Tugas pertama Amber

Destiny
Please Subscribe to read the full chapter

BAB III

Tugas pertama Amber

 

Hari pertama Yiyun, atau sekarang ia harus terbiasa dengan nama barunya, Amber, di Oasis bukanlah hal yang menyenangkan. Bukan salah mereka karena tak menyambut kedatangan Amber dengan meriah. Siapa juga yang akan berpesta kalau bencana besar sedang menanti, dan itu artinya mati. Dirinya pun tak kan menyukai ide tersebut.

Amber keluar dari tendanya. Matahari bersinar cerah pagi itu. Burung-burung camar nampak saling bercengkrama di pinggiran danau. Udara pun terasa lebih sejuk dan menyegarkan. Gadis itu pun memutuskan untuk berkeliling Oasis barang sebentar sebelum waktu sarapan.

Dilihatnya seorang Mygas yang ia ketahui bernama Shannon sedang duduk di sebongkah batu samping tendanya sambil mengasah sebilah perunggu tajam sepanjang kira-kira 90 cm di tangannya.

“Hai, kau sedang sibuk rupanya,” sapa Amber menghampirinya. Shannon melirik Amber sekilas lalu tersenyum. “Begitulah, aku tak bisa hanya mengandalkan berkat Iroas dari orang tuaku ‘kan? Lagipula kekuatan pikiran tak dapat dijadikan senjata dalam medan pertempuran,” ucapnya.

Amber tentu tak sependapat dengan gadis yang usianya mungkin lebih muda darinya itu, tapi terlihat jelas bahwa ia lebih berani dari yang terlihat, tapi Amber memutuskan untuk tak membalas ucapan gadis tersebut.

Amber pun duduk di sebelah Shannon, mengamati bagaimana gadis itu mengasah senjatanya. Hanya dengan melihat bagaimana cara ia memegang dan mengasah benda tajam itu, ia yakin Shannon cukup cekatan dalam memegang senjata, pikirnya. Amber pun mengalihkan perhatiannya pada suasana pagi itu di sekitar tenda. Tak terlalu banyak Iroas yang terlihat, mungkin sibuk dengan urusan masing-masing, mengingat kabar besar di ruang makan utama semalam.

Dilihatnya satu persatu tenda dari masing-masing golongan, ia tak bisa membedakan setiap tenda kalau saja tak ada bendera dengan lambang golongan yang terpasang di masing-masing tenda. Namun, mata Amber menangkap keganjilan yang ia tak sadari saat melakukan ‘tur’ kecil bersama Sandara kemarin. Ia melihat salah satu tenda nampang kosong. Bukan hanya kosong, tapi seperti tak berpenghuni, terbukti dari beberapa akar tumbuhan yang menghiasi tenda.

Amber menyikut Shannon pelan. “Tenda itu kosong? Kalau ku tebak itu gambar api, Fosilas?”

Shannon menghentikan kegiatannya dan mengikuti arah pandangan Amber. “Ya, begitulah, kisah lama, ngomong-ngomong namanya Fotias.”

“Apa yang terjadi?”

“Kau pasti sudah dengar tentang kebangkitan Zarr, eh sang kegelapan dahulu kan?”

Amber mengangguk pelan. “Ya, memang apa hubungannya Zarres dengan itu?”

“Perhatikan ucapanmu, jangan sembarang menyebut nama, nama itu mengandung kekuatan, berhati-hatilah!” kesal Shannon.

“Maaf, jadi apa kau bersedia melanjutkan ceritamu?”

Shannon berdeham pelan, raut mukanya menjadi sedikit waspada, ia melihat sekeliling sebelum kembali bercerita, seperti takut ada yang menguping pembicaraan mereka. “Sebenarnya beberapa ratus tahun yang lalu, aku tak ingat tepatnya, salah seorang Iroas dari golongan Fotias berusaha membangkitkan sang kegelapan, namun hal itu berhasil dicegah sebelum Zar, ehem kegelapan bangkit sepenuhnya, tapi hal itu telah membuat kerusakan dimana-mana, semua golongan pun menimpakan seluruh kesalah pada golongan Fotias, mereka pun diusir dari Oasis, tamat.”

“Tapi, kenapa?”

Shannon menghela napas pelan. “Sejak dahulu, golongan Fotias selalu dianggap sebagai golongan kegelapan, kau tahu kan lambang dan berkat mereka merupakan api, dan api merupakan lambang dari..”

“Iblis,” sambung Amber.

“Tepat sekali.”

“Apa yang terjadi pada mereka sekarang?”

Shannon mengangkat bahunya. “Entahlah, Pak tua Park tak pernah memberitahu kami, hanya segelintir Iroas yang mengetahuinya, seperti para pemimpin golongan, dan tak ada yang berani bertanya maupun berniat menyinggungnya, para tetua Iroas apalagi, mereka lebih sensitif lagi.”

Amber pun tak betanya lagi. Ia memandang tenda yang tampak tak terawat itu dengan perasaan iba bercampur ngeri.

 

 

Pada usia 17 tahun, akan muncul sebuah tato sebagai tanda golongan pada setiap Iroas. Tato tersebut akan muncul dibagian tubuh tertentu seperti leher, lengan, kening, dada, maupun di bagian atas tubuh lain dengan sendirinya.

