Mr. Demanding

All of The Stars
Please Subscribe to read the full chapter

It's just another night
And I'm staring at the moon

Malam ini seperti malam-malam lain. Solji duduk di ayunan samping kolam halaman belakang rumah, mengerjakan tugas-tugas sekolah sambil mendengarkan radio. Bulan purnama sedang bersinar dengan terang, ditemani kerlap-kerlip bintang disekitarnya. Dibawah taburan bintang, Solji bersenandung mengikuti lagu yang diputarkan.

Radio itu sedang memutarkan Ed Sheeran. Lagu soundtrack salah satu film romansa yang berhasil membuat banyak orang menjadi melankolis, termasuk Solji.

I saw a shooting star
And thought of you

Tetangga sebelah rumah Solji—keluarga Hwang—juga memiliki halaman belakang yang berdampingan dengan milik keluarga Solji, sehingga Solji dapat mendengar mereka dari sini. Keluarga Hwang memiliki anak perempuan berusia lima tahun yang suka heboh sendiri. Malam ini contohnya. Anak itu tiba-tiba berteriak. Awalnya Solji berniat untuk tidak menggubris, sampai anak itu memerintahkan siapapun yang sedang bersamanya untuk melihat ke langit.

Refleks, Solji mendongak dan berhasil dibuat terpesona. Bintang jatuh di langit biru kelam. Tugasnya sudah terlupakan. Solji bangkit dari ayunan sambil terus menatap ke atas. Fenomena itu terus terjadi selama tiga puluh detik ke depan. Solji menatapnya di tengah halaman dengan senyuman sampai berakhir.

Begitu hal menakjubkan itu berakhir, senyumannya hilang. Hanya satu yang mengingatkan Solji akan bintang jatuh. Seorang bocah kurus kering bernama Kai. Dulu, mereka selalu mengucapkan keinginan masing-masing ketika melihat bintang jatuh bersama.

I sang a lullaby
By the waterside and knew
If you were here,
I'd sing to you

Menit berikutnya, Solji mendapati dirinya sedang berbaring di atas rumput samping kolam. Telinganya persis bersebelahan dengan air mancur. Lagu di radio sudah berganti menjadi Avril Lavigne, idola masa kecil Solji. Tanpa sadar dia mulai bersenandung.

“You were everything, everything that I wanted!”

“We were meant to be, supposed to be but we lost it!”

“Solji! Kai! Jangan mendengarkan lagu orang dewasa!”

Lagu ini dirilis pada tahun 2004, lima bulan sebelum kepergian Kai. Tidak heran Solbi melarang mereka mendengarkannya, karena saat itu mereka masih berusia sepuluh tahun. Solji jadi tambah merindukan sang ibu. Andai Solbi masih ada disini untuk melarangnya, maka suasana hati Solji tidak akan semendung sekarang.

You're on the other side
As the skyline splits in two
I'm miles away from seeing you

Solji sendiri bahkan tidak tahu dimana Kai sebenarnya berada. Banyak sekali pertanyaan berputar di kepala Solji mengenai Kai. Apa yang dilakukannya sekarang? Apa dia sudah menemukan kebenaran yang dicarinya? Apa dia melihat bintang-bintang malam ini dan teringat Solji seperti Solji teringat akan dirinya? Atau, apa dia bahkan masih hidup?

“Kai, apa kau sudah melupakan janjimu?” gumam Solji pada langit pekat.

Ponsel Solji di sakunya bergetar. Solji merogohnya. Satu pesan dari Sehun. Gadis itu kembali tersenyum. Dia senang ada Sehun di kehidupannya. Karena ketika bersama Sehun, Solji bisa melupakan Kai, walaupun hanya untuk sementara.

I need you right away, begitu katanya. Solji terkekeh. Jika Sehun sudah berkata seperti ini, bisa jadi dia meminta pertolongan dalam mengerjakan tugas. Karena itu, Solji bangkit dari duduk, menyambar buku tugas dan radio. Dia berderap menuju kamar. Setelah mengambil apapun yang diperlukannya, Solji kembali ke ruang depan. Di dinding ruangan itu, tergantung kunci mobil Minwoo.

“Appa!” seru Solji. “Solji pinjam mobil, ya!”

Minwoo keluar dari kamarnya dengan wajah kaget. “Mau kemana, Solji? Ini sudah hampir pukul sepuluh.”

“Menginap di rumah Hyera,” Solji berbohong. “Besok, appa gunakan mobil eomma untuk berangkat kerja, ya.”

Minwoo menghela napas. “Hati-hati.”

Solji tersenyum senang dan mengecup pipinya. “Terima kasih, appa.”

Sehabis itu, Solji langsung keluar. Minwoo tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sebenarnya tidak percaya Solji benar-benar ingin ke rumah Hyera. Biasanya, gadis itu selalu memberitahu Minwoo dari jauh-jauh hari jika ingin menghadiri pesta tidur, karena dia dan teman-temannya pasti merencanakan acara itu matang-matang.

Tapi, Minwoo memilih untuk percaya pada Solji, walaupun pilihannya salah besar.

--

“Apa sekarang? Kimia? Fisika?” tebak Solji.

“Chemi,” jawab Sehun, membuat Solji tertawa.

