Chapter 1

THE LAST PROMISE

Chanyeol PoV

 Aku kembali menikmati alunan suara lembutnya ditempat ini, dengan aku sebagai pengiringnya. Hanya dengan sebuah gitar akustik dan suara merdunya, aku selalu merasa tenang saat mendengarnya menyanyi. Rasanya seperti tengah berada ditempat yang paling membuatmu damai. Sangat indah. Kami selalu melakukan ini setiap hari, menyempatkan waktu untuk bermain musik di tengah padatnya jadwal pelajaran.

 

 Byun Baekhyun, nama yang bagus bukan? Dia adalah sahabatku. Sahabatku sejak kami masih kecil, bahkan orang tua kamipun telah lama saling mengenal. Dia adalah seorang sahabat yang sangat memahamiku melebihi diriku sendiri. Aku sangat beruntung memilikinya.

 

 Dan jika kalian ingin tahu, sekarang kami ada di “markas” kami. Sebuah ruangan yang tak terlalu besar yang ada diujung koridor sekolah kami. Sebuah ruang musik. Kami sangat suka musik. Baekhyun akan selalu bernyanyi sedangkan aku dengan setia akan selalu mengiringinya dengan gitar akustik ini. Dia memang kurang menguasai alat musik terutama gitar. Dia lebih suka bernyanyi daripada memainkan alat musik. Yah, kecuali piano tentu saja.

 

 “Chanyeol-ah? Bagaimana? Apa lagu ku bagus? Aku sudah susah payah membuatnya” tanya Baekhyun dengan antusiasnya. Ia memang selalu seperti itu saat menanyakan hal yang berkaitan dengan musik hasil karyanya.

 

 “seperti biasa. Jjang!” aku mengacungkan kedua jempolku dihadapannya. Ia semakin melebarkan senyumannya itu. Sangat manis. Matanya yang kecil itu semakin menyipit saat ia tersenyum.

 

 “ah.. kajja! Kita harus ke kelas sekarang!” ajaknya, ia berdiri dari tempat ia duduk barusan. Dengan malas, aku mengikutinya. Ya tuhan, jika boleh aku ingin bisa lebih lama disini.

 

 Baekhyun merangkul pundakku dengan sedikit berjinjit karena tinggi kami yang berbeda. Aku lebih tinggi 11 cm darinya. Hohoho. Aku pun segera membalas rangkulannya itu. Kami keluar dari ruangan itu, menyusuri koridor yang mulai lengang karena bel masuk setelah istirahat sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Ini bukan pertama kalinya kami terlambat masuk setelah istirahat, semua orang tahu itu. Terlambat itu sudah seperti label tersendiri dibelakang nama kami. Bahkan para saem pun tak pernah lagi memarahi kami. Karena yang kami lakukan adalah untuk mengeksplore hobby yang bermanfaat bukan?

 

**

 

 Setiap pulang sekolah, aku dan Baekhyun selalu menghabiskan waktu kami di kamar Baekhyun. Dia mengarang lagu sedangkan aku, aku akan berkutat dengan laptop dihadapanku. Kalian fikir aku sedang belajar? Oh ayolah! Aku tidak sekutu buku yang kalian fikir! Aku tengah menyelesaikan sebuah misi! Kalian tahu, sebuah misi besar! Yaitu menghabisi alien-alien yang akan mengoyak kedamaian di dunia ku!

 

BINGO! Aku tengah bermain game! Hohoho! Dan sekarang aku sudah mencapai level 95! Hebat bukan?

 

 Ah, lama-lama tanganku terasa pegal memainkan keyboard ini. Kutolehkan kepala ku kearah Baekhyun yang tengah serius dengan kertas-kertas paranada ditangan kanannya. Sebelah tangannya lagi terlihat mengelus pelipisnya pelan. Dan oh! Ini dia salah satu kebiasaan Baekhyun yang tak pernah bisa kulupakan. Ia menggigit pensilnya!

