Three

왜또?

What’s Wrong? 왜또?

 

What should you do?

If the hottest guy in your school likes flirting with you?

What should you do?

If the young athletic teacher suddenly cares for you?

What should you do?

If the new handsome student becomes your tablemate?

What should you do?

Ah, what should Hanbin do?

 

 

 

Hanbin terbangun ketika mendengar suara Hanbyul yang berteriak di depan kamarnya. Namja berambut coklat itu mengerang pelan sebelum menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Tolong jangan ingatkan Hanbin ia harus berangkat sekolah hari ini.

Setelah kejadian kemarin, saat Jiwon mengantarkannya pulang ke rumah, Hanbin seolah enggan untuk masuk sekolah. Ia tak siap bertemu dengan Jiwon. Mungkin Hanbin tak bisa menatap mata segaris milik sunbaenya itu lagi.

Sungguh, kemarin Hanbin benar-benar berakhir di pangkuan Jiwon selama perjalanan dari sekolahnya menuju rumahnya. Dan sepanjang perjalanan, sunbae super menyebalkannya itu tak berhenti menatap kearahnya sehingga Hanbin mau tak mau menutup matanya agar tak bertatapan langsung dengannya.

Dan yang menjadi alasan utama Hanbin tak mau masuk sekolah hari ini adalah, Jiwon seenaknya mencium pipinya saat berpaminan pulang. OH HELL HIS FIRST KISS! Kalau Jiwon menciumnya di bibir mungkin Hanbin sudah bunuh diri.

“Oppa~! Kenapa belum bangun juga sih?!”

“Argh..”

Hanbin meringis kesakitan saat tiba-tiba sesuatu yang berat menimpa kakinya. Oh tidak lututnya.

Hanbin menyibakkan selimutnya dan langsung disuguhkan dengan wajah bocah lima tahun yang tersenyum lebar kearahnya.

“Hanbyuull.. bilang eomma oppa tak bisa masuk sekolah hari ini..”

“Oppa masih sakit?”

Nah, sakit. Hanbin bisa berpura-pura sakit agar tak masuk sekolah hari ini.

“Nee.. kepala oppa masih pusing..”

“Arasseo. Hanbyul akan beritahu pada eomma dan Jiwon oppa.”

“Ne, tolong bilang pada eomma dan- WHAT?! JIWON?!”

Teriakan Hanbin harus membuat Hanbyul menutup telinganya dengan kedua tangan mungilnya.

“Jiwon oppa sudah di bawah dan sedang mengobrol dengan appa. Ia bilang ia ingin menjemput oppa dan berangkat sekolah bersama.”

Oh tidak..

“Kalau oppa masih sakit oppa tidur lagi saja. Hanbyul ke bawah dulu yaa~”

Hanbin menatap kosong adiknya yang berjalan dengan semangatnya keluar dari kamarnya.

“Bagaimana ini..” Hanbin mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Kesalahan terbesar yang Hanbin perbuat kemarin. Memberitahukan alamatnya pada Jiwon. Sekarang sunbae menyebalkannya itu tak hanya akan mengganggunya di sekolah. Tapi di rumahnya sendiri juga.

“Kalau dia sudah disini aku tak punya alasan untuk bolos.. sama saja percuma menghindarinya kalau ia hanya berada beberapa meter di bawah sana..”

Hanbin ingin menangis rasanya. Tapi ia tetap menggerakkan kakinya untuk turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan lunglai ke kamar mandi yang untungnya ada di dalam kamarnya.

 

Hanbin menghabiskan sepuluh menit untuk membersihkan badan sekaligus pikirannya. Ia setengah berharap jika ia turun nanti Jiwon sudah berangkat sekolah lebih dulu. Dengan hanya handuk yang melingkar di pinggangnya, Hanbin berjalan keluar dari kamar mandi.

“Kupikir kau sakit tapi nyatanya kau yang membuatku sakit.”

Langkah Hanbin terhenti seketika. Jangan tanyakan bagaimana dua bola mata milik Hanbin. Bola matanya sudah siap keluar dari rongganya. Sosok yang ia harap sudah pergi dari rumahnya malah dengan santainya duduk di pinggir tempat tidurnya dan menatapnya dengan tatapan.. err intens.

