FINAL

THE LAST PROMISE

Bel pulang sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Dan ini juga sudah hari ke 8 Chanyeol tidak mengikuti mata pelajaran. Ia masih belum diijinkan keluar dari rumah sakit karena tubuhnya yang belum stabil. Bahkan, orang tua Chanyeol pun belum sempat untuk mengunjunginya di rumah sakit.

 

Baekhyun masih berkutat dengan buku catatan Suho yang dipinjamnya tadi. Ia harus membuat catatan salinan. Satu untuknya dan satu lagi untuk Chanyeol, walaupun Chanyeol belum boleh masuk ke sekolah, bukan berarti ia tak boleh belajar bukan?

 

Suho menghampiri Baekhyun yang masih belum selesai dengan catatannya.

“Baekhyun-ah, catatan untuk Chanyeol lagi?” tanya Suho. Ia mengambil tempat dihadapan Baekhyun. Baekhyun hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari goresan tinta yang tengah ditulisnya.

“tinggal berapa catatan lagi?” tanya Sehun, Baekhyun mendongak sebentar.

“4, hanya tinggal 4. Aku harus menyelesaikannya sebelum ke rumah sakit” ujarnya. Sehun lalu tersenyum penuh arti pada Baekhyun, ia kemudian mengambil salah satu buku dihadapan Baekhyun. Baekhyun segera mendongak dan mendelik tajam kearah Sehun.

 

ini bukan waktunya bermain-main.

 

“kembalikan oh sehun!” teriak Baekhyun. Sehun menanggapinya acuh.

 

“aku akan menyelesaikan yang ini. Jika kau tak keberatan. Bukankah Chanyeol juga sahabat ku? Aku juga peduli padanya” ujar Sehun, lalu dengan segera Suho, Kyungsoo dan juga Kai mengambil satu-satu dari 3 buku tersisa. Baekhyun tertegun. Teman-temannya ada untuknya

 

“gomawo chingudeul” ujarnya. Sehun, Suho,Kai dan juga Kyungsoo tersenyum mendengarnya.

 

*

Baekhyun melangkahkan kakinya menuju ruangan 365, tempat Chanyeol dirawat. Dengan riang ia menenteng sekotak makanan kesukaan Chanyeol, tapi betapa terkejutnya ia saat melihat ibunya yang tengah menangis di luar ruangan.

 

DEG !

 

Seketika Baekhyun mematung ditempatnya, mencoba mencerna apa yang tengah terjadi.

 

Tidak mungkin. Chanyeol masih hidup bukan? Ya! dia masih hidup.

 

Dengan langkah terseok, Baekhyun menghampiri tempat eommanya. Eomma yang menyadari kedatangan Baekhyun tanpa aba-aba memeluk anaknya itu, hingga membuat fikiran-fikiran mengerikan itu datang lagi di fikiran Baekhyun. Nafasnya seketika tercekat.

 

Ya tuhan, apa ia benar-benar sudah pergi? Kenapa secepat ini?

 

“eomma.. ada apa?” tanya Baekhyun dengan suara yang begitu pelan. Eomma melepaskan pelukannya dari Baekhyun.

 

“Chanyeol…Chanyeol…” ucapan eomma terinterupsi oleh suara teriakan seseorang dari ruangan Chanyeol

 

ARRRRGGGHHHHH

“eomma.. itu suara Chanyeol?” tanya Baekhyun, eomma mengangguk.

 

“ya, dia sudah mengetahui semuanya. Sejak pagi dia mengurung diri dikamar, eomma sangat khawatir Baekhyun-ah” dengan suara paraunya, eomma menjelaskan pada Baekhyun. Tapi ia mengernyit halus saat melihat reaksi Baekhyun. Baekhyun tersenyum.

 

Syukurlah, setidaknya ia masih bernafas

 

Baekhyun melangkahkan kakinya lagi kearah pintu ruangan Chanyeol. Sekilas ia mendengar isakan dari dalam. DEG. Hatinya ikut sakit mendengar isakan itu. Ia tahu ini pasti sulit untuk Chanyeol. Bahkan juga untuknya. Tapi ia tak pernah bisa melawan takdir yang diberikan tuhan. Ia tak sekuat itu.

