Chapter 3

Relationship

Aku membuka mataku dan melihat sekeliling. Kepala ku masih terasa berat, jadi aku tak bisa banyak bergerak. Saat kulihat ini bukan kamar ku, aku langsung mencoba mengingat kejadian semalam. Tapi yang kuingat terakhir kali hanyalah saat aku minum dengan Chanyeol sunbae. 'Apakah ini rumahnya? Ah aku pasti sudah menyusahkannya', batinku Lalu aku bangun dari tempat tidur, kubuka pintu kamar dan melihat keluar. Kulihat Chanyeol sunbae sedang duduk di sofa sambil memainkan telepon genggamnya.

Sebenarnya aku selalu menjaga jarak dengan Chanyeol sunbae. Karena saat sehun mengenalkan ku padanya dia memintaku memanggilnya 'oppa'. Tapi aku melihat raut kesal di wajah Sehun dan akhirnya aku selalu memanggilnya 'Chanyeol sunbae'. Aku sengaja tidak terlalu dekat dengan Chanyeol sunbae karena Sehun bilang dia tidak suka. Yah, dulu tentunya aku akan selalu mengikuti apa yg di katakan Sehun tanpa memikirkan apapun. Sehun dan Chanyeol adalah sunbae ku di kantor. Tentu saja alasanku memilih masuk kantor itu adalah demi bertemu Sehun setiap hari. Tapi ternyata aku satu divisi dengan Chanyeol sunbae, bukan dengan Sehun.

"Sun..sunbae" aku sedikit malu karena sudah merepotkannya.

"Oh Y/N-ah. Kau sudah bangun? Apa kepalamu masih sakit?"-Chanyeol berdiri dari duduknya.

"Sedikit. Sebaiknya aku pulang saja sunbae. Terimakasih sudah memperbolehkanku menginap disini. Maaf karena aku sudah merepotkanmu" aku membungkuk pada Chanyeol sunbae.

Chanyeol hanya diam di tempatnya menatapku, tidak mengatakan apapun. Aku jadi bingung harus menatapnya balik atau tidak, dan aku juga tidak tahu pintu keluarnya ada dimana.

"Ehem, sunbae.. pintu keluarnya?" Aku mencoba mengalihkan tatapanku darinya.

"Ah ya.. maafkan aku. Sebaiknya kau ku antar saja. Lagi pula ini masih terlalu pagi untukmu mencari taxi" Chanyeol sunbae bergegas mengambil kunci mobilnya dan menarikku keluar apartemen.

Aku dan sunbae sudah berada di mobil, sunbae sudah melajukan mobilnya menuju alamat apartemen ku (setelah aku beri tahu tentunya). Kami berdua saling diam. Hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya sunbae membuat lelucon aneh yang membuatku tertawa. Dia melakukannya untuk mencairkan suasana yang terasa menyesakkan. Akhirnya kami sampai di depan gedung apartemen ku. Sebelum aku turun, Chanyeol sunbae meminta nomor telepon ku. Lalu aku keluar dari mobilnya. Membungkuk dan mengucapkan terimakasih.  

Aku mulai berjalan masuk ke gedung. Langkah ku mulai gontai lagi, aku kembali mengingat kejadian semalam bersama Sehun. Aku masuk ke dalam lift, menarik napas dalam2, lalu melepaskannya. Membuat sedikit bebanku berkurang. Saat pintu lift terbuka, aku langsung keluar tanpa melihat seseorang berdiri di depanku.

"Maaf. Aku tidak sengaja. Permisi" aku tidak berniat melihat siapa yang ku tabrak.

Aku membungkuk, lalu berjalan melewatinya. Tapi aku merasakan cengkaraman di lengan kiri ku. Terkejut. Aku langsung membalikan badanku dan mendapati sehun berdiri disana. Pakaiannya masih sama seperti semalam. Keadaannya terlihat kacau.

"Se..hun?" Aku mengernyitkan dahi ku.

Bukankah dia bilang padaku untuk tidak menemuinya lagi? Tapi kenapa sekarang dia malah menemuiku? Hati ku mulai terasa sakit. Ku coba melepaskan genggamannya, tapi sia-sia, cengkramannya terlalu kuat.

"Darimana saja kau?" Sehun bertanya dengan nada dinginnya.

Aku benar-benar tidak berniat untuk menjawabnya. Aku tidak berniat untuk berbicara ataupun bertemu dengannya, setidaknya untuk saat ini. Pikiranku kacau. Aku tidak mau kalau harus berdebat pagi-pagi dan semakin merusak mood ku.

"Chanyeol sunbae" jawabku seadanya tanpa melihat mata Sehun.

"Kenapa kau kesana?" Sehun mulai merenggangkan cengkramannya.

"Bukan urusanmu" aku benar-benar sudah tidak tahan dengan kelakuannya.

Dia mencampakanku, lalu memungutku kembali. Aku kesal sekali setelah apa yang dia lakukan padaku semalam. Dia bahkan tak terlihat merasa bersalah. Aku melepaskan tanganku dari genggamannya. Sakit sekali. Pergelangan tanganku sampai memerah. Aku kembali berjalan ke pintu apartemen ku. Kubuka pintunya, lalu masuk. Saat aku menutup pintu, Sehun mencegat dengan kakinya.

"Apa maumu?" baru kali ini aku merasa begitu marah dengannya.

Ku buka pintu dengan lebar, memperlihatkan tubuh sehun seutuhnya. Dia masuk tanpa ku persilahkan. Lalu duduk di sofa. Menghela nafas, kemudian mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Aku duduk di depannya tanpa menutup pintu. Tak berniat menatapnya, ku sandarkan kepala ku ke sofa karena masih terasa berat. Aku tidak sanggup untuk berpikir saat ini.