“Aku bisa pingsan kapan saja melihat tubuh putih mulusmu yang sempurna, Aegi.”

Oh tidak, panggilan baru lagi. Dan kenapa Jiwon beranjak dari ranjangnya?! Kenapa namja kelinci itu berjalan mendekat kearahnya?!

Hanbin tak tahu kenapa otaknya bisa lemot untuk memerintahkan kakimya untuk bergerak. Selalu begitu jika ia dihadapkan dengan Jiwon. Membuat dirinya seolah tak ingin kabur dari namja kelinci yang sekarang sudah berada di depannya.

Hanbin menelan ludahnya kasar saat tangan kanan Jiwon dengan seenaknya melingkar di pinggangnya. Dan jangan lupakan tangannya yang satu lagi yang bergerak di sekitar pipinya.

Perfect..” Haruskah pipi Hanbin memanas karena sentuhan sunbae bodohnya itu?!

Hanbin bernafas lega saat terdengar suara Hanbyul di luar kamarnya. Hal itu membuat Jiwon melepaskan tangannya dari pinggang Hanbin. Dan kali ini otak Hanbin berfungsi dengan benar. Ia buru-buru menyambar seragamnya yang tergantung di pintu lemari dan berlari menuju kamar mandi dan segera menguncinya.

Meninggalkan Jiwon yang masih menatap pintu kamar mandi hingga Hanbyul masuk ke dalam kammar bernuansa biru langit itu.

“Jiwon oppa~ eomma bilang sarapan sudah si- loh? Dimana Hanbin oppa?”

Jiwon tersenyum melihat gadis kecil berusia lima tahun itu sebelum berjalan menghampirinya dan berjongkok di depannya.

“Oppamu sedang di kamar mandi bersiap untuk berangkat sekolah.”

“Loh? Katanya oppa sakit?”

Jiwon mengacak-ngacak rambut Hanbyul. “Oppa sudah membuat Hanbin oppa sehat kembali.” Dan mengedipkan matanya pada gadis lima tahun itu. Yang hanya disambut dengan kerjapan mata tak mengerti dari anak bungsu keluarga Kim itu.

 

Dan saat itu juga keduanya bisa mendengar sesuatu terjatuh dari kamar mandi.

 

 

☺☺☺

 

 

 

Donghyuk merasa dirinya datang di jam biasanya. Bahkan sedikit lebih telat. Dan beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tapi coba tebak, sahabat tercintanya tak ada di bangkunya sekarang. Padahal Donghyuk mau mengajaknya duduk di depan karena hari ini pelajaran Biologi.

Sahabat tercintanya tampaknya panjang umur. Baru Donghyuk menyerah untuk menyari sosok sahabatnya itu, namja berambut coklat itu muncul dengan langkah lunglai. Duh, kalau masih sakit kenapa masuk sih?

“Aegi aku tunggu di kantin jam istirahat ya!”

Oh, sepertinya Donghyuk tahu kenapa Hanbin seperti tak punya gairah semangat pagi-pagi begini.

Donghyuk tak melepaskan pandangannya dari sosok Hanbin yang terus berjalan bahkan melewati dirinya untuk ke bangkunya yang biasa. Sebelum menaruh bokongnya di kursi favoritnya dan menghela nafas panjang. Seolah memberi isyarat pada Donghyuk untuk menghampirinya.

Maka Donghyuk beranjak dari bangkunya dan berjalan kearah Hanbin dan menarik kursi terdekat agar ia bisa duduk lebih dekat dengan Hanbin.

“Jadi, apa kau mau cerita bagaimana Jiwon sunbae bisa mengantarmu ke kelas? Kau gagal menghindarinya lagi? Berpapasan di gerbang sekolah dan telat untuk menghindar?”

Donghyuk bisa melihat sahabatnya itu menghela nafasnya lagi. Lebih panjang dari sebelumnya.

“Lebih buruk dari itu, Dong.”