 

Tookk..tookk

 

“chingu ya.. aku datang!” ujar Baekhyun setelah mengetuk pintu kamar itu. Tak ada sahutan apa-apa dari dalam. Sekali lagi. Ia harus bersabar dengan sikap Chanyeol. Ya. HARUS!

 

“chinguya.. aku lapar .. ayo kita makan bersama!”

 

“Baekhyun-ah! PERGI ! aku butuh waktu sendiri” sahut Chanyeol dari dalam. Baekhyun menggeleng, walaupun ia tahu Chanyeol tak melihatnya.

 

Tidak, ia tak boleh meninggalkan Chanyeol sendiri.“jika kau tak mengijinkan aku masuk, jangan harap aku masih menganggap mu teman!” desak Baekhyun. Cukup lama ia menunggu. Tak ada sahutan lain dari dalam kamar. Hingga terdengar suara kunci yang dibuka.

 

Chanyeol menunjukan wajahnya yang sangat kacau itu. Menatap Baekhyun dingin. “masuklah” ujarnya. Baekhyun memasuki ruangan yang sekarang jauh dari kata rapi itu.

 

Mereka duduk berdua dipinggiran kasur tempat biasa Chanyeol menghabiskan waktunya yang menyebalkan selama di rumah sakit. Tak ada yang memulai percakapan, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang malu-malu mengungkapkan isi hatinya.

 

“kenapa kau berbohong” suara berat Chanyeol menyadarkan Baekhyun. Ia tahu arah pembicaraan Chanyeol. Nafasnya mulai tercekat.

 

Bagaimana? Aku harus memulai nya darimana?

 

Batinnya berperang. Haruskah ia jujur? Haruskah? Tapi Chanyeol sahabatnya. Ia tak ingin melihat Chanyeol lebih hancur lagi. Ya tuhan !

 

“aku.. aku hanya tak ingin kau seperti ini. Aku tahu kau takkan bisa menerimanya. aku juga. aku tak bisa menerima semua ini. Kau sahabatku. Kumohon mengertilah” ujar Baekhyun. Chanyeol tersenyum miris.

 

“aku akan mati” ujarnya. Dengan cepat, Baekhyun menoleh kearah Chanyeol. Ia tidak terima dengan ucapan Chanyeol barusan.

 

“semua orang pasti mati. Hanya saja kita tak tahu kapan! Ku mohon, jangan putus asa seperti itu”

“tapi aku akan mati lebih cepat darimu. Baekhyun-ah… aku.. aku masih ingin hidup lebih lama. Aku takut.. aku takut tak bisa melihatmu saat kau jadi bintang nanti”

 

“PARK CHANYEOL!! KAU AKAN HIDUP! BAHKAN LEBIH LAMA DARIKU!” teriak Baekhyun. “apa kau tak tahu bahwa kata-kata mu tentang kematian menyakiti aku?” lanjutnya. Chanyeol diam, ia tahu ia salah. Ia terlalu egois, hanya memikirkan perasaannya sendiri.

 

“aku akan ada disini chingu. tenanglah” Baekhyun memeluk erat Chanyeol. Perlahan airmata yang berharga itu jatuh dari matanya. Hanya dengan Chanyeol -dan tentu saja ibunya- ia bisa dengan bebas mengekspresikan perasaannya. Mereka bisa dipercaya.

 

Chanyeol-ah, aku janji. Kalaupun nanti suatu saat kita akan berpisah, itu tidak akan lama.

 

Baekhyun

 

Gomawo chingu, aku bisa mempercayaimu. Walaupun waktu ku tidak banyak, aku akan berusaha untuk tetap hidup lebih lama. Aku akan melihatmu saat kau menjadi bintang nantinya.

