Chapter 3

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

Ouch….

.

Mata Taeyeon memerah dan tatapannya tak lepas dari Jessica. Ia bahkan tak peduli jika Jessica sedang menahan sakit akibat dorongan Taeyeon sehingga punggung Jessica membentur tembok.

.

“Apa yang kau sembunyikan?”, tanyanya dengan nada sedikit berteriak. Mereka berada di pojok hall yang mulai sepi.

.

“Le—Lepaskan!!”, Jessica berusaha melepas kurungan Taeyeon pada tubuhnya.

.

Taeyeon semakin mendekatkan jarak mereka hingga deru nafasnya terasa di pipi Jessica. “Katakan! Membermu juga berhak tahu, Sooyeon-ah”, Taeyeon menekankan setiap kata-katanya.

.

Jessica mulai merasakan sakitnya di cengkeraman tangan Taeyeon, ia berusaha melepaskannya tapi tenaga Taeyeon lebih kuat darinya. “Aku tidak menyembunyikan apa-apa”, Jessica tak kalah kesal dengan sikap Taeyeon.

.

“Kau masih tak percaya padaku”, Cengkeraman Taeyeon melemah dan ia menatap Jessica dengan sedih. Tak lama, Taeyeon berbalik meninggalkan Jessica.

.

Tapi suara Jessica menghentikannya “Kau yang tak percaya pada dirimu sendiri, Taeng. Kau! Kau! Kau yang selalu menyalahkan dirimu sendiri”, Jessica mengerang frustasi karena sikap Taeyeon memancing amarahnya. “Ubah pemikiranmu, baru kau berhak berbicara seperti itu padaku”, Jessica marah dan langsung pergi tanpa menunggu Taeyeon membalas ucapannya.

.

“Arrrggghhhh!”, Taeyeon mengepalkan tangannya dan seolah-olah memukul udara untuk menyalurkan rasa kesalnya.

.

.

.

.

Flashback…

.

Taeyeon memasuki ruangan meeting dan disana ia melihat Presdir Han dan beberapa CEO ada disana. Taeyeon mengerutkan keningnya ketika mengenal salah satu CEO merupakan  anggotanya di RAIN.

.

Ia duduk di salah satu kursi yang berada tepat di seberang Presdir Han. “Ada apa anda memanggilku Presdir?”, tanya Taeyeon yang bingung dengan situasi ini.

.

Salah satu CEO menyerahkan lembaran kepada Taeyeon. “Lihatlah, sudah hampir 1 tahun kalian debut, tapi RAIN tak juga memberikan pengaruh pada saham. Bahkan promosi kalian tidak terlalu bagus. Bisa kau jelaskan kenapa?”

.

“Mungkin karena tim tidak membiarkan kami memiliki showcase. Seharusnya itu dilakukan”, Taeyeon memberikan pemikiran secara cepat, mengingat ia kini mengerti kenapa ia berada disini.

.

“Kau pikir karena apa mereka tidak memberi RAIN showchase? Itu karena kau tak mau bekerja sama dengan tim”, CEO yang lain menggebrak meja karena tidak terima dengan jawaban Taeyeon. “Presdir, bisakah kita melakukan voting untuk memilih leader RAIN yang baru? Ini tak bisa dibiarkan terus menerus”, usul CEO itu lagi.

.

“Aku tidak setuju”, semua mata tertuju pada satu-satunya CEO muda yang baru saja terpilih.

.

Presdir Han meletakkan kedua siku diatas meja dan menopang dagunya. “Kenapa Jessica? Bukankah sebagai member RAIN kau lebih tahu kinerjanya?”, tanya sang presdir.

.

“RAIN hanya butuh waktu, kami semua akan bekerja keras lebih baik lagi. Kenapa harus Taeyeon yang disalahkan? Kami semua salah kalo begitu” jelas Jessica. Tanpa gadis itu tahu, Taeyeon sudah mengepalkan tangannya. Ia tak terima karena Jessica membelanya, seolah-olah dia benar-benar bersalah dalam hal ini.

.

“Hentikan, aku muak dengan pembelaanmu”, bentak Taeyeon. Ia sudah dikuasai amarah dan semuanya terkejut termasuk Jessica. Ia tak menyangka Taeyeon akan meresponnya seperti itu.