Dahi Donghyuk mengkerut, mencoba menahan rasa penasarannya sampai Hanbin yang membuka suaranya sendiri.

“Setelah kejadian buruk yang terjadi kemarin, aku bersumpah kejadian pagi ini bahkan lebih buruk dari kemarin.”

Donghyuk sudah tahu semua tentang apa saja yang Jiwon lakukan setelah sunbaenya itu menculik sahabatnya. Dari mulai benar-benar memangku Hanbin selama perjalanan pulang, mengobrol dengan eommanya hingga appanya pulang kantor dan melanjutkan obrolan bersama appanya setelah makan malam, hingga Jiwon yang berpamitan dengan cara spesial -mencium Kim Hanbin-.

Donghyuk rasanya ingin datang ke rumah Hanbin saat itu juga dan memeluk Hanbin. Mendengar suara sahabatnya yang hampir menangis saat bercerita dengannya membuat Donghyuk ingin melaporkan kejadian kemarin pada Yoyo hyungnya. Tentu agar Yoyo hyungnya menghukum teman menyebalkannya itu. Tapi Donghyuk ingat Hanbin memintanya untuk tak bercerita pada siapa-siapa.

“Bagaimana nasibku dengan fans-fans fanatiknya Dong? Kalau Jiwon hyung terus mendekatiku dengan cara yang ekstrim seperti ini bisa-bisa suatu saat aku pulang ke rumah dengan bagian tubuh yang tak lengkap!”

Donghyuk bergidik ngeri mengingat ucapan Hanbin kemarin melalu telepon. Donghyuk cukup tahu bagaimana fanatiknya fans-fans perempuan Jiwon. Dan Donghyuk sangat tahu bagaimana menderitanya Hanbin akibat kumpulan yeoja gila itu. Maka dari itu Hanbin selalu rela menjadi nyamuk diantara ia dan Yoyo hyung jika di sekolah. Karena hanya Yoyo hyungnya lah yang bisa menghentikan aksi fans fanatik Kim Jiwon. Hey, president siswa memiliki jabatan tertinggi di sekolah ini diantara para murid disini. Tentu tak ada yang berani melawan Song Yunhyeong.

“Jadi, Bin?” Donghyuk bersuara setelah beberapa saat sibuk memutar flashback kejadian kemarin dan Hanbin hanya menatap lesu meja di depannya.

“Aku salah memberitahukan alamatku padanya. Harusnya aku memberitahukan alamat palsu saja. Misalnya rumahmu gitu.”

Donghyuk cukup pintar untuk menangkap maksud ucapan Hanbin. Biasanya Donghyuk cukup lambat dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Untungnya pagi ini otaknya masih jernih.

“Dia menjemputmu untuk berangkat bersama?”

Anggukan lemah dari Hanbin menbuat Donghyuk ber-oh ria.

“Dan dia seenaknya sarapan di rumahku, Dongie. Kau tahu bagaimana ia tak berhenti bicara pada appa dan eomma sepanjang sarapan? Ugh, bahkan ia merebut tugasku untuk menyuapi Hanbyul!”

Donghyuk meringis. Jiwon tampaknya sadar jika si sulung keluarga Kim tak akan mudah untuk membuka hatinya. Mengambil hati keluarganya akan menjadi jalan pintas untuk mengambil hati incarannya.

“Kau yakin hanya itu Bin? Tampaknya ada sesuatu yang jauh membuatmu lebih kesal.”

Donghyuk tak tahu kenapa wajah sahabatnya itu sekarang memerah. Pasti si kelinci itu melakukan sesuatu yang aneh pada sahabatnya.

“Dongieeeee~” Donghyuk cukup terkejut saat Hanbin memeluknya tiba-tiba. Oh ayolah, Kim Jiwon tak seharusnya berani membuat Hanbin menangis pagi-pagi begini. Di saat bel masuk bisa kapan saja berbunyi.

“Kelinci bodoh itu seenaknya masuk ke kamarku! Dan ia melihatku telanjang sehabis mandi!”

Oh tidak. Sahabatnya ini sudah tidak peraw-perjaka lagi.