 

 “baek kau mengarang lagu baru lagi?” tanyaku. Fokusku kembali pada laptop dihadapanku ini. Jari-jariku mulai telaten lagi menari diatas keyboardnya.

 

 “aku akan memperbaiki lagu itu sebelum natal tahun ini” ujar nya. Aku mengerutkan keningku bingung. Memperbaiki lagunya? Bukankah tadi siang sudah kubilang lagunya bagus? Bahkan aku mengacungkan dua jempol untuknya. Kenapa lagu itu masih mau diperbaiki?

 

“kenapa?” tanyaku, sejenak aku menghentikan kegiatan ku yang tengah menjadi pembela bumi ini. Menoleh dengan penuh tanya kearah Baekhyun yang malah terlihat tersenyum kikuk.

 

 “aku akan memberikannya sebagai hadiah natal untuk park hayoung” ujarnya. Ah majja! Park hayoung. Baekhyun memang sudah mengincarnya sejak ia duduk dikelas XI. Park Hayoung adalah hoobae kami di sekolah. Ia cantik, kuakui memang. Tapi tak kusangka, Baekhyun terlihat serius menunjukan rasa sukanya pada Hayoung. Begitu juga dengan hayoung, gadis itu sepertinya juga menaruh perasaan pada Baekhyun. Dan sepertinya ia gadis yang baik.

 

 “ah, Park Hayoung hoobae kita itu?” tanyaku basa-basi. Baekhyun mengangguk antusias. Matanya terlihat berbinar saat aku menyebutkan nama hayoung. Yah, kuharap kau bahagia bersama gadis itu baek.

 

 “menurutmu, dimana aku harus menyanyikannya? Sungai Han? Atau taman? Atau aku harus menyewa sebuah cafe? Eotte?” aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaannya itu. Ia benar-benar cerewet!

 

 “bagaimana dengan tempat tujuan kita saat malam tahun baru?” usulku. Baekhyun terlihat mengernyitkan keningnya. Sepertinya ia mencoba mengingatnya. Ya tuhan, ingatan anak ini benar-benar buruk ternyata.

 

 

 

“ah majja! Namsan tower?” ujarnya sembari menjentikan jarinya. Aku mengangguk mengiyakan. Ia lalu berhambur kearahku, memberikan sebuah pelukan persahabatan.

 

 “Chanyeol-ah, gomawo!” ujar nya.

 

 “chonma!” ujar ku. Tapi tunggu! Kenapa tiba-tiba kepalaku terasa pusing ? ya tuhan, kenapa kepalaku sakit sekali?

 

 “Chanyeol-ah? Gwencahana? Neo Appo?” tanya Baekhyun sesaat setelah ia melepaskan pelukannya. Aku menggeleng lemah.

 

 “gwenchana, aku hanya kelelahan” ujar ku berbohong. Sakit, sebenarnya sangat sakit, aku hanya tak ingin kau khawatir baekhyun. mianhae. Tapi aku tak sepenuhnya berbohong bukan? Mungkin rasa sakit dikepalaku ini hanya karena akhir-akhir ini aku terlalu banyak mengikuti kegiatan yang menguras energi ku. Aku yakin, sebentar lagi juga aku akan sembuh.

 

**

 

Ya tuhan, ada apa denganku akhir-akhir ini? mengapa aku merasa tubuhku sangat cepat lelah? Bahkan aku sering merasakan sakit yang amat di kepalaku. Rasanya sangat sakit.

 

Dan sekarang aku merasakan rasa sakit itu lagi. Aku meremas kepalaku, berharap rasa sakitnya segera mereda. Sial! Kenapa rasanya malah semakin sakit? Dan apa lagi ini? Kenapa aku merasa sangat mual? Ya tuhan! Aku harus segera ke kamar mandi.

