“ hey bocah kecil, kau pasti salah masuk sekolah.  Jangan-jangan kau meminjam seragam kakakmu lagi untuk sekolah.  Hahaha, kebesaran tuh!”

“hahahhaha..”

Kim Jinri medengus sebal sambil menguatkan genggaman tangannya pada temali ransel yang menempel di punggungnya.  Tawa anak laki-laki itu di sambung dengan tawa geli teman-teman nya yang lain.  Tapi Jinri mencoba tidak peduli dengan ejekan itu.  Dia berpura-pura tidak dengar, atau berpura-pura tidak pendek.

“hey, selain pendek ternyata dia juga tuli!” teriak lelaki itu lagi saat Jinri sudah menjauh, ia kembali mendengar tawa anak-anak itu.  untuk kali ini dia menoleh, mata nya tertuju kepada seorang anak lelaki yang cukup lebih tinggi darinya, sedang terkekeh geli bersama temannya yang lain.  Jinri memandang anak itu sebal.

“awas Kau ya!” kata Jinri lalu kembali memutar badan nya dan berjalan gusar sambil mendesis sebal  dengan nada kasar.

“dasar, sok tampan, sok keren, sok tinggi, sok pintar, sok dewasa!!!” Jinri terus menggerutu sepanjang jalan sampai masuk kekelas nya.  kelas sudah ramai dengan beberapa anak laki-laki yang membuat onar, jinri pun jalan melewati anak laki-laki itu dengan langkah gusar yang membuat mereka terganggu dengan keberadaan Jinri.

“hey, jalan nya biasa saja!” kata seorang dari mereka, Jinri hanya mendesis sebal.  Dia masih sebal dengan lelaki bernama Oh Sehun itu.

Karena Oh Sehun semua orang jadi mengenal Jinri sebagai anak SD, semua orang jadi beranggapan kalau Jinri itu masih seperti anak kecil—tapi kenyataannya dia memang kekanak-kanakan sih.  Dan itu merugikan Jinri.

“kenapa? Bertemu dengan Oh Sehun lagi di koridor?” Suzy teman sekelas yang duduk di depannya menoleh kebelakang.  Di sekolah nya semua orang duduk sendiri, jadi tidak ada istilah teman sebangku.  Jinri tidak langsung menjawab, dia hanya meletakkan dagu nya di atas meja sambil mengangguk.

“kenapa tidak kau lawan saja, kau kan jagoan,” sambung gadis itu sambil tersenyum riang.  Iya sih, Jinri memang bisa saja melawan Oh Sehun, tapi dia juga lelah meladeni ejekan Sehun terus.  Dimana-mana dia bertemu Oh Sehun.  Dia pulang dengan bus yang sama karena rumah nya searah, dia juga les di tempat yang sama, sekolahnya sama—tentu saja, kelas nya bersebrangan.

“aku—“ 

“hay anak SD, Pulang ke asal mu.  Hahahhahah.” Belum sempat Jinri bicara suara yang memuat nya mual itu sudah terdengar lagi.

“IIIIIISSSH!!! PABO-YA!!!” teriak Jinri frustasi dan membuat semua orang yang ada di kelas itu langsung diam karena teriakan nyaring dan Kim Jinri yang begitu melengking.  Jinri tidak peduli dengan semuanya, dia benci Oh Sehun.

>>>

Jinri melepas sepatu nya dengan kasar, seolah tak mau menyentuh sepatu itu dia menendang sepatu nya sampai lepas dan membuat sekumpulan sepatu yang di letakkan di dekat keset itu berantakkan.  Rumah sederhana yang terlihat sangat rapi itu di laluinya dengan langkah yang gusar.  Lantai kayu yang di injaknya seolah berbunyi dan membuat beberapa hiasan yang di letakan di ruang keluarga bergoyang—gak separah itu sih—karena langkah Jinri yang seolah menghentak-hentak bumi.

“hey kau, jangan hancurkan rumah ini dengan kaki mu.  Dasar anak manja!” Jinri menoleh kearah sumber suara itu, dia melihat kakak laki-lakinya sedang berdiri di dapur sambil memasak di sebuah panic.  Seketika Jinri menarik kedua sudut bibirnya, tapi mempoutkan nya lagi kemudian.

“oppa~ Oh Sehun masih mengganggu ku terus!!!” Jinri merengek sambil menghampiri kakanya yang terlihat sedang mengangkat panic nya.  Kim Jongin sang kakak terlihat memutar matanya, lagi-lagi bocah itu.

Jongin bosan hampir setiap hari Jinri pasti pulang sambil marah-marah dan topiknya selalu sama.  Oh Sehun! Oh Sehun lagi, Oh Sehun terus!

“ayo makan, eomma masih di rumah sakit.” Jongin malas merespon pengaduan adiknya itu, Jinri mempoutkan lagi bibirnya. Jongin menghela nafas lagi dan kembali memakan berkutat pada panic berisi ramennya.

“jangan membentuk bibir mu seperti itu, lama-lama kau mirip bebek tahu!” kata jongin tanpa melihat wajah adik nya itu, Sulli pun mendengus sebal sambil menghentakkan kaki nya dan berjalan dengan berisik menaiki tangga.

“sama saja seperti Sehun!” >SSSS< kata Jinri sambil berjalan ke atas, Jongin hanya memandang tas bergambar Tinkerbell yang bergoyang-goyang itu sambil tertawa mendesis.

Jinri berjalan menuju kamarnya, tapi sebelum sampai kamarnya Jinri melihat seseorang sedang berdiri di jendela ruang keluarga yang ada di lantai 2.  Lelaki jangkung itu sedang memandang keluar jendela dan Jinri tahu siapa orang itu.

“Chan Oppa,” panggil Jinri dari jauh, saat itu sosok yang dia panggil menoleh.  Langsung terlihat senyuman riang yang membuat Jinri juga ikut tersenyum.

“hai, jinnie kau sudah pulang?” panggilan itu, panggilan itu membuat senyum Jinri mengerut seketika.  Lelaki jangkung yang dipanggil Chan itu tertawa kecil melihat gadis kecil berumur 4 tahun yang lebih muda dari nya itu cemberut.

“Genie?