.

Taeyeon berdiri meninggalkan ruang meeting tanpa peduli lagi dengan status leader yang ia pegang. “Lihat Jessica, kurasa voting tidak perlu. Kau akan menjadi leader RAIN”, ucap presdir Han.

.

Sebenarnya Jessica juga kesal karena pergantian yang tidak masuk akal ini. Tapi sebelum ia protes, rekan CEO lainnya sudah mengeluarkan kata setuju untuk pemilihan Jessica. Saat semua CEO sudah keluar, hanya Jessica dan presdir Han

.

“Apa yang anda inginkan, ssaem?”, Jessica masih kesal dengan pemilihan mendadak ini.

.

“Aku hanya ingin kau menjadi leader RAIN dan membawa RAIN ke tangga kesuksesan”

.

“Tapi tidak dengan melukai Taeyeon, kau hanya membuat hubunganku dengannya semakin buruk”, Presdir Han tidak menanggapi lagi ucapan Jessica. Sebisa mungkin Jessica menahan diri untuk tidak mengumpat presdirnya itu. “Anda akan menyesal ssaem”, ucapnya dan segera keluar dari ruangan meeting.

.

Jessica menyenderkan tubuhnya di sisi tembok tak jauh dari ruang meeting. Gadis itu menangis dan menahan rasa sakit yang membuncah di dadanya. “Maafkan aku Taeng”, isaknya.

.

.

————————–

.

“Phany-ah, aku minta maaf karena kami memiliki pertemuan dadakan”, nada penyesalan terdengar dari bibir Taeyeon. Ia membatalkan pergi menemani Tiffany karena ada sesuatu yang terjadi pada Sunny.

.

“Tidak apa-apa Tae, aku mengerti. Kuharap Sunny segera sembuh”

.

“Hmm, terima kasih Phany-ah. Aku akan menghubungimu lagi”, Taeyeon menutup telponnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pembicaraan dengan Jessica tadi cukup membuatnya kesal pada dirinya sendiri.

.

Taeyeon menghampiri member lain dan manajernya. Pandangannya beralih pada Jessica dan gadis itu tak memandangnya seperti sebelumnya, gadis itu tenang dan membalas tatapannya dengan datar. Melihat semuanya sudah berkumpul, mereka semua pulang bersama ke dalam dorm.

.

.

Setiba di dorm, semuanya membersihkan diri di kamar masing-masing sebelum berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan schedule mereka. “Hey”, Yuri duduk disebelah Jessica di pinggir ranjang. Leadernya itu sedang memainkan rubik.

.

“Kau sudah selesai Yul?”, Jessica melihat Yuri yang sudah berganti kaos dengan gambar mickey mouse, hadiah pemberiannya untuk Yuri.

.

Yuri meletakkan satu telapak tangannya di atas kepala Jessica dan mengusapnya. “Kau benar-benar berbeda jika seperti itu, tidak dingin dan datar saat berperan menjadi leader”, goda Yuri dan Jessica menyikut perutnya pelan.

.

“Aish kau ini”

.

Yuri hanya terkekeh menanggapinya. Ia lalu mengambil rubik itu dari tangan Jessica. “Kau tidak bisa menemukan ide hanya dengan memainkan rubik ini Sica. Katakan padaku, apa yang terjadi pada Sunny?”, pertanyaan yang sama ketika Taeyeon bertanya padanya. Bedanya, Yuri tak mengajaknya bersitegang.

.

“Tidak sekarang Yul”, jawaban Jessica cukup mewakili bahwa ia tidak ingin membicarakan hal itu dulu pada para membernya.

.

“Kau tahu, kau masih punya tempat berbagi denganku”, Yuri menggenggam tangannya lembut. Tangan Jessica yang dingin namun bisa menjadi hangat ketika Yuri yang menyentuhnya.

.

“Aku tahu, dan kau memang yang terbaik Yul” senyum Jessica terlihat tulus dan itu cukup membuat Yuri mengurangi kekhawatirannya pada gadis di sebelahnya ini. Mereka pun akhirnya keluar bersama untuk berkumpul dengan Taeyeon dan Hyoyeon.