 

Chanyeol menjalani pengobatan kemotherapy dengan sangat lancar. Ia benar-benar bersemangat dalam menjalani hidupnya. Baekhyun benar, ia harus hidup lebih lama. Masih banyak orang yang menyayanginya. Baekhyun, eomma, appa, dan juga eomma baekhyun, dan teman-temannya disekolah, sehun, Suho, Kyungsoo dan juga Kai. Mereka semua menyayangi Chanyeol.

 

Apalagi Baekhyun, ia merawat Chanyeol dengan baik tanpa pernah mengeluh. saat Chanyeol mimisan, saat Chanyeol memuntahkan makanan yang ia buat, saat Chanyeol tanpa sengaja memuntahkan cairan berwarna hijau dari mulutnya ke kemeja sekolah baekhyun, saat Chanyeol membentaknya, saat Chanyeol mengeluh tentang rambutnya yang rontok akibat reaksi dari kemo yang ia jalani, saat Chanyeol membuat tidur baekhyun tak cukup karena ia selalu meminta Baekhyun menemaninya kekamar mandi saat tengah malam. Baekhyun tak pernah mengeluh. Itulah sebagian kecil yang membuat chanyeol menemukan sosok kakak pada diri Baekhyun.

 

Aku bersyukur memiliki sahabat sepertinya, tuhan.

 

“annyeong! Chingu ya” suara itu membuat Chanyeol menoleh kearah pintu kamarnya. Tepatnya kamar baekhyun. Sejak tiga hari yang lalu, Chanyeol sudah diperbolehkan untuk menjalani perawatan intensif dirumah, tapi ia tak mau dipindahkan kerumahnya. Ia ingin dirawat dikamar Baekhyun. Dan dengan senang hati baekhyun merelakan kamarnya berubah menjadi ruang perawatan untuk Chanyeol.

 

“annyeong!” jawab Chanyeol. Ternyata itu baekhyun, ia baru saja pulang dari sekolah, dan ia tidak sendiri. Ia datang bersama Suho, Sehun, Kai dan Kyungsoo.

 

“chinguya.. bagaimana keadaanmu?” tanya Kai yang sudah berdiri disamping kiri tempat tidur Chanyeol. Sedangkan yang lainnya duduk dipinggiran kasur Chanyeol. Terkecuali Baekhyun dan Kyungsoo yang sibuk menata buah dan juga makanan yang mereka bawa sebelum ke rumah ini.

 

“sudah lebih baik. Tapi sekarang aku sudah botak” ujar Chanyeol sambil mengelus kepalanya yang sudah tak ditumbuhi rambut barang sehelai pun. Kai terkekeh.

 

“Chanyeol-ah, kau tahu? Kau masih terlihat tampan meskipun tanpa rambut” ujar Kai. “aku sudah menyalinkan pelajaran hari ini untukmu.” Ujar Suho, Chanyeol tersnyum manja “gomawo hyung!”.

 

Sementara Sehun malah asyik mengamati selang infus yang menancap di lengan Chanyeol.“chanyeol, apa ini sakit?” tanya Sehun. Chanyeol, Kai, dan juga Kyungsoo terkekeh mendengar pertanyaan polos itu keluar dari mulut Sehun, sang magnae. Mereka pun terlarut dalam obrolan ringan yang tak hentinya membuat Chanyeol tertawa.

 

Baekhyun dan Kyungsoo yang melihatnya tersenyum tipis, mereka senang, setidaknya Chanyeol bisa sedikit melupakan rasa sakitnya jika terus tertawa bahagia seperti itu.

 

“dia akan sembuh” ujar Kyungsoo. baekhyun mengangguk mengiyakan. “pasti” ujarnya.

 

“chanyeol dan baekhyun adalah sahabatku. Merekalah yang paling dekat satu sama lain. Apa jadinya mereka jika salah satu dari mereka harus pergi. Mengalah pada takdir ” batin Kyungsoo .

 

*

 

 

Kyungsoo, Kai, Suho dan juga Sehun sudah pulang sekitar 1 jam yang lalu, dan sekarang waktu sudah menunjukan pukul 07 malam. Hanya tinggal Baekhyun yang dengan setianya merawat Chanyeol.