 

Aku berlari seperti orang yang tengah dikejar hantu, sangat cepat. Bahkan aku tak menyadari saat beberapa orang temanku mengeluh karena tertabrak oleh tubuhku. Mianhae chingu! Tapi aku merasa kesakitan sekarang.

 

Aku segera berdiri didepan wastafel dikamar mandi ini. Hanya ada aku disini. Aku memuntahkan sesuatu yang membuat perutku begitu melilit, berkali-kali, hingga rasanya aku tak memiliki tenaga sama sekali untuk mengeluarkannya lagi, aku menutup mataku. Dan saat aku membuka mataku, aku begitu terkejut saat mendapati apa yang aku muntahkan didalam wastafel itu. Ya tuhan ! aku kenapa?? Dan apa itu? Cairan kental berwarna merah pekat yang aku muntahkan?

 

 DARAH !!!

 

Aku melihat pantulan diriku didepan cermin yang terpajang di hadapanku. Ya tuhan! Aku begitu mengerikan! Bercak darah disekitar mulutku.

 

ARRRRRGGGGHHHHHHHH

Aku mengerang keras lagi saat merasakan sakit dikepalaku kembali menyerang. Sekuat tenaga aku meremas kepalaku. Perlahan, aku merasakan ada sesuatu yang mengalir perlahan dari hidungku. Aku merabanya. Dan benar saja. Itu darah! Tanganku bergetar melihat darah itu. Aku menggigit bibirku saat merasakan getaran kuat dari tubuhku. Aku tidak kuat! Rasanya sakit. Aku merasa tulang-tulang rangka ku melemah. Aku tak mampu menopang berat badanku sendiri. Dan setelah itu mataku sudah tak bisa menangkap apapun, semuanya gelap.

 

Baekhyun-ah, tolong aku!

 

 **

 

Baekhyun PoV

 

 Aku terus saja memainkan gitar Chanyeol dengan gelisah. Aku sudah menunggunya selama satu jam dan dia belum juga menampakkan diri di markas kami. Tidak biasanya dia seperti ini. Aku meraih handphone ku untuk kesekian kalinya, menekan speed dial di angka 7. Nomor Chanyeol.

 

 Tuuutttt…tttuuuttt…

 

 Sial! Kemana dia? Aku sudah menghubunginya beberapa kali dan dia tak juga menjawab telponku! Awas kau Park Chanyeol! Aku tak akan memaafkanmu karena membuatku menunggu selama ini.

 Aku lalu mencari nomor oh sehun dari list kontak handphone ku. Ah chajakta! Aku segera menekan tombol dial. Tak berapa lama, Sehun mengangkat panggilanku.

 

 “yeobseyo?” tanyanya dengan suara yang sangat pelan. Aku tersenyum. Pasti songsaengnim sudah datang, dan dia takut ketahuan sedang menelpon, kkkkk.

 

“sehun-ah, apa Chanyeol ada di kelas?” tanyaku. “eopseoyo! Tadi dia ada di lapangan basket. Sudah yah? Ada saem disini. Aku takut dihukum” ujarnya. Lalu biipp. Dia mematikan sambungan telpon kami. Aish! Dasar, dia memang suka kurang ajar. Padahal kan aku lebih tua darinya!

 

 Sudahlah, aku tak ingin membuang waktu lagi. Aku harus mencari Chanyeol sekarang. Hati ku tak karuan, aku takut terjadi sesuatu padanya. Aish! Byun Baekhyun! apa yang kau fikirkan. Dia pasti baik baik saja.

