu. Aku masih sangat ingat bagaimana pertama kali aku bertemu dengannya.
Waktu itu aku tengah mengangkut barang-barangku dari kantor lamaku. Dan kulihat seorang laki-laki dengan kemeja yang lengannya digulung hingga sebatas siku tengah memperbaiki mesin fotokopi. Noda oli nampak mengotori kening dan pipinya. Ia menoleh ke arahku, lalu kemudian tersenyum. Dan saat itulah aku melihat dua buah lesung pipit yang sangat indah di wajah tampan itu.
Dia menanyaiku apakah aku adalah karyawan yang dipindahkan dari divisi sebelah. Dan seperti terhipnotis, aku langsung menganggukkan kepalaku dengan masih menatap wajah tampan yang sedikit berkeringat itu.
Ia kemudian membantuku membawakan barang-barangku, bahkan membantuku menata barang-barangku di meja baruku.
Aku berterimakasih padanya saat kami selesai menata semua barang-barangku dan ia kembali melanjutkan pekerjaannya untuk memperbaiki mesin fotokopi itu.
Keesokan harinya, divisi tempatku bekerja sekarang mengadakan rapat rutin. Dan mulutku langsung terbuka lebar saat tahu laki-laki yang membantuku kemarin adalah Direktur di divisi kami, Ok Taecyeon.
Hubungan kami bisa dibilang cukup dekat saat ini. Kami sering pergi minum bersama setelah menyelesaikan pekerjaan kami. Dan tak kusangka ia adalah seorang pendengar yang baik. Suatu hari, saat aku sudah terlalu mabuk, aku tak sengaja menceritakan kisahku bersama Chansung dulu kepadanya, dan ia hanya mendengarkan dengan seksama tanpa menyela ucapanku. Aku bahkan dibuat terkejut dengan reaksinya setelah aku selesai menceritakan semua kisahku. Awalnya aku mengira ia akan tertawa atau menyumpahiku dan mengatakan aku adalah orang yang kelewat bodoh karena mau menunggu begitu lama untuk suatu hal yang tidak pasti. Tapi nyatanya tidak, ia malah kagum dengan perjuanganku selama ini, dan menganggapku orang yang sangat baik karena dengan sabar mau menunggu selama itu dan masih tetap berharap walaupun semua harapanku berakhir dengan sia-sia. Dan aku benar-benar sangat tersentuh oleh ucapannya.
I hear you're asking all around
If I am anywhere to be found
But I have grown too strong
To ever fall back in your arms
Hari ini adalah hari minggu, aku memutuskan pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hariku yang sudah mulai menipis.
Kudorong troli belanjaanku dengan perlahan sembari melihat-lihat produk yang tertata rapi di rak-rak supermarket itu. Karena terlalu asik melihat-lihat, aku sampai tidak sadar bahwa di depanku tengah ada orang yang berdiri sembari melihat-lihat produk terbaru yang tengah dipajang. Dan tak bisa dihindari, troliku menabrak orang itu dari arah samping hingga ia sedikit oleng. Beruntung ia tidak jatuh karena dengan reflek ia segera berpegangan pada bagian depan troliku. Tapi sayang, semua belanjaannya jatuh berhamburan dari keranjang yang dibawanya karena terjatuh.
Aku segera meminta maaf dan membantunya memunguti belanjaan yang tercecer dari keranjang belanjaanya. Saat aku akan mengulurkan beberapa kaleng soda padanya, mataku sontak membulat melihat orang yang menjadi korban tabrak troliku tadi.
"Minjun-hyung?!"
"Junho?!" ucap kami secara bersama-sama.
~2PM~
Kami akhirnya memutuskan untuk berbincang di sebuah cafe setelah menyelesaikan belanjaan kami. Minjun-hyung mengatakan kalau ia memang dipindahtugaskan ke Jepang sejak 1 bulan yang lalu karena cabang perusahaan tempatnya bekerja yang berada di Jepang mengalami sedikit permas
Comments