 

 

“baekhyun-ah, bukankah malam ini malam natal?” tanya Chanyeol, baekhyun mengangguk. “lalu kenapa kau masih disini?” tanya Chanyeol. Baekhyun menoleh kearah Chanyeol penuh tanya.

 

“lalu aku harus kemana?” tanya Baekhyun. Chanyeol menggeleng tak percaya. Apa Baekhyun tengah bercanda sekarang?

“kau kan harus menemui Hayoung” ujar Chanyeol. Baekhyun menarik nafasnya.

“aku akan membatalkannya, aku tak mau meninggalkanmu“

“andwe! Kau sudah berjanji, kau fikir mendapatkan gadis seperti Hayoung itu akan mudah? Laki-laki pantang mengingkari janjinya” ujar Chanyeol. Baekhyun menggeleng gusar. Entah kenapa ia takut, ia takut jika ia pergi Chanyeol takkan ada disini. Ia takut. Sungguh.

 

“pergilah nak, kami yang akan menjaga Chanyeol” sebuah suara menginterupsi perdebatan argumen diantara kedua sahabat itu. Eommanya Baekhyun. Ia tak sendiri, ia bersama kedua orang tua Chanyeol.

 

“kau berhak menikmati malam natal mu. Biar kami yang menjaga chanyeol ” ujar Park ahjussi meyakinkan. Baekhyun pun mengangguk, meskipun rasanya berat untuk meninggalkan Chanyeol.

 

 Baekhyun mematut dirinya didepan cermin besar itu. Setelan coat dan celana jeansnya benar-benar terlihat pas di tubuhnya, ditambah dengan topi dan juga syal lembut yang melingkar indah dilehernya. Ia siap untuk melewati musim dingin dimalam natal yang indah ini. Terlebih ia sudah sangat siap untuk menyatakan cintanya pada hayoung, gadis incarannya.

 

Baekhyun keluar dari kamar mandinya, dilihatnya Chanyeol tengah berbaring diatas kasurnya. Ia tersenyum miris melihatnya.

 

Seharusnya Chanyeol melewati natal ini bersama ku

 

“Chanyeol-ah..” panggil Baekhyun. Chanyeol menoleh, ia tersenyum tipis. Wajahnya benar-benar terlihat pucat, lebih pucat dari biasanya. Terbesit dalam diri Baekhyun untuk membatalkan acaranya dengan hayoung.

 

“kau tampan. Hayoung pasti akan langsung menerimamu Baekhyun-ah” ujar Chanyeol sambil terkekeh berat. Baekhyun segera menghampiri Chanyeol, duduk dipinggiran kasurnya.

 

“aku akan membatalkan acaranya. Jika kau minta” ujar Baekhyun. Chanyeol menggeleng. “ani, andwe. Kau sudah merencanakan semua ini sejak lama Baekhyun-ah. Jangan jadikan aku alasan untuk membatalkannya. Aku akan sangat merasa sedih” tolak Chanyeol. Baekhyun mengerti, tapi hatinya tidak tenang, sungguh!

 

“baiklah. Tapi berjanjilah padaku. Kau harus menungguku pulang!!” tegas Baekhyun, Chanyeol tersenyum tipis. Lalu ia meraih tangan Baekhyun, menggenggamnya erat, sekuat yang ia mampu.

 

“aku janji. Memangnya kau fikir aku akan kemana dengan tubuh lemah ini?” canda Chanyeol. Baekhyun tersenyum. Ia lalu bangkit, berjalan menuju pintu keluar kamarnya. “Baekhyun-ah” suara Chanyeol menginterupsi langkahnya. Baekhyun menoleh kearah Chanyeol.

 

“dapatkan Hayoung. Dapatkan gadis itu. Jika tidak, aku takkan memaafkanmu” ujar Chanyeol sambil terkekeh. Baekhyun mengangguk

 

“aku akan segera kembali. tunggulah” ujar Baekhyun sebelum akhirnya ia benar-benar menutup pintu kamarnya.