 

 Aku berjalan menuju lapangan basket yang ada di didekat wc untuk murid laki-laki. Aku melihat kearah lapangan basket dari lorong ini. Eopseo! Aku tak menemukan Chanyeol. Aku lalu mengalihkan pandanganku kedepan. Aku menemukan sebuah pulpen yang sangat familiar untukku di depan toilet. aku memungutnya, kali ini aku sangat yakin, pulpen ini milik Chanyeol. Ada inisial C di dalamnya. Entah kenapa hatiku semakin berdebar tak tentu, tanpa aba-aba aku segera masuk kedalam toilet. Mataku melebar seketika saat mendapati tubuh ambruk Chanyeol. Aku segera merunduk menggapai tubuhnya. Dan ya tuhan apa ini? Kenapa banyak darah disini? Ah! Kepalaku mulai pusing mencium bau amis dari darah yang keluar dari tubuh Chanyeol itu. Aku memang selalu seperti ini jika berhadapan dengan darah. Bahkan darahku sendiri. Aku memiliki phobia.

Tapi demi tuhan, ini bukan waktunya aku memikirkan phobia ku dan bersikap egois membiarkan Chanyeol dalam keadaan seperti ini. Sahabatku lebih penting dari phobia ku ini. Aku segera berlari keluar toilet menuju keruang piket guru. Dengan nafas tersenggal, aku Memberitahukan mereka mengenai keadaan Chanyeol. Ya tuhan selamatkan Chanyeol, dia segalanya bagiku. Dia lebih dari sekedar sahabat ku. Dia adalah bagian dari diriku.

 

**

 

Aku duduk didepan ruang IGD, Chanyeol tengah diperiksa disana. aku merapatkan kedua telapak tanganku dengan resah. Bahkan bercak darah Chanyeol masih menguar dari telapak tanganku. Aku tak perduli sungguh! Yang aku fikirkan sekarang hanyalah Chanyeol yang sudah lebih dari setengah jam ini ada diruang gawat darurat. Ya tuhan, kenapa lama sekali? Selamatkan Chanyeol tuhan, dia orang yang sangat baik, aku tahu kau selalu menyayangi orang yang baik. Kumohon selamatkan dia, jika harus biar aku yang menggantikannya tuhan.

 

Tesss

Lagi, entahlah sudah berapa tetes airmata yang ku keluarkan semenjak menemukan tubuh Chanyeol dengan keadaan yang tak bisa kudeskripsikan di toilet tadi. Aku bukan tipe laki-laki cengeng dan mudah tersentuh, tidak seperti Chanyeol yang mudah sekali menangis, aku bahkan tidak menangis saat aku kehilangan sangchu, anak anjing pemberian kakak ku. Tapi sungguh, entah kenapa hatiku sangat sakit melihat keadaannya. Sebenarnya ia kenapa ? apa yang tidak aku ketahui? Aku benar-benar sahabat yang bodoh!

 

“Baekhyun-ah, bagaimana keadaan Chanyeol” suara parau itu membangunkan ku dari fikiran-fikiran menakutkan yang bergerilya di otakku. Suara ibuku. Aku menelponnya sesaat setelah Chanyeol dibawa masuk kedaalam ruang IGD. Orang tua Chanyeol tak bisa datang hari ini, cuaca buruk di canada membuat penerbangan mereka delayed.

 

“eomma.. Chanyeol.. eomma ottohke?” sak ku sembari memeluk tubuh ibuku dengan erat. Melampiaskan seluruh emosiku dalam dekapan hangat seorang ibu. Eomma mengelus punggung ku lembut, mengalirkan ketenangan yang ajaibnya mampu menghentikan isakan ku, walaupun airmata ini tak juga mau berhenti.

“chanyeol akan baik-baik saja. Percayalah, tuhan bersamanya” ujar ibuku. Perlahan, aku melepaskan pelukanku pada eomma. Aku duduk kembali ditempat ku tadi, disusul eomma yang duduk disampingku, genggaman tangannya pada tangan ku mengisyaratkan bahwa ia akan selalu bersamaku. Terimakasih eomma.

 

 Ceklek

 

 Suara pintu dari arah ruangan Chanyeol tadi berhasil membuatku mengalihkan perhatianku. Seorang dokter yang tadi menangani Chanyeol keluar dari sana. Aku segera berdiri dengan tergesa menghampiri dokter itu.