Kamar Sehun didominasi warna merah dan biru, dengan pintu kamar mandi berwarna putih. Banyak poster pemain sepakbola menghiasi dinding. Ranjangnya berukuran king, tempat dimana Sehun dan Solji sedang berbaring menelungkup bersebelahan. Buku tulis Kimia milik Sehun sedang dicoret-coret oleh Solji sambil mengajarkan Sehun pelajaran yang paling dibencinya itu.

Percuma saja Solji menerangkan, Sehun tidak akan pernah mengerti.

“Aku menyerah.” Sehun merebahkan punggung di atas kasur.

Solji berganti posisi, kini dia tengkurap di samping Sehun. “Jangan patah semangat begitu, Hun.” Solji membelai rambut tebalnya. “Ujian kelulusan masih berbulan-bulan lagi. Kamu masih punya banyak waktu untuk mengejar ketertinggalanmu.”

“Persetan dengan Kimia,” kata Sehun. “Aku akan masuk Departemen Hukum Yonsei dan melupakan segalanya yang berhubungan dengan ilmu alam.”

“Departemen Hukum?” ulang Solji tertarik.

Sehun mengangguk. “Ya. Kedengarannya tidak buruk.”

“Aku baru tahu.”

“Baru saja kemarin aku berkonsultasi dengan Yoon seonsaengnim.” Sehun menyebutkan nama guru konseling mereka.

“Cocok denganmu,” komentar Solji. “Karena kamu sudah sering menghukum juniormu kalau mereka bolos latihan.”

Sehun menyentil dahinya. “Mereka pantas diberikan hukuman. Bukan hanya karena sering bolos latihan, juga karena mereka sering membicarakan keburukanku, keburukan Zitao dan yang lainnya dibelakang punggung kami. Belum mendapat piala saja sudah banyak tingkah.”

“Kamu terlalu keras memperlakukan mereka, tahu,” kata Solji. “Mereka akan tambah kesal kalau kamu terus begitu.”

“Apa yang kamu tahu tentang itu?” kata Sehun, tersinggung.

“Aku tahu,” balas Solji berani. “Memangnya kamu saja yang mengetuai organisasi? Kamu lupa aku presiden tim debat? Asal kamu tahu saja, pada masa awal ketika aku baru saja mendapat jabatan, banyak anggota yang tidak suka padaku dan aku memilih untuk tidak mengerasi mereka—“

“Oh, diamlah, Solji,” potong Sehun. “Kamu ingin dihukum juga, ya?”

Tanpa ancang-ancang, Sehun tiba-tiba mendorong Solji sehingga punggung gadis itu bertumbukan dengan kasur. Sehun menindihnya. Satu tangan Sehun diletakkan di samping kepala Solji untuk menahan berat tubuhnya. Tangan yang satunya digunakan untuk memegang paksa dagu Solji agar dia terus menatapnya.

“Aku tidak akan menyuruhmu lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali,” kata Sehun dingin. “Aku akan menghukummu dengan cara kita berdua.”

Solji terperanjat. Dia tahu benar apa yang Sehun maksud dengan kata-katanya.

Benar saja. Sehun kemudian menunduk dan mencium Solji kasar dan terburu-buru. Napas Solji menjadi tak beraturan dibuatnya. Bibir Sehun berpindah ke rahang Solji, lalu ke lehernya, terus ke tulang selangka Solji, dan terus ke bawah sambil melepaskan kancing kemeja Solji.

“Sehun,” kata Solji lirih.

“Diam.”

“Hentikan,” Solji meminta. “Kumohon.”

Beruntung Sehun mengabulkan permintaan Solji.

“Aku sudah bilang jangan pernah memancingku kalau tidak mau bertengkar,” jawab Sehun. “Tapi, kamu tetap melakukannya.”

“Aku tidak berniat untuk memancingmu,” gumam Solji.

Sehun pun mengancingkan kemeja Solji lagi, lalu berbaring disampingnya. Lengannya melingkari bahu Solji. “Sori. Aku hanya sangat ingin menciummu.”

“Bisakah kamu melakukannya dengan lebih lembut?” pinta Solji. “Kamu m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeknoona #1
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #2
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #3
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
baeknoona #4
Chapter 6: Ayo dong buat Solji ingat kembali ke Jongin. jangan lama" ngepostnya ka? hehehe
keyhobbs
#5
Chapter 6: akhirnya lepaslah solji dri belenggu sehun, haha jadi dia bisa mutusin masa depannya sendiri, apalagi ada Kai d samping dia hihi...^^
baeknoona #6
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
baeknoona #7
Chapter 5: Sehun bener- bener brengsek, di sini cuman manfaatin Solji!! Jong...kamu manis banget!!
keyhobbs
#8
Chapter 4: Woahh..sehun ngeselin juga yah d chapter ini, bukannya ngedukung pacarnya malah egois sendiri...pngen menang sndiri,seenak jidat nentuin masa depan terbaik solji tanpa minta persetujuan solji...humm,,jadi kesel sendiri aku-_-
shin9586 #9
Chapter 4: Kenapa cuma mau break aja sih? Mending udahan aja sekalian. Hubungan Sehun Solji udah nggak sehat. Kasihan Soljinya, dia kan mau jadi ice skater figure
keyhobbs
#10
Chapter 3: haduh....ternyata cuman salah paham ya??humm~~~kasihan bnget jongin...harus nanggung rasa bersalahnya sendiri-_-