keesokan harinya, Amber terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya mencoba membiasakan dengan cahaya matahari yang baru saja terbit. Tubuh kurus itu melenggang menuju kamar mandi sekedar untuk menyegarkan diri. 15 menit berlalu, gadis itu sudah siap dengan kegiatanya hari ini. Menuntut ilmu dan seperti biasa berkumpul bersama team nya. Tangan itu mendorong knop pintu, matanya langsung tertuju pada sang kakak yang sedang berdandan dengan sangat menor menurut dirinya. Tak ingin ambil pusing, Amber keluar dari kamarnya dan duduk di kursi meja makan lalau diambilnya selembar roti yang ia oleskan dengan selai kacang dan cokelat.

"hari ini kemungkinan aku akan pulang terlambat" ucap sang kakak yang sedang berdandan dihadapannya. Amber hanya mengangguk meng-iya-kan ucapan sang kakak karena sejujurnya ada atau tidak ada kakak nya pun bagi Amber sama sekali tidak membuatnya ingin cepat pulang. Jiwa Amber adalah jiwa malam jadi, sang kakak pulang terlambat pun Amber masih akan pulang lebih terlambat darinya. mulut itu mengunyah makanan dengan enaknya, namun telinganya benar - benar memerah mendengar cerita sang kakak yang sebenarnya tak di mengerti Amber juga tak ingin Amber tahu. 5 menit berlalu Amber menyudahi sarapanya dan bergegas keluar dari rumah kecilnya dan juga ingin cepat - cepat menghindar dari mulut cerewet sang kakak.

"pergilah mencari pekerjaan, jangan hanya bercerita tentang merk peralatan berdandan mu. sampai kapan kau akan hidup begini?" ucap Amber lalu menutup pintu rumahnya dan pergi meninggalkan kediamannya. Choa pun terdiam, terkadang ucapan adiknya itu seperti ialah sang kakak bukan dirinya, kedewasaan sang adik dalam berpikir pun sudah melewati pemikirannya. namun, apa boleh buat? hidupnya memang mungkin sudah di nasib kan seperti saat ini, selalu bergantung dengan adiknya dan sering menyusahkan sang adik.

Mobil sport milik Amber sudah terpakir sempurna, gadis itu keluar dari mobilnya sambil menenteng sebuah skateboard di tanganya. Setelah mengunci pintu mobilnya, gadis itu menjatuhkan papan beroda di tanganya ke permukaan aspal. satu kakinya ia gunakan untuk mendorong papan tersebut. universitasnya begitu luas hingga dirinya harus memarkirkan mobilnya sangat jauh dengan kelasnya maka dari itu Amber selalu membawa skateboard nya kemanapun ia pergi. Memang Amber adalah gadis yang tak biasa namun otak yang dimilikinya sangatlah cerdas hingga dirinya bisa masuk kedalam universitas ternama dengan begitu mudahnya. otaknya yang cerdas adalah salah satu dari kelebihan dalam dirinya namun juga tidak di pungkiri Perawakan seperti pria yang melekat di diri Amber hingga terkadang dirinya sedikit melupakan kodratnya sebagai wanita. style pria nya sudah tidak asing lagi di mata teman - temannya, karena bagi mereka bagaimana penampilan Amber, mereka akan selalu mendukungnya. Kaki itu terus mendorong aspal untuk terus membuat papan itu berjalan, tak lupa sesekali si pengendara papan itu menunjukan kebolehannya dalam memainkan si papan tersebut. Sampailah ia di tempat dimana Team seperjuangannya berkumpul yaitu caffe kampus yang setiap hari nya menjadi tempat nongkrong mereka.

“eeyyy yo!! our queen has come” ucap salah satu anggota mereka yang di ketahui bernama Jay Park si pemuda bertato dan memiliki ketampanan yang memikat para wanita. Amber tersenyum riang hingga menampakkan giginya lalu dirinya bersalaman dengan semua anggota.

“yoo whatsup Amber!!” langsung di rangkulnya tangan itu di atas bahu Amber. Dia tak lain dan tak bukan adalah Jackson.

“i’m good dude!!” balas Amber sambil membalas rangkulan pundak yang ia dapat.

“gimana nih buat the next race?” tanya Amber lalu