 

“ikutlah ke ruangan saya” ujar dokter itu seakan mapu membaca fikiranku. Aku mengangguk lalu mengikutinya. Dan dengan setianya eomma selalu menemaniku tanpa melepaskan genggamannya.

 

 “park Chanyeol mengidap kanker otak, stadium lanjut” ujar dokter itu. Tunggu dulu! Apa katanya? Kanker? Kanker otak? Astaga!

 

Duniaku seperti berhenti berputar, nafasku tercekat mendengar paparannya itu. Chanyeol mengidap kanker otak stadium lanjut?? Apa dokter ini sedang bercanda denganku sekarang eoh?

 

“dokter! Jangan bercanda! Temanku itu adalah orang yang paling sehat didunia ini. Dia itu vitamin!” desisku. Eomma semakin mengeratkan genggamannya ditanganku.

 

“semua orang memiliki takdirnya masing-masing. Dan penyakit ini adalah sebuah takdir yang harus diterimanya” cicit dokter itu. Cih! Apa katanya? Takdir ? tau apa dia soal takdir.

 

“eomma tahu kau sedih. Eomma juga sedih. Mengertilah nak, tuhan memiliki rencana yang baik dibalik semua ini”

 

“lalu apa yang harus kulakukan eomma! Aku tak ingin kehilangan Chanyeol, aku tak ingin kehilangan orang yang sudah menjadi setengah bagian dari diriku eomma!” lagi, airmataku kembali mengalir, kali ini lebih deras. Kenyataan yang kudengar barusan benar-benar seperti mimpi. Ya tuhan, aku harap ini hanya mimpi.

 

 “buatlah dia bahagia, berikan dia semangat untuk hidup” ujar eomma. Sejenak, aku terdiam memikirkan perkataan eomma. Ya, eomma benar! Aku akan menyemangati Chanyeol, memberikan dia kebahagiaan dan akan selalu ada untuk menemaninya.

Aku memasuki ruang rawat Chanyeol dengan keadaan yang sudah lebih tenang dari sebelumnya. Kulihat wajahnya yang sudah kembali bersih dari darah yang mengerikan itu. Beberapa selang dan kabel tertancap ditubuhnya. Hanya suara dentingan dari alat pendeteksi detak jantunglah yang mampu membuatku lebih tenang. Chanyeol masih hidup.

 

 Perlahan, aku mendekati ranjangnya. Matanya masih saja tertutup. Dokter tadi bilang Chanyeol akan sadar sebentar lagi. Wajah pucatnya benar-benar menunjukan bahwa ia merasa sangat kesakitan. Aku bahkan tak bisa menjamin apa senyuman nya yang lebar itu akanada jika ia tahu yang sebenarnya.

 

Kulihat ia mulai mengerjapkan matanya. Chanyeol mulai sadar. Dia mengerang pelan, sepertinya ia merasakan sakit itu lagi. Aku segera menggenggam erat tangannya.

 

 “Chanyeol-ah, gwenchana. Aku ada disini” bisikku pada telinga Chanyeol, ia mulai tenang. Syukurlah.

 

 “aku.. dimana?” tanyanya masih dengan suara yang parau. ”rumah sakit. Kemarin siang kau pingsan” jawabku.

 

 “ah, aku ingat. Aku berdarah. Apa uisa memberitahumu apa yang terjadi padaku?” tanya Chanyeol. Ya tuhan, apa aku sanggup mengatakannya? Tidak! Aku tidak akan pernah siap!

 

 “kau hanya kelelahan. Istirahatlah sebanyak mungkin” ujar ku. Chanyeol mengangguk faham. Tetapi sesaat kemudian ia memandangku tajam, benar-benar mengerikan

 

 “kau menagis?” tanyanya. Aku tersentak. Chanyeol benar-benar memahamiku.

