END of PBMF

Please, be My Fans!
Please Subscribe to read the full chapter

Tak. Tak..

Tak.

"Hah...."

Langkahku tiba-tiba saja terhenti.
Bukan karena lelah atau kakiku terasa sakit, lebih dari itu.. perasaan di dalam dada yang terus saja sesak membuat ku tersiksa seperti ini.

Apa yang harus aku lakukan?

Menemuinya dan mengajaknya makan siang?

Astaga....

"Heeeeeeeeei, bodoh!"

Plak.

Aku menoleh dan meringis kesakitan. Junho, teman ku satu kampus menepuk pundak ku dengan keras.

"Tidak ingin bermain basket di lapangan? Ayolaah.. meskipun ini musim dingin bermain basket adalah ide yang bagus untuk menghangatkan diri. Kau mau, heuh?"

Junho mengangkat bola basketnya sambil tersenyum.

Basket ya... hm... basket....

Olahraga favoritku...

Tapi.. apa dia akan terpesona jika aku bermain basket?

Plak.

"Kau mau main atau tidak?"

Junho lagi-lagi menepuk pundakku dengan keras.
Aku hanya menggeleng sambil terus berjalan..

"Astaga... king of trolls yang biasanya mengganggu gadis-gadis cantik di kelas bersikap seperti ini? Kau ini sedang sakit atau apa heh?"

Junho tertawa. Aku menepis semua ocehannya dan berlalu dari hadapannya.
Meskipun ia terus saja memaksaku bermain basket di lapangan, aku benar-benar sedang tidak berselera.

Yang ingin aku lakukan hanya bertemu dan mengajaknya bicara......

Arh.... kenapa sesulit ini?

Aku di kenal sebagai pemuda tampan dan pandai menarik hati wanita. Tapi untuk yang satu ini.. aku menyerah....
Menatap matanya saja aku tidak mampu.

Bukankah itu aneh?

Aku selalu berhasil membuat wanita manapun menyerahkan nomor hape dan alamat emailnya dengan mudah.
Sebagian dari mereka malah mengajakku pergi makan malam tanpa sungkan.
Aku di kenal beruntung memikat gadis cantik di sekolah dan....

Arh!

Percuma saja aku mengatakan hal seperti ini.
Yang membuatku terpikat malah tidak menaruh perhatian sama sekali padaku.

Entahlah...

Apa aku tidak menarik di matanya?
Setiap ku dekati dia akan berpura-pura tidak melihat dan pergi bersama teman-temannya.

Hah...

Iya aku tahu...

Aku di sukai banyak siswi famous di sekolah ini.
Sebagian dari mereka membuatku tidak nyaman.. mereka berisik... terlalu ganyak menuntut dan suka pamer...
Tidak seperti gadis yang saat ini tengah kusukai...
Dia cenderung pendiam..manis..dan... arh.. memiliki senyum seperti malaikat.

Yah, meski kuakui aku sendiri tidak tahu wujud malaikat itu seperti apa.

Tapi bagiku dia sangat indah...

Benar-benar indah..

"Haft......."

Lagi-lagi aku menghela nafas dengan berat.
Aku duduk di kursi taman kampus ku dengan bimbang, memilih untuk tidak kembali ke rumah dan berdiam sejenak di sini.

Sesekali aku menatap ke arah kerumunan siswa dan siswi yang masih sibuk melakukan kegiatan di sekolah.
Sebagian dari mereka semua adalah temanku..
Tentu saja... jika bukan karena Nuna ku yang sebenarnya cerewet dan jauh dari kata elegan, aku tidak akan se famous ini.

Semua orang hampir ingin mengenalku karena aku adalah adik dari Nunaku.

Tapi...

Tapi.....

Kenapa dia tidaaaak?

Kenapa gadis itu masa bodoh dan tidak peduli padakuuu?

Astagaaa Tuhan....

Cinta yang sebenarnya itu benar-benar membuatku tersiksa...

Aku masih semuda ini dan merana karena menyukai cinta pertamaku?

Kupastikan sekali lagi..

Jika aku masih diam membatu dan tidak menemuinya, sampai tua pun aku akan seperti ini.

Prang.

Aku menendang-nendang sampah kaleng minuman di depanku sambil memasang wajah surut.
Aku memutuskan untuk pulang dan urung menemuinya...

Prang.

Entah sampai besok ataupun lusa aku akan terus menunda...

Prang.

Sampai dia di dekati lelaki yang lebih dulu menyatakan cinta padanya....