 

Chanyeol pasti menepati janjinya. Ia akan menungguku. Ia pasti menepatinya. Pasti.

Semoga.

Baekhyun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju namsan tower yang terletak tak begitu jauh dari rumahnya. Ia mengeratkan coat yang dipakainya, melawan angin dingin yang menerpa tubuhnya. Hatinya begitu tak tenang, entahlah, mungkin karena ia akan menyatakan persaannya pada hayoung? Atau karena ia meninggalkan Chanyeol dirumah?

 

Sambil menenteng sebuah tas berisi gitar, Baekhyun tetap berjalan diantara kerumunan orang yang juga memilih menghabiskan malam natal diluar rumah. Ia berjalan dengan cukup cepat. Ia takut gadis itu menunggunya terlalu lama.

 

Seulas senyum terbentuk diwajah Baekhyun, gadis itu menunggunya tepat di pagar besi yang menghadap ke namsan tower. Memakai coat dan juga topi yang berwarna senada. Sangat cantik.

 

“hayoung-ah, kau menunggu lama?” tanya Baekhyun sesaat setelah sampai dihadapan hayoung, gadis itu tersenyum. Lalu menggeleng pelan.

 

“oppa, ada apa oppa menyuruhku kesini?” tanyanya halus. Debaran itu semakin menjadi. Ia segera mengambil gitarnya, Lalu mulai memainkan kunci demi kunci dari lagu nya.Baekhyun menghentikan lagunya, Airmata Baekhyun sudah mendesak ingin keluar, ia kembali teringat saat ia memainkan lagu itu dengan Chanyeol. Tapi ia harus kuat. Ia tak boleh lemah dihadapan gadis dihadapannya ini. Ia harus kuat. 

 

“oppa.. maksud lagumu itu apa?” tanya Hayoung. Baekhyun mengambil nafas sejenak. Lalu Menghembuskannya perlahan.

 

“hayoung-ah, aku tak pernah pandai untuk berkata-kata. Tapi dengan kesungguhanku, aku memilihmu untuk memiliki hatiku. I realy love you. Maukah kau jadi kekasihku?”

 

“oppa..mianhaeyo.."

DEG

 

Apa itu tandanya aku ditolak?

 

“aku sudah memiliki kekasih, kami sudah berpacaran sejak dua tahun yang lalu. Oppa jeongmal mianhaeyo” sesal hayoung. Baekhyun mengangguk mengerti. Hayoung tak ingin menyakiti Baekhyun lebih jauh,perlahan ia mundur dengan teratur, “oppa, aku pergi” ujarnya sebelum benar-benar meninggalkan Baekhyun.

*

 

 

In another place, in the same time…..

 

Chanyeol PoV

 

AARRRRGGGHHH

 

Kenapa kepalaku? Kenapa rasanya sakit sekali? Ya tuhan! Kenapa rasanya sakit?

 

“EOMMA……APPA…..AHJUMMA……” aku mencoba berteriak dengan suara yang sudah tercekat ini. Dan dalam hitungan detik, mereka sudah sampai di kamar ku. Nafasku benar-benar tercekat. Rasanya sangat sulit untuk mengambil oksigen. Sulit.

 

“omo.. Chanyeol-ah, hidungmu…” eomma terlihat histeris, ia segera berlari mengambil tissue diatas meja. apa yang terjadi denganku? Dengan sisa tenaga ku, aku menggapai areal hidungku. Ada cairan kental disana. Darah. Dengan telaten, eomma membersihkan darah yang tak juga mau berhenti itu.

 

Tapi tiba-tiba aku merasa perutku seperti dikocok, rasanya benar-benar mual. Sepertinya, appa menyadarinya, ia menyodorkan sebuah wadah kecil kedekat mulutku. Dan.. HUEK. Aku memuntahkannya beberapa kali.

 

Ya tuhan! Apa yang baru saja aku muntahkan? DARAH! Eomma semakin terisak saat melihat hal itu, ia segera membersihkan darah yang tersisa di sekitar mulutku. Tiba-tiba pandanganku gelap seketika.