.

.

Jessica mengeluarkan lembaran schedule yang sudah diatur ulang oleh manajer mereka yang kali ini tidak bisa datang karena harus menemani Sunny. “Ini jadwal yang sudah Sooyoung unni atur untuk kita. Bacalah, jika keberatan katakan padaku”, semua member menerima lembaran tersebut.

.

“Sica, apa tim yakin dengan jadwalku ini?”, Hyoyeon tak kalah kaget dengan perubahan jadwal yang ia dapat dan kali ini porsi miliknya lebih banyak dari yang lain.

.

Jessica tersenyum menanggapinya. “Mereka sudah yakin Hyo, apa kau keberatan?”

.

Hyoyeon menggeleng “Tapi apa sebaiknya jadwal kita merata saja?”, tanyanya dan Yuri terkekeh mendengar pertanyaan Hyoyeon.

.

“Kami tidak masalah dengan jadwalmu Hyo, lakukanlah”, Yuri meyakinkan teman satu grupnya itu. Ya, selama ini Hyoyeon tidak sering melakukan jadwal individu, bukan karena ia tak mendapat kesempatan hanya saja Hyoyeon tidak terlalu menyukai aktivitas individu.

.

“Baiklah, aku akan melakukannya” ucap Hyoyeon. Jessica dan Yuri senang dengan jawaban itu. “Tapi bagaimana dengan Sunny?”, lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Jessica sudah mengantisipasi hal tersebut.

.

“Aku tidak bisa bicara sekarang, kalian tunggulah sampai tim dokter selesai dengan pemeriksaannya. Kita akan mengetahuinya”, walau tak memberi jawaban pasti tentang Sunny tapi setidaknya Jessica memberikan jawaban yang membuat membernya agar tak bertanya lagi.

.

Karena Taeyeon dan Yuri tidak mempermasalahkan jadwal baru mereka, akhirnya pertemuan itu selesai. Hyoyeon kembali ke kamarnya begitu juga dengan Jessica. Sedangkan Yuri dan Taeyeon diam-diam keluar dorm dan menuju rooftop.

.

“Semenjak kapan kau ingin terlihat akrab denganku, Taeng?” Yuri terkekeh dengan pertanyaannya karena ini pertama kalinya Taeyeon ingin berbicara dengannya berdua saja.

.

Taeyeon tak merespon, ia justru merogoh kantong jaketnya dan menyerahkan selembar kertas kecil dimana di kertas itu ada sebuah alamat. “Setiap sabtu malam, Sooyeon akan pergi ke tempat itu untuk menemui kekasihnya. Aku berpikir sesuatu akan terjadi mengingat akhir-akhir ini ada hal yang terjadi di jajaran direksi”, Yuri masih bingung dengan penjelasan Taeyeon.

.

“Datanglah kesana, kuharap Sooyeon baik-baik saja” Taeyeon melanjutkan lagi dan ia merogoh kantongnya lagi. “Aku sudah muak melihatnya terus menghisap barang ini. Jangan biarkan dia sendiri, karena itulah waktu baginya untuk merokok”

.

Taeyeon menyerahkan plastik putih yang berisi banyak puntung rokok yang sengaja ia kumpulkan. Semua itu ia temukan di rooftop ini, tempat dimana Jessica akan merokok. Selama ini tanpa Jessica tahu, Taeyeon selalu ada tak jauh darinya ketika ia merokok. Bagi Jessica, rooftop adalah tempat ia untuk merokok dan bagi Taeyeon, rooftop adalah tempat ia bersantai untuk memandang langit Seoul.

.

Yuri masih terdiam menerima semua itu. Taeyeon menepuk pundaknya pelan “Aku tahu kau mencintainya”, ucap Taeyeon dan Yuri segera melihatnya.

.

“Kurasa ini bukan bagianku Taeng, kau jauh lebih mengerti dirinya dibanding aku”, jawab Yuri tenang. “Sebenarnya kau peduli padanya, tapi kau selalu bertingkah seolah kau membencinya. Dia juga membutuhkanmu Taeng”

.

T

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!