Prang. Prang.

Kemudian aku tertinggal jauh dan tidak bisa mendapatkannya.

Astaga.

Sebagai laki-laki... betapa pengecutnya aku.. arh...!

Bruk, Prang. PRANG

aku terus menendang sampah kaleng di depanku dengan pikiran berkecamuk. Wajah gadis itu terus saja menghantui pikiranku.

Bibirnya merona merah, senyumnya lebar dengan mata yang begitu mempesona.

Haaah....

Tolong....

Berikan aku keajaibaaaan!

Bruk! PRANG!

"Awwh!"

Aku menghentikan langkah kakiku dan menatap ke depan. Sampah kaleng yang kutendang terlempar cukup jauh dari pandanganku.

Berjarak sekitar beberapa meter..

Haha.

Ternyata kalengku mengenai kepala orang..

Ckck.

Yah aku kan tidak sengaja...

Aku akan minta maaf padanya dan...

Glek.

Aku sontak menelan ludah dengan gugup.

Sial!

Aku meminta keajaiban tapi tidak seperti ini... tidak sekarang... not now, please..

"Awh...."

Gadis itu mengusap kepalanya sambil meringis kesakitan. Kemudian ia menoleh ke arah kaleng itu dan.....

Tentu saja.

Gadis itu menatapku.

Yaps.

Dasar bodoh.

Kaleng yang kutendang saja mengenai orang yang tepat.

Di saat seperti ini kenapa malah mengenai kepalanya?

Kepala siapa? Astaga.. tentu saja kepalanya. Kepala gadis dengan senyum mempesona yang kusukai.

Kali ini dia menatapku.

Benar-benar menatapku...

Ah....

Demi Nuna ku yang saat ini lebih cantik dari gadis manapun, aku bersumpah akan menemui dan mengajaknya bicara.

Sret...sret...

Aku mnyeret kakiku denga langkah gontai.
Meskipun ini musim dingin... seluruh tubuhku nyaris mati kepanasan.....

Fuh...

Sudah mulai dekat...

Dekat....

Dan....

"..hai."

Sial. Sapaan macam apa itu?

"..ah.. hai juga..."

Gadis itu tersenyum! Astaga, siapapun... bunuhlah aku sekarang!

"Kau yang menendang kaleng ini?"

Gadis itu bertanya sambil mengangkat sampah kaleng di depan mataku.
Aku hanya mengangguk pelan.. menundukkan kepalaku dan meminta maaf...

"Maaf...."

Bibirku terasa kelu. Namun .... cukup lega.

"Haha, tidak apa-apa. Ya ampuun. Jangan se-serius itu. Aku tidak apa-apa. Kau sudah minta maaf, ku anggap rasa sakit di kepalaku sudah hilang dan tidak terjadi apapun..."

Gadis itu kembali tersenyum.. jika semesta bisa mengantar ku terbang dan hilang, aku tidak akan melakukannya.. senyum dari gadis ini sudah melebihi indahnya alam semesta. *njir-tepi*

"Ah. Kau tidak seperti biasanya.... sendirian? Biasanya kau datang bersama teman-teman mu yang banyak itu...."

Aku mendongak.. memberanikan diri menatap gadis itu dan tersenyum.

Wait..wait.. apa aku sudah terlihat tampan di matanya?

"Sedang ingin sendirian.. kau sendiri? Kenapa tidak pulang?" Jawabku sekenanya.

Gadis itu perlahan melangkahkan kakinya ke arah jembatan kecil taman kampus ku. Aku mengikutinya.. perlahan-lahan...

"Sedang menunggu temanku berlatih musik untuk festival minggu depan.. aku akan menunggunya di perpustakaan.. kau sendiri?"

Ah.

Aku segera menepis lamunan dan pesona gadi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jagga_nim
#1
Chapter 25: Tep ternyata ente punya akun AFF juga? wew baru tau... gegara baca side note mu di part 24 di wattpad
Mellyuz95 #2
Chapter 40: Huuuaa sediiihhhh udahan ajaa

Good story
Mellyuz95 #3
Chapter 3: Anak cowok knp manggil unnie, ya?
Cherrycherry24 #4
I loveee your story about krysber
qarinah #5
Chapter 40:
qarinah #6
Chapter 39: Hihi
qarinah #7
Chapter 38: Itu lebih bagus jung
qarinah #8
Chapter 37: WOW
qarinah #9
Chapter 36: Yonha cantik
qarinah #10
Chapter 35: Astaga