Chapter 12

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

Yoong terbangun dari tidurnya dan menatap ke sekeliling ruangan. Ternyata dia sudah berada di apartemennya sendiri. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing dan menyadari bahwa pakaiannya sudah berganti.

 

.

Pintu kamarnya terbuka dan muncullah sosok yang membuat Yoong terdiam. “Kau sudah bangun?”, ucap orang itu dan masuk seraya meletakkan sarapan untuk Yoong disamping meja kecil.

.

“Untuk apa kemari?”, ucapnya datar.

.

“Yuri unni memberitahuku kau mabuk berat semalam dan dia tidak tahu passkeymu. Jadi dia memintaku untuk datang kemari”

.

“Aku baik-baik saja. Pulanglah”, Yoong berbaring kembali dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

.

Orang itu hanya bisa menghela nafas dan memandang gundukan selimut itu dengan tatapan sedih. “Kau pikir aku baik-baik saja dengan keputusan ini, huh? Bersikaplah dewasa Yoong, bukan dengan cara meluapkan kekesalanmu dengan pergi ke bar. Bagaimana jika wartawan melihatmu?”

.

“Apa pedulimu? Kau hanya manajerku, tidak lebih. Jangan berpikir kau bisa mengatur kehidupan pribadiku lagi. Berhentilah berpura-pura seolah kau peduli padaku Hyuni. Pergilah, kau tidak berhak datang lagi ke apartemenku”, Yoong terpancing amarahnya lagi dan itu membuat Seohyun terdiam.

.

Sekuat tenaga ia menahan airmatanya. Seohyun berdiri dari pinggir ranjang dan memandang Yoong sesaat.

.

“Bukan cuma kau yang terluka Yoong, aku juga”, dengan begitu ia keluar dari kamar Yoona dan segera pergi dari apartemen gadis itu.

.

ARRRRGGHHH

.

Yoong berteriak frustasi dan membuang nampan berisi makanan yang tadi disiapkan Seohyun untuknya. Matanya memerah dan airmata lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

.

“Setidaknya kau mau berjuang bersamaku tanpa menyerah terlebih dulu”, lirih Yoong seraya memandang pintu kamar yang terbuka.

.

.

.

Seohyun membuka pintu mobilnya dengan kasar dan segera melajukan mobil itu. Sekuat tenaga ia menahan sakit hatinya atas perkataan Yoong.

.

Apa pedulimu? Kau hanya manajerku, tidak lebih.

.

Jangan berpikir kau bisa mengatur kehidupan pribadiku lagi.

.

Berhentilah berpura-pura seolah kau peduli padaku Hyuni. Pergilah, kau tidak berhak datang lagi ke apartemenku.

.

.

Seohyun mencengkram setir mobilnya dengan kuat. Airmata terus mengalir dari sudut matanya. Sesekali ia mengusap airmatanya agar tak menghalangi pandangannya untuk melihat ke arah jalan.

.

Setelah beberapa menit, ia tiba di sungai Han dan duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana. Pandangannya menatap ke arah langit pagi yang tampak cerah. Banyak orang-orang yang berlalu lalang disini untuk berolahraga.

.

“Dari pemeriksaan kesehatan, Ayah anda mengalami riwayat jantung yang kurang baik. Jadi saya harap, jangan sampai beliau terkejut atau mengalami shock yang berat karena itu akan mempengaruhi kondisinya”, Penjelasan dokter hanya membuat Seohyun menganggukkan kepalanya mengerti tanpa bisa berkomentar apapun lagi.

.

.

“Kau tahu nak, Appa berharap bisa segera menimang cucu dan anak-anakmu berkeliaran di rumah kita ini”

.

Seohyun tertawa kecil pada Appanya. “Suatu hari Appa... Aku belum menemukan seseorang yang mencintaiku dengan tulus”

.

“Hmmm pasti nak. Appa yakin akan ada yang terbaik untukmu. Saat kau beranjak dewasa nanti, pasti kau akan menemukannya”

.

.

.

Seohyun menitikkan lagi setelah memikirkan hal itu. Sejujurnya ia tak pernah menduga bahwa ia akan jatuh cinta pada seseorang bernama Im Yoona.

.

“Maafkan aku Yoong”

.

.

.

.

------------------------------

.

“Apa tidurmu nyenyak?”

.

“Hmmm i guess so”, Hyoyeon beranjak dari kasurnya dan segera menuju kamar mandi. Sedangkan Juyeon keluar dari kamarnya dan menunggu gadis itu di ruang tamu.

.

Sesuai rencana, hari ini setelah Showcase Jessica dan Taeyeon, akan diadakan presscon permintaan maaf dari Hyoyeon. Setelah menunggu setengah jam, Hyoyeon keluar dengan pakaian casualnya.

.

“Ini script yang harus kau pelajari Hyo. Tanyakan padaku jika ada yang tak kau mengerti”, Juyeon menyerahkan beberapa lembar kertas padanya.