“Maksudmu kau benar-benar telanjang bulat di depannya? Kan sudah kubilang untuk selalu menggunakan handuk sehabis mandi, Kim Hanbin. Kalau begitu apa fungsinya handuk, duh!”

Pletak!

“Auw..”

“Darimana kau dapat pemikiran aku telanjang bulat di depannya, huh? Aku memakai handukku kok! Hanya bagian atas tubuhku yang telanjang!”

“Syukurlah kalau begitu..”

“Ya! Tetap saja aku tak rela telanjang di depan kelinci gila itu!”

Donghyuk sekarang harus sibuk menghindari amukan dari Hanbin. Dan untungnya ia di selamatkan oleh bunyi bel masuk yang membuatnya segera beranjak dari kursi yang didudukinya.

“Kalau istirahat nanti tak mau diganggu olehnya, aku akan meminta Yoyo hyung untuk menjemput kita di kelas. Si kelinci itu kan tak bisa berbuat apa-apa padamu jika ada Yoyo hyung.”

“Kalau ia yang datang ke kelas kita lebih dulu bagaimana?”

Donghyuk nyengir sesaat, “Ngumpet lah!”

Donghyuk tak peduli dengan Hanbin yang tengah menatapnya dengan mulut terbuka lebar. Ia dengan santainya berjalan menuju bangkunya di depan.

“Ya Kim Donghyuk! Kenapa duduk disana?!”

“Biologi, Bin~ Ada bangku kosong di sebelahku, sini cepat! Sebelum ada yang ngisi.”

Sebenarnya siapa yang mau ngisi kursi deretan paling depan di kelas sih?

“Tidak, terima kasih. Aku sedang tak mood untuk duduk di depan.”

Donghyuk hanya mengangkat bahunya sebelum membalikkan badannya untuk menyiapkan buku pelajaran biologi. Pelajaran yang diisi oleh wali kelasnya dan pelajaran yang paing ia suka. Calon dokter gitu.

 

Kelas tak pernah hening walau bel masuk sudah berbunyi. Semua siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan beberapa siswa masih ada yang merusuh di depan kelas. Mungkin hanya Hanbin yang saat itu memilih diam dan terus menundukkan kepalanya. Bahkan Donghyuk saja sudah asik mengobrol dengan Seokmin.

Suasana kelas tetap gaduh saat sang wali kelas, Park saem masuk ke kelas. Tapi mendadak menjadi hening saat melihat Park saem tak masuk sendirian.

“Wow, he’s hot!”

“Kenapa dua hari berturut-turut ada dua namja tampan baru sih? Kan makin bingung milih yang mana!” (yang ini minta digaplok)

I love bad boy type!”

Bisikan-bisikan di sekitar Hanbin itu membuat namja itu akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang terjadi di depan kelas. Tentu ia terkejut saat pandangannya langsung bertemu dengan sepasang iris hitam yang memandang lurus kearahnya beberapa saat sebelum si pemiliknya memutus kontak pandangan.

Ugh, siapa namja jangkung di depan sana? Tak sopan sekali menatap Hanbin dengan tatapan seperti itu.

“Anak-anak hari ini kalian akan mendapat teman sekelas yang baru. Ia murid pindahan dari Amerika, jadi saya harap kalian bisa membantunya beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Nah, nak, silahkan perkenalkan dirimu.”

Pindahan dari Amerika? Tapi murid baru itu terlihat seperti orang Korea biasanya di mata Hanbin.

“Anyeoghaseyo, Goo Junhoe imnida! Mohon bantuannya!”

Bahkan aksen bicaranya terdengar seperti orang Seoul asli.

“Baik, Junhoe kau bisa duduk di bangku kosong di sebelah sana.”

Eh, tunggu kenapa Park saem menunjuk kearahnya? Maksudnya bangku kosong di sampingnya? Andwe! Bangku itu milik Donghyuk!

Hanbin menggigit bibir bawahnya saat murid baru bernama Junhoe itu begitu menurutnya dengan Park saem dan berjalan kearahnya. Ini gara-gara Donghyuk yang terlalu menyukai pelajaran Biologi. Sekarang Donghyuk tak bisa duduk di sampingnya lagi.