AUTHOR POV

 

ARRGGGHHHHHHH

 

Teriak Baekhyun, ia kesal, sedih, marah. Ia meninggalkan Chanyeol hanya untuk sebuah penolakan? SIAL! Ia benar-benar merutuki dirinya yang bodoh. Benar-benar bodoh!

 

Ddrrttt…ddrrrttt

 

Suara handphone Baekhyun membuyarkan lamunannya. Ia segera merogoh saku coatnya.diambilnya benda persegi berwarna putih itu.

 

 

 

“yeobseyo?” sapa Baekhyun malas. “yeobseyo! Baekhyun-ah, cepatlah pulang! Kondisi Chanyeol menurun” ujar sebuah suara parau dari sana. Baekhyun terdiam sejenak. Mencoba mencerna maksud dari kata-kata itu. Hingga suara ‘bip’ dari telponnya menyadarkannya dari dunianya itu.

 

Dan dalam sekali hentakan, Baekhyun berlari menuju rumahnya. Ia tak perduli dengan cacian orang-orang yang ia tabrak. Yang ada didalam fikirannya sekarang hanyalah ia harus cepat pulang. Chanyeol membutuhkannya.

 

Chanyeol-ah, kumohon bertahanlah. Kau akan menepati janjimu bukan? Kau akan menungguku pulang! Aku tahu kau pasti menepati janjimu.

 

Setetes airmatanya kembali jatuh, tapi ia tetap berlari diantara pandangan aneh orang-orang yang dilewatinya, melawan salju yang kian lama semakin deras.

 

 

*

 

Chanyeol PoV

 

“euunngghh” aku melenguh saat aku membuka mataku. Aku melihat sekelilingku. Wajah cemas mereka bisa dengan jelas kulihat. Mianhaeyo, aku membuat kalian seperti ini. Aku janji ini yang terakhir kalinya. Kulihat eomma, appa, ahjumma dan juga dokten shin. Baekhyun belum pulang? Kurasa dia terlalu senang dengan pacar barunya. Kekekekeke. Eomma terlihat mendekat kearahku.

 

“Chanyeol-ah? Mana  yang sakit?” tanyanya, aku menggeleng lemah. Aku serius. Aku tak merasakan sakit apapun sekarang ini.

 

“eomma…mianhae…” eomma mendekatkan pendengarannya di mulutku. Suara ku menjadi lebih kecil karena alat yang dipasang dimulutku ini. Huh menyusahkan. “tolong..katakan..pada..Baekhyun..” aku terbata, nafasku benar-benar berat. Tapi aku harus mengatakan ini. Aku takut jika Baekhyun datang nanti, ia akan marah padaku karena tak menepati janji.

 

“maaf..aku..tak..bisa..menunggu..nya..aku..terlalu..lelah..a..aku..aku..ingin..tidur..” ujar ku. Eomma semakin terisak. Aku tak tahu kenapa, aku hanya merasa aku akan pergi jauh dari Baekhyun.

 

DEG

 

Tiba-tiba kepala dan jantungku terasa sakit. Aku mengerang. Aku tak bisa dengan jelas mendengar dan melihat sekitarku. Rasanya terlalu sulit. Yang kurasakan hanyalah sebuah getaran listrik didadaku. Aku yakin itu adalah defiblator. Tapi, nafasku mulai pendek dan tak teratur. Sebuah hentakan yang cukup keras menghujam jantungku.sakit sekali.

 

Tapi setelahnya, aku tak merasakan sakit apapun. Aku bahkan merasa sangat sehat dan damai. Eomma..appa..ahjumma..Baekhyun-ah.. aku tak merasakan sakit lagi.. mulai sekarang hentikan tangisan kalian, aku sudah lebih sekarang. Aku akan tidur dengan damai. Terimakasih semuanya, dan maaf untuk airmata kalian yang sia-sia terjatuh hanya karena aku. Baekhyun-ah, mulai sekarang jangan pernah takut untuk menunjukan perasaanmu yang sebenarnya. Maaf aku tidak berpamitan padamu. Selamat tinggal.