 

 “ani! Aku mengantuk! sejak semalam aku menjaga mu tanpa istirahat barang sedikitpun”  ujar ku. Semoga Chanyeol percaya dengan ucapanku.

 

“ah, begitu. Mianhae chingu. Cha! Sekarang kau pulanglah. Aku kan sudah sadar. Tidurlah yang cukup” ujarnya. Ya tuhan! Bagaimana bisa aku tidur setelah mendengar keadaanmu!

 

“shireo! Aku insomnia! Aku ingin menemanimu disini” ujarku lalu segera mengambil sekotak bubur buatan eomma yang sengaja eomma titipkan tadi. Takut-takut Chanyeol tak menyukai bubur di rumah sakit.

“ige makanlah. Aku akan menyuapimu ” ujarku sambil menyeduk sesendok bubur dari kotak makanan itu. Chanyeol memakannya dengan lahap. Aku senang dia sudah lebih baik.“chingu-ya! mianhae merepotkan mu!” ujarnya. Aku segera mendelik tajam kearahnya. “ya! jika kau tahu bahwa kau ini merepotkan, cepatlah sembuh!” ujar ku pura-pura ketus. “lagipula kau juga selalu merawatku saat aku sakit. Anggap saja ini timbal balik dariku” ujarku. Entah kenapa Chanyeol malah terkekeh. Apa ada yang salah dengan ucapanku?

 

 “jika kau perduli padaku, katakan saja chinguya. Jangan memakai alasan basi seperti itu” ujarnya. Aku segera memukul kepalanya dengan sendok ditangan ku. Chanyeol sedikit meringis, tapi setelahnya ia malah tertawa terbahak-bahak. Aneh.

 

 Aku harap aku masih bisa melihat tawanya lebih lama lagi

*

AUTHOR PoV

 

 Ini sudah kesekian kalinya Chanyeol menghembuskan nafasnya kasar. Ia jengah. Bosan. Hampir 8 hari ini ia habiskan diatas tempat tidur yang memuakan ini. Bukankah ia hanya kelelahan? Kenapa harus sampai rawat inap segala? Apa ada yang tidak ia ketahui?

 

 Chanyeol menoleh kearah pintu saat mendengar suara derikan pintu dibuka. Seorang perawat memasuki ruangan Chanyeol sembari menenteng data kesehatan pasien.

 

 Itu pasti statistik kesehatanku. Aku harus mengetahui semuanya

 

 “selamat pagi Chanyeol ssi, kau terlihat lebih tampan pagi ini” ujar perawat tersebut. Chanyeol tersenyum, memamerkan giginya yang rapi itu. Tanpa perawat itu ketahui senyuman itu perlahan berubah menjadi seringaian yang mengerikan. Lalu dengan sengaja Chanyeol menjatuhkan botol obatnya.

“ah, mianhae. Aku menjatuhkan obat ku. Bisa kau mengambilkannya?” ujar Chanyeol,  perawat itu tersenyum mengiyakan. Dan tanpa ia sadari, ia meletakkan statistik kesehatan Chanyeol di nakas yang dengan mudah dapat di jangkau oleh Chanyeol. Ia segera mencari nama penyakit yang ada di statistik itu. Kanker otak?. Tidak mungkin. Ia pasti salah membaca, atau mungkin ini milik orang lain. Tapi jelas-jelas disitu tertulis nama Park Chanyeol. Dan itu berarti ia mengidap penyakit kanker otak!

 

“kanker otak?” gumamnya tanpa sadar. perawat yang tadi membawakan obat Chanyeol memebelalakan matanya saat mendengar gumaman Chanyeol, dengan segera ia bangkit berdiri dan merebut statistik itu dari tangan Chanyeol. Ia lalai. Sangat lalai.