Hanbin melirik Donghyuk yang menatap sedih kearah bangkunya. Hanya sesaat karena wajah anak itu langsung berseri-seri ketika Park saem menyebutkan halaman yang harus dibuka. Oh, ingatkan Hanbin kenapa ia memilih sahabat yang maniak belajar.

Saat Hanbin mendengar kursi di dekatnya digeser, saat itu juga Hanbin bisa merasakan tatapan seluruh isi kelas (kecuali Donghyuk) tertuju pada sosok yang kemungkinan sudah duduk di sebelahnya (Hanbin tak mau menoleh. Ia takut dengan tatapan tak ramah si murid baru). Oh, another popular guy to go.

“Hanbin, bisakah kau berbagi buku dengan Junhoe untuk beberapa saat?”

Eh?

Hanbin menatap Park saem tak mengerti.

“Karena Junhoe masuk di waktu yang hampir mendekati akhir semester ganjil, buku belum bisa diberikan hingga beberapa hari ke depan. Kau tak keberatan jika harus berbagi selama beberapa hari dengan Junhoe kan?”

Sebenarnya Hanbin tak masalah. Tapi tampaknya akan menjadi masalah karena Hanbin bisa merasakan tatapan intimidasi yang dikeluarkan oleh makhluk di sekelilingnya. Oh, tak cukup kah ia menerimanya saat ia bersama Jiwon?

“B-baik, saem.”

Ucapan Hanbin membuat Park saem tersenyum sesaat sebelum mulai menerangkan halaman yang sebelumnya ia suruh buka. Sementara Hanbin hanya menghela nafas pelan sebelum mengeluarkan buku biologi dari laci mejanya. Ia sedikit menggeser kursinya (dan juga meja) agar ia lebih dekat dengan si murid baru.

Dan ternyata bukan hanya tatapannya saja yang tak ramah, tapi juga sikapnya. Hanbin sudah berbaik hati untuk meminjamkan bukunya, tapi bukan usaha sedikit untuk mendekat, si murid baru hanya diam di tempatnya. Menyebalkan.

Hanbin sibuk membolak-balik halaman di bukunya. Ia lupa terakhir pelajaran Biologi sampai mana. Dan ia terlalu banyak melamun sehingga tak tahu tadi Park saem menyebutkan halaman berapa.

“107.”

Hanbin menoleh ke sampingnya saat mendengar suara bariton itu. Apa yang diucapkan namja di sampingnya ini? Duh, Hanbin tak mendadak tuli kan?

“Halaman 107. Itu yang diucapkan guru di depan.”

Mendengar penjelasan namja di sampingnya itu membuat Hanbin membentuk huruf ‘O’ dengan mulutnya sebelum membuka halaman yang dimaksud.

Sepertinya si murid baru tak begitu buruk.

 

 

☺☺☺

 

 

Tolong cabut kata-kata Hanbin sebelumnya. Tidak, bukan tentang Jiwon yang sebenarnya baik! Jangan buka rahasia Hanbin. Tapi tentang si murid baru. Tentang ‘sepertinya si murid baru tak begitu buruk’.

Hanbin salah besar.

Rasanya ia ingin bergidik ngeri saat Junhoe dengan dinginnya berkata, “Aku tak akan sudi makan dengan orang berwajah tebal sepertimu.” Saat Shin Jinhee, ‘ratu’ di kelasnya mengajaknya untuk ke kantin bersama.

Hanbin bahkan tak tahu apa yang harus ia perbuat saat melihat Jinhee menangis keluar kelas. Bahkan teman-temannya yang tadinya berkumpul untuk berkenalan dengan Junhoe segera membubarkan kerumunan.

Dan dari sekian siswa tampaknya hanya Donghyuk yang tak peka bahwa di sebelahnya sudah ada pembunuh berdarah dingin.

“Bin! Apa yang kau lakukan?! Cepat sembunyi! Yoyo hyung bilang Jiwon sunbae langsung lari keluar kelas begitu bel berbunyi! Kau tahu Yoyo hyung sedikit lambat kalau soal lari kan?”