 

AUTHOR PoV

 

“waktu kematian pukul 10.48. park Chanyeol telah meninggalkan kita semua” itulah kalimat pertama yang dapat tertangkap oleh pendengaran Baekhyun saat pertama kali tiba didepan kamarnya. Lututnya tiba-tiba terasa lemas, ia tak bisa menahan berat tubuhnya sendiri, seketika ia terduduk lemas. Suara tangisan yang histeris terdengar dari ruangan itu. Eomma Chanyeol dan juga eomma Baekhyun menjadi acthress dibalik suara tangisan yang menggema dibalik ruangan tersebut. Mereka belum menyadari kedatangan Baekhyun. Hingga suara lembut penuh amarah itu terdengar diantara isakan mereka.

 

“ANDWE! CHOLTE ANDWE!” teriak Baekhyun yang segera berlari menuju tubuh Chanyeol, menggerak-gerakkan tubuh yang telah kaku itu.

 

“andwe. Chanyeol-ah ireona!! Jebal! Katakan padaku jika ini hanya lelucon! Chanyeol-ah. PARK CHANYEOL!! IREONA!!!” teriak Baekhyun, suaranya terdengar putus asa. Tuan Park, ayah Chanyeol menghampiri Baekhyun, mencoba menenangkan Baekhyun yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

 

“Baekhyun-ah, tenanglah. Kami juga sama sepertimu, merasa kehilangan. Tapi dia sudah lebih tenang sekarang. Setidaknya ia takkan merasakan sakit itu lagi. Tadi, sebelum ia pergi, ia berpesan pada kami. Ia meminta maaf pada mu karena ia tak bisa menunggumu.”

 

“keunde ahjussi. Dia tak boleh seperti ini” airmata Baekhyun meluncur bebas dari matanya. Jari-jarinya menggapai tangan Chanyeol yang tak sehangat dulu. Dalam hati ia benar-benar menyesal, ia terlalu egois ,memikirkan perasaannya sendiri. Kalau saja ia segera pulang, ia pasti masih bisa mendengar suara Chanyeol sekarang. Kalau saja.

 

“aku mengerti. Dengar, dia hanya pergi dari dunia ini. Tapi ia akan selalu hidup disini” ujar Tuan park sembari menunjuk dada Baekhyun.

 

“dihatimu. Dan dihati kita semua. Cintanya, tawanya, bahkan tingkah jahilnya itu akan selalu hidup di hati dan fikiran kita semua” lanjutnya. Baekhyun mengangguk mengerti, ia kembali menatap jasad Chanyeol yang terlihat tersenyum. Ayah Chanyeol benar, Chanyeol sudah lebih bahagia disana. Ia sudah lebih tenang.Suasana pemakaman Chanyeol benar-benar terasa haru, diiringi dengan isak tangis dari orang tua, kerabat dan juga teman-temannya. Berita kematian Chanyeol benar-benar mengejutkan mereka semua.  Mereka tak menyangka akan kehilangan seorang teman pembawa tawa. Sang ‘happy virus’ kini telah mengalah pada takdir. Menyerahkan hidupnya pada tuhan.

 

Tak terkecuali Baekhyun, raut kesedihan tak bisa ia tutupi dari wajah tampannya. Ia merasa kehilangan? Tentu saja! Bohong jika ia mengatakan baik-baik saja. Bohong jika ia mengatakan ia kuat. Bohong jika ia mengatakan ia tak kehilangan. Bahkan sebagian dirinya seakan ikut terkubur bersama jasad Chanyeol yang damai.Ia harus kuat! Setidaknya sampai semua orang tak mengkhawatirkan keadaannya. Ia tak ingin terlihat lemah sekarang, masih banyak yang menyayanginya. Ia tahu itu.