 

 “apa… aku.. kanker?” tanya Chanyeol terbata. Airmatanya sudah mendesak untuk keluar dengan segera. “a..ani.. animnida. Kau salah. Ini bukan kanker.” Ujar perawat itu, ia tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia sudah sangat lalai. Padahal dokter dan juga Baekhyun sudah membeitahunya untuk menjaga rahasia ini sampai keadaan Chanyeol mulai stabil.

 

 “jangan bohong ! Aku sudah tahu semuanya. Kau fikir aku tak bisa membaca huh?” ujar Chanyeol sarkastis. Ia mendelik tajam kearah perawat itu, hingga membuat perawat itu semakin takut.

 

 “keluar!” ujar Chanyeol tanpa ekspresi. perawat itu menggeleng kuat. “aku belum memeriksa keadaanmu pagi ini” tolaknya.

 

 “KU BILANG PERGI ! APA KAU TAK MENGERTI HAH??” teriak Chanyeol hingga membuat perawat itu segera berlari keluar dari ruangan Chanyeol.Airmata yang tadi sudah menumpuk di mata Chanyeol pun mulai turun membasahi pipinya. Ia menggigit bibir bawahnya. Mencoba meredam isakannya. Tapi sia-sia, isakannya malah semakin terdengar.

 

 Ya tuhan, dari sekian banyak manusia. Kenapa aku yang kau pilih untuk menerima penyakit ini? Aku masih ingin hidup. Aku masih ingin menghabiskan waktuku bersama Baekhyun, sahabatku. Aku masih ingin hidup tuhan. Kenapa? Kenapa harus aku?

 

 ARRRGGGHHHHHHHHH

 

Chanyeol mengerang kasar, iblis dalam dirinya bangkit. ia membating apapun yang masih bisa diraihnya. Vas bunga, bantal, obat semuanya yang masih bisa ia jangkau kini berakhir berserakan diatas lantai dingin itu. Bahkan beberapa hancur berkeping-keping. Sangat mendeskripsikan keadaan hati Chanyeol saat ini. Hancur.

 

 ceklek

 

 suara pintu kembali terdengar ditelinga Chanyeol. Ia menoleh sebentar. Didapatinya seorang wanita parubaya yang menatap iba kearahnya. Ia sangat mengenali wanita itu. Eommanya Baekhyun.

 

 “Chanyeol-ah…” suara parau itu. Chanyeol mengalihkan pandangannya dari wanita itu.

 

 “ahjumma, pergilah. Aku tak ingin menyakiti siapapun” tak ada ekspresi apapun dari nadanya. Terdengar dingin dan mengerikan. “Chanyeol-ah..” suara itu semakin terdengar mendekat. Iblis dalam diri Chanyeol semakin menjadi. Ia menoleh kearah wanita itu.

 

 “AHJUMMA! TOLONG PERGILAH! PERGI. APA KAU TAK MENDENGARKU?” teriak Chanyeol. dengan cepat ia menuruni tempat tidurnya. Menarik wanita itu dengan sedikit keras keluar dari ruangannya. Setelahnya, ia mengunci ruangannya. Ia tak mau menemui siapapun sekaran ini. Termasuk Baekhyun ataupun eommanya. ia tahu emosinya sedang sangat tidak stabil sekarang ini. Itu sebabnya ia tak ingin ada siapapun disampingnya. Ia takut menyakiti mereka. Hanya

itu.

 

Tbc

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Choco_Kim #1
Chapter 2: Author nim harus tanggung jawab.. -_-
Mataku berkaca kaca baca ff mu.. feelnya dpt bgt.. Jadi ikut ngebayangin kalo kita punya sahabat kayak gitu.. :D
DAEBAK.. (y)
blackladybird0990 #2
Chapter 2: terima kasih atas ceritanya, walaupun singkat, tapi keren kok
blackladybird0990 #3
Chapter 1: kapan bisa di lanjutin, cerita nya keren kok, aku lgi nungguin di update ni