Tampaknya keberisikan yang ditimbulkan sahabatnya itu mengganggu ketentraman hidup Junhoe dan membuat namja itu memutar bola matanya dan menatap dingin Donghyuk. Ya Tuhan.. jangan biarkan Donghyuk sadar tengah ditatap dengan tatapan membunuh oleh Junhoe. Bisa-bisa ia mengadu pada Yoyo hyung tercintanya.

“Aegi-ya~”

Oh tidak, kenapa Hanbin harus memikirkan orang lain disaat keselamatan dirinya sendiri belum terjamin.

“Tuh kan. Bye Kim Hanbin.”

Dan betapa jahatnya sahabatnya ini. Sedari tadi percuma ia mengkhawatirkan sahaabatnya ini.

Hanbin benar-benar ingin berjongkok dan mengumpat di bawah meja karena itu satu-satunya strategi mengumpat yang terlintas di pikirannya. Tapi tampaknya tubuhnya terlalu lelet sehingga sosok kelinci itu sudah muncul lebih dulu di depan pintu kelasnya.

“Hey, Dongie!”

Si kelinci mendadak menyapa Donghyuk hanya untuk mengejek Donghyuk kalau ia datang lebih dulu dari Yoyo hyungnya kan?

“Aegi, apa yang kau lakukan masih duduk manis disana? Jinan dan Chanu sudah ke kantin lebih dulu untuk memesankan makanan untuk kita. Kau mau menyantap makanannya selagi hangat kan?”

“Sunbae! Kau seharusnya tak boleh keluar kelas saat sonsaengnim masih di dalam kelas! Tak sopan tahu!”

Hanbin harus mencium sahabatnya itu nanti karena sudah berusaha membantunya. Walau caranya agak aneh. Dan terkesan tak penting.

“Loh? Bukannya kalo bel memang sudah boleh keluar kelas ya?”

“Tapi sesuai etika yang diajarkan saat orientasi, kita tak boleh keluar kelas sebelum sonsaengnim keluar lebih dulu. Sunbae kan lebih lama di sekolah ini jadi harusnya sunbae tahu.”

Hanbin tak tahu kenapa Jiwon tiba-tiba tertawa keras-keras.

“Pasti si president siswa itu yang memberitahumu ya? Sudahlah Dongie, akui saja kalau kekasihmu itu memang lambat!”

“Yoyo hyung gak lambat kok!”

“Terus kenapa sekarang kekasihmu yang prefeksionis itu belum menjemput tuan puterinya ini?”

Silent. Sudahlah Donghyuk, akui saja kalau kau kalah.

“Karena mungkin kau ingin menunggu pangeran berkudamu untuk datang menjemputmu, aku akan mengambil tuan puteriku dulu. Kalian bisa menyusul nanti, oke?”

Tolong siapapun culik Hanbin sekarang juga!

Entah kebaikan apa yang sudah Hanbin lakukan pagi ini, sepertinya Tuhan mendengar doanya lebih cepat.

 

Srek!

 

Junhoe berdiri dari bangkunya dan menarik tangan Hanbin untuk ikut berdiri juga. Membuat Jiwon terbelalak melihat tangan Hanbin-nya disentuh seseorang selain dirinya.

“Hanbin sudah berjanji untuk mengenalkanku dengan sekolah ini. Jadi Hanbin harus menemaniku ke kantin karena aku tak tahu jalan kesana.”

Tapi entah apa yang membuat Jiwon tak jadi membuka mulutnya lagi, yang pasti kejadian langka baru saja terjadi. Jiwon membiarkan Junhoe menarik tangan Hanbin untuk pergi dari hadapannya dan Donghyuk dan menghilang di balik pintu kelas.

“Wow..” Donghyuk tak menyangka dengan kejadian yang baru terjadi di depannya. Seperti menonton drama dimana sahabatnya menjadi si pemeran utama yang diperebutkan dua cowok tampan.