Amber hampir saja lupa kalau malam ini tepat pukul 12 malam, merupakan hari kelahirannya –menurut kakeknya begitu- yang dengan kata lain gadis itu akan segera berusia 17 tahun dan mendapatkan tatonya sendiri. Dan untuk itulah sekarang ia tengah berdiri di tengah tengah lapangan berisikan ratusan Iroas yang mengelilinya. Penerangan malam itu hanya diisi oleh sebuah api unggun yang panas membara di belakangnya.

Tentu saja Amber sangat gugup. Ia merasa bagaikan menunggu pembagian raport hasil pembelajarannya di sekolah. Apalagi sekarang ia benar-benar menjadi pusat perhatian seluruh Iroas, sesuatu yang Amber tak sukai.

Tinggal satu menit lagi waktu menunjukkan pukul 12 malam, suara para Iroas yang sebelumnya bersahut-sahutan pun mulai menghilang, keadaan mulai hening. Tak ada satupun yang berbicara.

Amber merasa kakinya mulai kesemutan. Tak hanya itu, ia merasa bahwa ada rasa panas yang menjalar pada tubuhnya. Lama-kelamaan rasa panas itu mulai berkumpul pada satu titik di area dibawah tulang selangka kirinya. Kakinya melemas karena menahan perih yang luar biasa di dadanya. Ia pun terjatuh. Tangannya memegangi bagian yang terasa panas sekaligus perih itu. Amber mengerang pelan menahan rasa sakit. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Rasa perih itu berangsur-angsur menghilang. Rasa panas masih terasa namun tak separah tadi. Amber mengangkat tangannya, dan melihat sebuah tanda baru berlambang air berwarna hitam tercetak di dada kirinya.

Amber menatap Pak tua Park yang duduk di sebuah kursi kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia nampak tersenyum. Di sisi kirinya terdapat Sehun, masih dengan wajah datarnya.

“SELAMAT AMBER JOSEPHINE, KAU TELAH RESMI MENJADI SEORANG NEROS!” sorak sang Kreates. Suasana yang tadinya hening pun mendadak dipenuhi sorak sorai para Iroas yang lain, sama seperti suasana di ruang makan utama kemarin, hanya saja kali ini lebih ramai dan tidak ada kabar buruk yang menyertai.

 

 

 

 

“Aku rasa ini bukan ide yang bagus.”

“Dia bahkan belum mendapatkan pengalaman apapun!”

Amber tak sengaja mendengar perdebatan di rapat terbatas yang kembali diadakan siang ini di rumah besar milik Pak tua Park. Tentu saja ia tak sengaja menguping karena kebetulan dirinya dipanggil ke sana setelah makan siang. Yang ia tahu pasti bahwa mereka tengah membicarakan dirinya. Amber mengintip sedikit dari lubang pintu. Dilihatnya Pak tua Park duduk tenang di tengah para pemimpin golongan lain yang duduk di meja bundar.

“Tapi kurasa kita pantas mencobanya, anggap saja sebagai pengenalan dunia anthropos padanya,” kini suara yang familiar di telinga Amber mulai angkat bicara, itu suara Suho, pemimpin golongannya.

 “Tidak, tidak, ini terlalu berbahaya, mengingat sang kegelapan mulai..”

 

“Apa yang kau lakukan di sana?”

DUKK

“ADUH!”

“Siapa di sana?!” teriak seseorang dari dalam ruang rapat. Amber buru-buru menjauhi pintu dan melihat siapa orang yang membuatnya terkejut setengah mati sehingga kepalanya tanpa sengaja membentur daun pintu yang terbuat dari besi tersebut.

“Sedang apa kau di sini?” tanyanya pada Sehun sambil berbisik. Sehun menatap malas gadis di depannya itu. Dari ekspresinya mengatakan bahwa seharusnya ialah yang bertanya seperti itu. Namun, Sehun pun tak ambil pusing. Pria itu dengan sengaja menyenggol Amber pelan dengan bahunya kemudian membuka pintu ruang rapat dan masuk ke dalam. Meskipun kesal karena sikap Sehun, mau tak mau Amber mengikuti Sehun masuk ke dalam ruangan.

 

Pak tua Park tersenyum melihat kedatangan Sehun dan Amber. “Kalian rupanya, duduklah,” katanya sambil menunjuk du

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Stefyasan
#1
Chapter 7: Chapter 7 : Lanjutin lagi dong thor
thio_llama
#2
ceritanya seru banget
Murni_asih #3
Chapter 7: Lanjut dooong
vashti87
#4
Chapter 7: Wow.. This is great! Enak banget dibaca + ceritanya seruuu.. Berasa baca HarPot nih.. Ditunggu kelanjutannya yaaa.. ;)
Janidly
#5
Chapter 7: Yah dikit amat chap 7-nya. .. yang cepat ya updatenya gk sabaran nih bikin greget.. oke thanks... see yaaa
dewipur
#6
Chapter 7: seperti nya Amber ..Chanyeol .. sama Sehun .. bakalan makin ngga akur .. atau sebaliknya .. Lanjut ..
diaheee11 #7
Chapter 6: hunberrrrr yaampun sehun jangan galak2 sama amber dong kan bikin greget wkwkwk
dewipur
#8
Chapter 6: waaahh ,,ada kris

chiiee ,,udah ada Chanber moment nya ,,

Lanjuuttt ,,
ratih_ps #9
Chapter 6: Sehun galak bgt sm amber :D....author bkn sehun cemburu atau perhatian sm amber pasti tambah seru fanficnya
ubayega #10
Chanber.. <3<3<3 Hunber <3 <3 <3 lanjuttt