Mr. Guardian

All of The Stars
Please Subscribe to read the full chapter

Tidak ada yang lebih mengerikan dari sahabat yang membalikkan punggungnya darimu.

Senin pagi, Solji kesiangan. Dia sampai di kelas tepat sebelum homeroom pagi dimulai. Wali kelasnya segera menyuruh Solji duduk dan mulai mengabsen. Tidak ada waktu untuk memulai pembicaraan dengan Hyera. Saat Solji duduk disampingnya pun, Hyera tidak menoleh dan menyapa, tetap tekun membaca buku cetak.

Empat periode pelajaran terasa seperti neraka bagi Solji, karena berisi pelajaran-pelajaran yang tidak dia suka, ditambah lagi Hyera terus diam. Setiap Solji ingin mengajaknya bicara, Hyera selalu terlihat sedang berkonsentrasi pada pelajaran, sehingga Solji tidak enak untuk mengganggu.

Saat bel istirahat berbunyi, Hyera langsung berdiri untuk menghampiri Sena yang berdiri di ambang pintu kelas. Biasanya, mereka akan menunggu Solji yang lamban dulu, lalu berjalan bersama-sama ke kantin. Tidak dengan hari ini. Sena menarik Hyera pergi tanpa melirik Solji. Kebingungan, Solji segera berlari menyusul temannya. Dia baru dapat mencapai Hyera dan Sena ketika sudah memasuki kantin.

“Hei!” Solji menyeruak diantara Hyera dan Sena, merangkul mereka. “Kudengar, hari ini menu baru akan ditambahkan. Apple pie. Kesukaanmu, kan, Sena?”

Hyera dan Sena, tanpa pikir-pikir lagi, menepis tangan Solji dan berjalan meninggalkannya. Solji yang belum menyerah, menyusul Sena yang mendatangi penjual pai apel.

“Lihat, prediksiku benar, kan?” ujar Solji.

Sena tidak mengindahkan, fokus bertransaksi dengan penjual. Setelah mendapatkan pai apel, Sena melengos untuk mendatangi meja yang sudah diduduki Hyera.

“Kalian kenapa sih diam-diam saja?” Solji duduk dihadapan mereka berdua. “Sedang mengerjaiku, ya? Ulang tahunku kan sudah lewat.”

Tidak ada respon.

Solji cemberut. “Girls, apa yang terjadi sampai kalian bisa bertingkah seperti ini?”

Sena tiba-tiba menggebrak meja.

“Berhenti berlagak seakan kau tidak bersalah,” geramnya.

Solji tersentak. “Maksudmu?”

“Masih tidak mau mengaku?” Sena angkat bicara. “Baiklah, aku akan membantumu mencari kesalahanmu. Bisa kau jelaskan foto ini?”

Sena mengacungkan ponselnya ke depan wajah Solji. Solji menyipit. Di layar ponsel, terpampang foto Solji pada malam pesta bencana itu. Melihat foto itu, amarah Solji mendidih. Dasar orang-orang lancang. Awas saja kalau sampai ketahuan siapa pelakunya.

“Kau bilang kau dihukum sampai harus membatalkan janjimu dengan kami berdua,” cecar Sena. “Nyatanya, kau menghadiri pesta.”

“Aku tidak menghadiri—“

“Apa lagi kalau bukan?” pekik Sena. “Foto ini sudah menjelaskan banyak hal, Solji. Tidak usah membantah.”

“Aku punya penjelasan, Sena. Dengarkan dulu.”

“Kau tahu,” kata Hyera dingin tanpa menatap Solji. “Lebih baik kau tutup mulut saja. Penjelasanmu sudah tidak berguna lagi.”

“Hyera…” bisik Solji tak percaya.

“Kau bukan sahabat yang kami kenal,” lanjut Hyera. “Lee Solji sudah mati, digantikan gadis hancur sepertimu. Dan gadis itu telah mengecewakan ayahnya, sekarang juga mengecewakan kedua sahabatnya. Kau harusnya malu.”

Dengan itu, Hyera bangkit dan meninggalkan meja. Sena ikut berdiri, berkata sebelum pergi mengikuti Hyera. “Mulai sekarang, jalani hidupmu sendiri. Kami tidak akan membantumu.”

Mata Solji berair. Kehilangan sahabat terpercaya seperti Hyera dan Sena bahkan lebih menyakitkan daripada diselingkuhi. Ditambah lagi, Solji harus menerima kata-kata kasar yang tidak pernah dia duga akan keluar dari mulut seorang gadis lembut seperti Sena.