Donghyuk melirik Jiwon yang bahkan sudah lupa bagaimana cara menutup mulutnya rapat. Tapi sungguh, Donghyuk tak menyangka tatapan tajam Junhoe bisa mebuat seorang Kim Jiwon diam seribu bahasa. Yunhyeong kekasihnya saja tak mempan jika memberikan deathglare pada teman satu kelasnya itu.

“Sunbae,” Donghyuk mencoba menyadarkan Jiwon.

“Dongie, siapa anak tengil itu?”

“Yang menculik Hanbin?”

“Jangan katakan itu.”

Donghyuk meringis. “Itu Junhoe, sunbae. Murid baru di kelas ini.”

“Kenapa ia bisa sebangku dengan Hanbin? Bukankah harusnya Hanbin sebangku denganmu?”

Crap! Tamatlah riwayatmu Kim Donghyuk.

“Aku.. pindah untuk duduk di depan karena pelajaran Biologi..”

Oke, ternyata bukan hanya tatapan Junhoe yang menyeramkan dan mengintimidasi. Tatapan Jiwon yang sekarang tengah menatapnya membuat Donghyuk ciut seketika.

“Kim Donghyuk..”

Siapapun selamatkan Dongdong!

“Ya Kim Jiwon! Berani maju selangkah lagi mendekati Dongie kau akan kupanggil ke ruanganku!”

Oh terima kasih Tuhan.. Demi apapun Donghyuk mencintai pahlawan kesiangannya itu.

 

 

TBC

 

 

Hello guuyyss~ Sorry I can’t reply your reviews one by one. I always update it by phone and it’s a little difficult to reply it. Btw, Your reviews is my life, tbh! I love you guys so much! And the subcribers and upvoters too! Love ya guys ♡

Btw, a little Junbin moment for everyone who waits for a long time~ stay tuned for longer JunBin and MinBin okay? Too much doubleb for these 3 chapters XD And sorry for the slow-story. Harusnya bisa gak alur lambat sih ceritanya, tapi aku suka aja sembarang naro TBC, hehe. Dan juga karena dari awal gak aku kasih chapter-chapter cerita ini jadi sesuka aku naro TBC dimana. Don’t worry guys, ini udah hampir 70 halaman di draft aku jadi penasarannya gak akan lama-lama kok. Kalo ada waktu pasti aku upload. Cuma litte prince aja ya yang keep waiting, hehe. Love you guys! ♡

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
love__kjk76 #1
Chapter 4: Baru nemu ceritanya skrg, pengen d update dong plissss
Mudah2an akhirnya sama Jiwon hihihihi
Hoki37 #2
Chapter 4: Author, baru nemu fanfic in I, vhuhuhj, please update author :'(
okkysekar #3
Chapter 4: keren banget nih..penasaran siapa yang akhirnya bisa jadi pasangan hanbin nantinya..author, update please..T.T..
dark_tale #4
i really miss this story.... i hope you update it soon
Alice_K26 #5
Chapter 4: Tumben bgt ada ff bhs.indo yg bkin ak ktagihan bacanya...
Bgs bgt ini critanya...
Berharap bgt ini endingna doubleb...
Klo enggak, my heart gak kuattttt nantiiii.....
Heterochromer
#6
Chapter 4: astaga terima kasih atas updatenya! It made my day!

Aku suka karakter Mino disini duh. Second-male lead emang selalu menarik perhatian. I'm still waiting for more Mino's appearance because teacherxstudent relationship is always interesting /lel.

Semangat menulis ceritanya, author-nim and once again thanks for the update :D
Heterochromer
#7
Chapter 4: astaga terima kasih atas updatenya! It made my day!

Aku suka karakter Mino disini duh. Second-male lead emang selalu menarik perhatian. I'm still waiting for more Mino's appearance because teacherxstudent relationship is always interesting /lel.

Semangat menulis ceritanya, author-nim and once again thanks for the update :D
Heterochromer
#8
Chapter 4: astaga terima kasih atas updatenya! It made my day!

Aku suka karakter Mino disini duh. Second-male lead emang selalu menarik perhatian. I'm still waiting for more Mino's appearance because teacherxstudent relationship is always interesting /lel.

Semangat menulis ceritanya, author-nim and once again thanks for the update :D