 

Semua orang yang menghadiri acara pemakaman Chanyeol, sedikit demi sedikit semakin berkurang. Dan akhirnya kini, hanya ada Baekhyun dan beberapa temannya yang setia berdiri dibelakang Baekhyun. Sengaja memberikan ruang untuk Baekhyun dan mendiang Chanyeol. Orang tua Chanyeol dan ibunya pun sudah meninggalkan tempat ini.

 

 Perlahan, tubuh Baekhyun merosot, seakan tenaganya tak mampu lagi menopang berat tubuhnya sendiri. Ia terduduk dihadapan pusara Chanyeol. Tetesan airmatanya kembali mengalir. Penyesalan itu benar-benar melekat kuat di hatinya.

 

 “Chanyeol-ah, jika saja aku tak mengikuti ego-ku dan tetap menemanimu di rumah, mungkin rasanya takkan sesakit ini, setidaknya aku harus ada didetik terakhir hidupmu Chanyeol-ah. Aku benar-benar sahabat yang bodoh”

 

 “kau tahu? Hayoung menolak ku ia bilang dia sudah memiliki kekasih. Aku terlambat” kekeh Baekhyun diantara isaknya. Kai, suho, sehun, dan juga Kyungsoo yang tengah berdiri dibelakang Baekhyun tak kuasa menahan tangis mereka saat mendengar kata-kata Baekhyun pada Chanyeol. Mereka tak mengira jika persahabatan Baekhyun dan juga Chanyeol benar-benar sedalam ini.

 

“kau juga, kau tak menepati janjimu Chanyeol-ah. Kau sudah berjanji bukan, kau akan menungguku hingga aku pulang?” baekhyun menghentikan kata-katanya, suaranya berlomba dengan isakan yang terus ingin keluar tanpa bisa ia hentikan.

 

“ Ah benar, apa aku terlalu lama hingga kau bosan menungguku huh? Mianhe, karena aku patah hati, aku tak segera menemui mu dirumah Chanyeol-ah, mianhae. Aku memang egois. Sekarang tidurlah, aku akan datang menemuimu, jangan bosan menungguku ya? ” Baekhyun mengucapkan kalimat terakhirnya pada Chanyeol sembari mengusap kasar airmata yang jatuh dipipinya. Ia tersenyum lalu segera bangkit. Dengan segera Suho, Kai, Kyungsoo dan juga sehun segera merangkulnya, memberikan kekuatan pada Baekhyun. Baekhyun lalu melirik sebentar kearah pusara Chanyeol. Dilihatnya seorang pria tinggi berbalut kaos dan juga celana putih. Wajahnya benar-benar terlihat damai. Dan pria itu tersenyum kearah Baekhyun. Baekhyun ikut tersenyum.

 

Hanya sementara Chanyeol-ah. Aku berjanji kita akan bertemu lagi. Tidurlah hingga aku datang untuk membangunkanmu. Sama seperti saat kau sedang menginap dirumahku. Tidurlah dengan bahagia. Aku tak akan lama. Tunggulah. Jangan pernah merasa lelah menunggu ku!

 

 

Sebuah janji yang terucap tulus dari hati Baekhyun. Pria tadi hanya tersenyum kearah Baekhyun.

 

Pria itu akan menepati janji nya. Janji untuk Menunggu kedatangan Baekhyun. Janji terakhirnya.

 

Fin.

 

holla! Aduh sepertinya gak ada yg tertarik sama cerita ini. Jujur ini ff dari tahun 2013 awal. Dan udah di post di beberapa tempat. Maaf jika ceritanya membosankan. Terimakasih sudah berkunjung.^^

 

 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Choco_Kim #1
Chapter 2: Author nim harus tanggung jawab.. -_-
Mataku berkaca kaca baca ff mu.. feelnya dpt bgt.. Jadi ikut ngebayangin kalo kita punya sahabat kayak gitu.. :D
DAEBAK.. (y)
blackladybird0990 #2
Chapter 2: terima kasih atas ceritanya, walaupun singkat, tapi keren kok
blackladybird0990 #3
Chapter 1: kapan bisa di lanjutin, cerita nya keren kok, aku lgi nungguin di update ni