Menyadari perhatian dari murid disekitarnya, Solji menyeka mata dan segera berdiri. Dia butuh sesuatu yang dingin untuk tubuhnya yang terasa panas. Maka, Solji melangkah menuju mesin minuman dingin di sudut kantin. Dia merogoh kantung seragamnya untuk mencari uang agar bisa menggunakan mesin. Anehnya, kantung itu kosong.

Solji panik. Diperiksanya seluruh kantung di seragamnya, tapi dia tidak menemukan uang dimana-mana. Pasti Solji lupa mengambilnya tadi karena terburu-buru ingin mengejar Hyera dan Sena.

“Butuh bantuan?” Suara itu membuat Solji membalikkan badan. Seorang siswa tersenyum padanya. “Kau kelihatan kesulitan.”

“Jongin,” sapa Solji. “Uangku tertinggal di kelas. Tapi, tidak apa-apa, aku tidak perlu beli.”

“Sayang sekali. Padahal, aku berniat untuk mentraktirmu.”

“Apa?” Mata Solji membulat. “Tidak usah—“

“Tidak usah sungkan. Ini musim panas, lho. Kau akan menyesal jika menolak segelas minuman dingin.”

Tidak menunggu respon Solji lagi, Jongin maju untuk memasukkan uang yang kemudian disedot oleh mesin. Jongin mengambil gelas plastik, mengisinya dengan bubble gum slush, lalu memberikannya pada Solji.

“Terima kasih.” Solji menerimanya. “Bagaimana kau bisa tahu aku suka bubble gum?”

“Karena aku pernah melihatmu makan es krim bubble gum,” jawab Jongin santai. “Sebentar, ya.”

Setelah Jongin selesai membeli miliknya sendiri, dia berkata. “Mau bergabung bersamaku dan teman-temanku?”

“Tentu!” jawab Solji ceria. Mana mungkin dia bisa menolak tawaran melegakan seperti ini?

Jongin membawa Solji ke meja di pojokan. Meja itu berisi Kyungsoo, seorang anggota tim bisbol yang pernah Solji lihat mabuk berat di pesta, dan seorang siswi berkacamata yang tidak Solji kenal. Mereka tidak menyadari kedatangan Jongin dan Solji. Kyungsoo sedang menunjukkan sesuatu di ponselnya pada si siswi, sementara siswa yang satu lagi sedang menulis sesuatu di notes.

Jongin membanting tangan ke meja, membuat semua orang menghentikan pekerjaan mereka.

“Lee Solji ingin bergabung bersama kita,” ucapnya. “Boleh, kan?”

“Oh, tentu!” Si siswa bergeser di bangku panjang, memberi tempat bagi Solji untuk duduk, sementara Jongin duduk di diseberang.

“Solji, kau sudah kenal Kyungsoo.” Jongin menepuk pundak pemuda disampingnya. Kyungsoo tersenyum tipis. “Ini Taerin, pacar Kyungsoo. Dia dari kelas B.”

Gadis itu mengulurkan tangan. “Aku banyak mendengar tentangmu.”

“Hardcore party girl dari kelas A?” tanya Solji.

Taerin menggeleng. “Gadis pembicara ketiga dari tim debat Sowon yang senang menggertak lawannya.”

Solji tertawa kecil. Dia sudah sangat sering mendengar komentar itu.

“Dan ini Chanyeol.” Jongin menunjuk seseorang disebelah Solji. “Aku pernah memperkenalkannya padamu sebelumnya di after-party.”

“Benarkah?” tanya Chanyeol, terlihat sama sekali tidak ingat.

Jongin mendengus. “Makanya jangan mabuk.”

“Wah, kalau itu sih tidak mungkin, Jongin.” Chanyeol menyeringai. “Tapi, senang berkenalan denganmu, Solji. Kita harus m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeknoona #1
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #2
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #3
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #4
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
keyhobbs
#5
Chapter 6: akhirnya lepaslah solji dri belenggu sehun, haha jadi dia bisa mutusin masa depannya sendiri, apalagi ada Kai d samping dia hihi...^^
baeknoona #6
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
baeknoona #7
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
keyhobbs
#8
Chapter 4: Woahh..sehun ngeselin juga yah d chapter ini, bukannya ngedukung pacarnya malah egois sendiri...pngen menang sndiri,seenak jidat nentuin masa depan terbaik solji tanpa minta persetujuan solji...humm,,jadi kesel sendiri aku-_-
shin9586 #9
Chapter 4: Kenapa cuma mau break aja sih? Mending udahan aja sekalian. Hubungan Sehun Solji udah nggak sehat. Kasihan Soljinya, dia kan mau jadi ice skater figure
keyhobbs
#10
Chapter 3: haduh....ternyata cuman salah paham ya??humm~~~kasihan bnget jongin...harus nanggung rasa bersalahnya sendiri-_-