.

Hyoyeon tampak serius membaca semua script. Tiba-tiba ponsel Juyeon berbunyi, menandakan sebuah email masuk kepadanya. Juyeon langsung membukanya dan raut wajahnya berubah.

.

“Setiap keputusan berada padamu, Juyeon-ah. Aku percaya kau bisa mengatasi hal ini”

.

Ucapan Jessica membuat Juyeon mengurungkan niat untuk menghubungi gadis itu. Juyeon memilih untuk melihat email itu kembali lalu mengirimkannya pada tim kuasa hukum.

.

“Apa Sica sudah memikirkan semua resikonya?”, pertanyaan Hyoyeon membuat Juyeon menoleh padanya dan meletakkan kembali ponselnya.

.

“Eoh. Dia sudah memikirkan semuanya. Sekarang tinggal kau dan member lain yang harus bersiap menerima resikonya. Tenanglah, RAIN akan tetap baik-baik saja. Itu yang Sica janjikan setelah presscon ini”, jelas Juyeon.

.

Mendengar penjelasan Juyeon membuat Hyoyeon menghela nafasnya kembali. Ia benar-benar menyesal karena melakukan tindakan bodoh itu dan hanya memikirkan kesenangannya sendiri tanpa memikirkan resiko yang dihadapi.

.

Juyeon yang dapat menduga apa yang Hyoyeon pikirkan, lalu menepuk pundaknya pelan. “Bayarlah rasa penyesalanmu itu dengan menjadi dirimu yang lebih baik, Hyo. Lakukan untuk kebaikanmu, bukan orang lain”

.

Hyoyeon tersenyum simpul. “Thanks”

.

Sambil menunggu Hyoyeon mempelajari semua script presscon, Juyeon meninggalkannya sebentar dan berurusan kembali dengan ponselnya.

.

To: Choi Sooyoung

.

Unni, aku sudah menyiapkan passport dan visa untuk kalian. Bersiaplah pergi dari Jeju hari ini. Aku sudah menyuruh beberapa orang untuk menjemput kalian. –Juyeon

.

.

Juyeon kembali tersenyum. “Selama masih ada aku, idak ada yang bisa menyakitinya, siapa pun itu”, batinnya sambil menatap wallpaper dirinya bersama Jessica di ponsel miliknya.

.

.

.

***

.

“Sudah siap?”

 

.

“Hmmmm”

.

“Kajja”, Jessica menggandeng tangan Tiffany dan kedua berjalan melewati beberapa blok di komplek pemakaman yang terlihat cukup sepi.

.

Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang tercipta. Tiffany menatap tangannya yang digenggam oleh Jessica. Dia tak berhenti menunjukkan senyumnya dan merasakan kedamaian yang luar biasa dalam dirinya. Masa-masa bahagia itu kembali muncul meskipun belum sepenuhnya.

.

Mereka kini sudah sampai di tempat tujuan. Seorang namja muda sedang tersenyum dalam figura foto yang terpajang disana. Ya, Jessica mengajak Tiffany mengunjungi makam Jinwoon, adik kembarnya. Saat dulu mereka berhubungan, Jessica selalu melarang Tiffany ikut dengannya ketika mengunjungi makam Jinwoon. Alasannya karena ia tak ingin Tiffany melihat dirinya menangis di makam Jinwoon.

.

“Jinwoon-ah, ini Tiffany”, Tiffany membungkuk dan tersenyum pada foto itu saat Jessica mengenalkannya.

.

“Senang melihatmu, Jinwoo-ah”, ucap Tiffany.

.

Saat bersamaan, Jessica meletakkan buket bunga yang ia bawa untuk Jinwoon dan juga membersihkan pinggiran pusara yang terlihat sudah ditumbuhi rumput. Tiffany juga ikut membantunya.

.

“Apa Taeyeon juga datang kesini?”, Tanya Tiffany. Gadis itu baru saja mengetahui fakta bahwa Taeyeon pernah memiliki hubungan spesial dengan Jinwoon.

.

Jessica menggeleng. “Dia sangat tertutup. Bukankah itu sudah terlihat? Mungkin hanya Jinwoon yang tahu apakah Taeyeon mengunjunginya atau tidak”, Jessica terkekeh sendiri dengan ucapannya.

.

“Yeah kau benar, Jessi”, Tiffany tertawa setelahnya.

.

“Ayo kita sarapan, setelah itu aku akan mengantarmu kembali ke dorm”, ajaknya pada Tiffany dan ia segera berdiri.

.

Tiffany menunjukkan wajah protesnya. “Apa aku tidak boleh melihat rehearsal kalian?”, tanyanya dengan penuh harap.

.

“Aku tidak mengizinkannya. Kau sebaiknya beristirahat, dan kita bertemu lagi nanti sore”, Jessica menggandeng tangannya lagi dan mereka pergi dari sana tanpa ia mempedulikan bahwa Tiffany kesal dengan keputusannya.