"Bisakah kau keluar? Aku ingin istirahat. Kepala ku sakit sekali" aku mengatakannya dengan menatap sehun.

Tapi dia diam saja, bahkan tak melihat kearahku.

"Terserah kau saja" lalu aku mulai berjalan kearah kamarku meninggalkan Sehun yang masih diam disana. "

Y/N" aku mendengar Sehun memanggilku.

Aku melihat kearahnya.

"Bisakah kau untuk tidak dekat-dekat dengan Chanyeol? Aku.. tidak suka ka-"

"Hahaha" aku tertawa sinis dengan apa yang dikatakan Sehun.

Ada apa dengannya? Apa dia sudah gila?

"Apa kau sudah gila? Apa pedulimu? Kau yang menyuruhku menjauh, tapi lihat apa yang kau lakukan disini sekarang. Apa kau tidak takut wanitamu meninggalkanmu lagi? Kau tidak punya hak apa-apa dengan kehidupanku. Sekarang keluarlah. Aku lelah"

Tapi sehun mulai mendekat kearah ku. Aku menghindarinya, lalu menuju pintu keluar.

"Keluarlah" aku mengatakannya dengan nada sedatar mungkin.

Aku tidak mau menangis lagi walau rasanya aku sudah tidak sanggup menahan air mata. Kenapa aku jadi cengeng sekali? Ini seperti bukan diriku. Kulihat sehun berjalan menuju pintu, tapi dia malah menuju kearahku. Sehun menarikku kepelukannya. Aku menolak, ku dorong dia sekuat tenaga. Tapi tidak ada hasilnya. Aku semakin terperangkap dalam pelukannya yang erat.

"Kau bau alkohol" hanya itu yg di ucapkan Sehun.

Aku hanya diam mematung, tidak membalas pelukannya.

"Keluarlah. Aku sedang tidak ingin bercanda ataupun berdebat denganmu" Tapi Sehun tetap diam.

Ku dorong dia sekali lagi. Dia melepas pelukannya.

"Bisakah kau berhenti seperti ini? Kau sudah menyiksa perasaanku" aku menatap matanya.

Sehun menatap ku. Aku tidak tau apa yang dia pikirkan. Benar-benar sulit di tebak.

"Apa kau tau betapa sulitnya memendam semua ini sendiri? Saat kau pergi entah kemana dan tidak memberikan kabar apapun padaku atau saat kau menghindariku dan menyuruhku pergi darimu. Aku tau aku bukan siapa-siapa untukmu. Jadi berhentilah bersikap seakan kau menyukaiku. Jangan buat ini jadi makin sulit. Jadi pergilah kalau kau memang ingin pergi. Jangan pernah kembali atau mencari ku lagi. Aku akan melakukan hal yang sama. Keluarlah. Sebelum aku panggil security"

Sehun menatapku tidak percaya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Sehun menarik ku kembali kepelukannya. Kali ini aku benar-benar tidak sanggup menahan air mata ku. Aku menangis di pelukannya. Sehun tampak terkejut. Dia melepas pelukannya. Dan mengajakku duduk kembali di sofa. Aku menunduk, masih menangis. Kepala ku terasa semakin sakit.

"Y/N. Kenapa kau tidak mengatakannya dari dulu? Kenapa kau selalu memendamnya? Apa kau tau ini juga sulit untuk? Kau selalu saja lebih mementingkan perasaan orang lain. Sampai kau bahkan tak bisa memperlihatkan perasaanmu sendiri. Aku tidak bisa melihat apapun darimu selama ini. Maafkan aku karena aku selalu melakukan ini padamu. Aku hanya ingin tau perasaanmu sebenarnya" Sehun menghapus air mataku dengan jari-jarinya.

Dia memelukku lagi. Tapi kali ini aku tidak tau apalagi yang terjadi.

(Author's POV)

Y/N pingsan dalam pelukan Sehun saat dia masih menangis. Sehun yang menyadari nya langsung mengangkat Y/N ke kamarnya.

'Badannya panas sekali', batin Sehun.

Lalu Sehun menuju dapur, mengambil kompresan untuk Y/N.

"Maafkan aku. Ini semua salahku" Sehun kemudian mengenggam tangan Y/N setelah selesai mengompres nya.

(End of author's POV)

Aku merasakan genggaman tangan Sehun. Lalu ku tarik tangan ku dari genggamnnya. Entahlah, aku masih terlalu sedih dan syok untuk semua yang terjadi hanya sebagai rasa penasaran Sehun atas perasaanku. Sakit. Itu yang kurasakan. Sehun tampak terkejut karena aku menarik tanganku dengan tiba-tiba.

"Pulanglah" itu yang ku katakan.

Aku tidak ingin melihat wajahnya untuk sementara ini.

"Keluar!!" Aku mulai berteriak karena Sehun masih diam di tempatnya.

Aku benar-benar tidak mengenal diriku yang sekarang. Emosiku meluap-luap tanpa bisa ku cegah. Akhirnya Sehun keluar dari kamarku. Tak lama, aku mendengar pintu depan tertutup. Aku menarik nafas panjang, lalu melepaskannya dengan kasar.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
salsal_mermaid #1
Chapter 11: Yeahh finally done,chanyeol ert !!kekeke....daebak !! Di tunggu ff selanjutnya author !! :)
salsal_mermaid #2
Chapter 5: yaakkk !! authorr aku suka sama ff nya...chanyeol manis bngttt ... maaf baru coment d part ini .. :D lnjut ya ff nya , keep writing author !!!