.

Mobil Jessica berhenti di suatu cafe kecil yang sangat sederhana. Keduanya turun dan segera masuk ke dalam. Kafe ini selalu terlihat sepi karena letaknya yang terhalangi oleh gedung-gedung tinggi. Tapi Jessica dan Tiffany salah satu orang yang tahu masakan di kafe ini sangat enak.

.

Seraya menunggu pesanan mereka datang, Tiffany meletakkan dagunya di pundak Jessica. “Kau masih mengingat menu sarapan favorit kita, hmmm”

.

Jessica mengambil tangannya dan menggenggam tangan Tiffany. “Apa menu favoritmu berubah?”, Tiffany menggeleng.

.

“Aku merindukan ini”, Tiffany ikut menggenggam tangan Jessica dan ia menghirup aroma tubuh Jessica hingga Jessica merasakan nafas hangat Tiffany terasa di lehernya.

.

“Apa kau masih mengantuk?” Tiffany mengangguk. “Tidurlah sejenak, aku akan membangunkanmu saat makanan sudah datang”, Tiffany tak berkata lagi. Ia pun mulai memejamkan matanya dan menikmati momen ini dengan senyum.

.

Jessica tersenyum saat ia merasakan nafas teratur dari Tiffany. Gadis itu sudah terlelap. Sekitar 15 menit, seorang wanita berusia sekitar 50 tahun masuk ke ruangan mereka dan membawakan sarapan untuk keduanya. Jessica hanya mempersilahkannya untuk meletakkan makanan karena ia tak dapat berbuat apa-apa terlebih Tiffany masih pada posisinya.

.

“Terima kasih”, wanita itu mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Jessica. Namun sebelum keluar dari ruangan itu, ia mengeluarkan sebuah album yang ia pegang.

.

“Anakku sangat menyukai semua lagumu bersama RAIN. Apa kau bersedia menandatangani album ini untuknya?”, tanya wanita itu pada Jessica.

.

Jessica tersenyum pada pelayan itu dan memberikan tanda tangannya. “Terima kasih karena sudah menyukaiku dan RAIN”, ucap Jessica.

.

“Hmm akan kusampaikan pada anakku. Terima kasih juga dan silahkan menikmati makanan ini”, pelayan itu undur diri dan kembali menyisakan Jessica dan Tiffany di dalam ruangan ini.

.

Jessica masih diam dan membiarkan Tiffany menikmati tidurnya. Dari sudut matanya, ia tersenyum simpul melihat Tiffany yang sangat tenang. Pelan-pelan ia mengusap rambut hitam Tiffany dan menyanyikan lullaby dengan pelan agar Tiffany tak terusik dari tidurnya.

.

.

.

------------------------------

.

“Apa terjadi sesuatu?”, Sunny bertanya pada Sooyoung yang tengah sibuk mengemasi barang-barang milik mereka yang akan dibawa.

.

“Eoh, tapi aku tidak tahu pasti masalah apa itu. Yang jelas kita harus pergi dari sini sebelum ada yang mengetahuinya”

.

“Kemana kita akan pergi?”

.

“Portland”

.

Sunny membulatkan matanya begitu mendengar tempat tujuan mereka. “Itu sangat jauh dari Seoul. Apa ini ide Jessica?”

.

“Ini ide Juyeon. Dia sudah mengurus kepergian kita kesana. Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir”

.

“Tapi aku takut”

.

Sooyoung menghentikan kegiatannya dan mendekati Sunny. “Selama aku yang mengawasimu, semua akan baik-baik saja, hmm” Sooyoung memeluknya dengan lembut dan menenangkan gadis itu.

.

Sunny hanya bisa mengangguk.

.

.

Setelah menunggu 3 jam, akhirnya ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah tinggal Sooyoung dan Sunny. Sooyoung keluar dan sudah ada beberapa orang yang menunggu. Salah seorang mendekatinya.

.

“Saya yang bertugas mengawal anda hingga ke Portland”, Sooyoung mengangguk mengerti. Orang-orang itu pun membantu mengangkat barang-barang mereka dan segera menuju bandara.

.

“Apa bisa kau katakan padaku yang sedang terjadi saat ini?”, tanya Sooyoung pada orang itu.

.

“Seseorang diduga ingin menghancurkan karir RAIN dan dia menggali kehidupan pribadi masing-masing member. Maka dari itu anda bersama Sunny-ssi harus segera menjauh sebelum orang itu menyelidiki kehidupan Sunny-ssi”, jelasnya. “Untuk itulah Juyeon-ssi meminta kami mengantar anda ke Portland. Disana cukup aman menghindari kejaran paparazzi”

.

Sooyoung dan Sunny berpandangan setelah mendengar apa yang terjadi. Mereka pun hanya mengangguk dan kembali pada posisi duduknya sambil menunggu hingga mereka tiba di bandara.

.

.

.

.

***

.

Yoong baru saja keluar dari

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!